Nisfu Sya'ban adalah peringatan pada tanggal 15 bulan kedelapan (Sya'ban) dari kalender Islam. Hari ini juga dikenal sebagai Laylatul Bara’ah atau Laylatun Nisfe min Sha’ban di dunia Arab, dan sebagai Shab-e-barat[1][2] di Afghanistan, Bangladesh, Pakistan, Iran dan India.[3] Nama-nama ini diterjemahkan menjadi "malam pengampunan dosa", "malam berdoa" dan "malam pembebasan", dan sering kali diperingati dengan berjaga sepanjang malam untuk beribadah.[4]
Nama lain
Lailat al-Baraa (bahasa Arab: ليلة البراءة, Malam Pengampunan Dosa);
Lailat al-Du'a (bahasa Arab: ليلة الدعاء, Malam Berdoa);
Nim Sha'ban di Afghanistan dan Iran;
Nisf Sha'ban (bahasa Arab: نصف شعبان, Pertengahan Sya'ban) di negara-negara berbahasa Arab;
Nisfu Sya'ban di negara-negara berbahasa Melayu;
Shab-e-Baraat di India, Pakistan, dan Bangladesh, berarti Malam Pengampunan Dosa; serta
Wulan Ruwah di Jawa, yang berarti bulan arwah, digunakan untuk mengirim do'a kepada para leluhur agar mendapat pengampunan dosa.
Amalan Sunnah
Shalat Sunnah
Setelah Shalat Maghrib disunnahkan melaksanakan shalat sunnah dua raka'at. Disunnahkan pada raka'at pertama membaca Surah Al-Kafirun dan pada raka'at kedua membaca Surah Al-Ikhlas.[5] Pada pendapat lain disunnahkan membaca Surah Al-Ikhlas enam kali di tiap raka'atnya.[6]
Bacaan Surah
Setelah melaksanakan shalat sunnah tersebut disunnahkan membaca Surah Yasin tiga kali. Pada bacaan pertama diharapkan untuk dipanjangkan umurnya. Bacaan kedua diharapkan untuk diluaskan rezekinya. Lalu pada bacaan terakhir diharapkan agar meninggal secara Husnul Khotimah.[5]
Bacaan Doa
Setelah membaca Surah Yasin dianjurkan membaca doa malam Nisfu Sya'ban sebagai berikut:
Artinya:
“Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”[7][8]
^Dinesh Bihari Trivedi, A. H. M. Zehadul Karim, Law and order in upper India: a study of Oudh, 1856-1877, Northern Book Centre, 1990, ISBN978-81-85119-83-0, ... The first significant religious occasion shabe-barat (lailat- ul-barat or the night of deliverance) is held in the middle of Shaban (eighth month of the Islamic calendar) ...
^Jamal J. Elias, Islam: Religions of the world, Psychology Press, 1999, ISBN978-0-415-21165-9, ... Laylat al-bara'a ... fortune for the coming year is popularly believed to be registered in Heaven ... prayer vigils and by feasting and illumination ... oblations are made in the name of deceased ancestors ...
^ abPustaka Agung Surabaya. Majmu' Syarif (مَجْمُوْعْ شَرِيْفْ).