Natamisin
Natamisin, juga dikenal sebagai pimarisin, adalah obat antijamur yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur di sekitar mata[1][2] termasuk infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, dan kornea. Obat ini digunakan sebagai obat tetes mata.[1] Natamisin juga digunakan dalam industri makanan sebagai bahan pengawet.[2] Reaksi alergi dapat terjadi jika menggunakan obat ini. Tidak jelas apakah penggunaan medis selama kehamilan atau menyusui aman. Obat ini termasuk dalam keluarga obat makrolida dan poliena. Obat ini menyebabkan kematian jamur dengan mengubah membran sel.[1] Natamisin ditemukan pada tahun 1955 dan disetujui untuk penggunaan medis di Amerika Serikat pada tahun 1978.[1][2] Obat ini tercantum dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia.[3] Obat ini diproduksi dengan fermentasi beberapa jenis bakteri Streptomyces.[1][4] SejarahNatamisin pertama kali diisolasi pada tahun 1955 dari kaldu fermentasi kultur sel Streptomyces natalensis. Awalnya diberi nama pimarisin untuk menghormati Pietermaritzburg, tempat Streptomyces natalensis diperoleh. Pimarisin kemudian berganti nama setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengamanatkan bahwa antibiotik yang diproduksi oleh Streptomyces diakhiri dengan "–misin". Nama natamisin dipilih mengacu pada nama spesies natalensis.[5] KegunaanMedisNatamisin digunakan untuk mengobati infeksi jamur termasuk Candida, Aspergillus, Cephalosporium, Fusarium, dan Penicillium. Natamisin dioleskan sebagai krim, tetes mata, atau (untuk infeksi mulut) dalam bentuk permen pelega tenggorokan. Natamisin menunjukkan absorpsi yang sangat kecil ke dalam tubuh ketika diberikan dengan cara-cara ini. Ketika dikonsumsi secara oral, sedikit atau tidak ada yang diserap dari saluran pencernaan, sehingga tidak cocok untuk infeksi sistemik.[6] Permen pelega tenggorokan natamisin digunakan oleh dokter hewan untuk kandidiasis oral.[7] MakananNatamisin disetujui untuk berbagai aplikasi produk susu di Amerika Serikat. Lebih spesifik lagi, natamisin umumnya digunakan dalam produk-produk seperti krim keju, keju cottage, krim asam, yoghurt, keju parut, keju iris, dan campuran salad kemasan. Salah satu alasan produsen makanan menggunakan natamisin adalah untuk menggantikan pengawet buatan asam sorbat.[8] Natamisin juga diketahui berdifusi lebih lambat dan lebih sedikit ke dalam keju dibandingkan dengan sorbat, yang dapat menyebabkan perubahan rasa yang tidak diinginkan.[9] Sebagai bahan tambahan pangan, ia memiliki nomor E E235. Di seluruh Uni Eropa, natamisin hanya disetujui sebagai pengawet permukaan untuk keju dan produk sosis kering tertentu. Zat ini tidak boleh terdeteksi 5 mm di bawah kulit. Meskipun natamisin disetujui dalam berbagai aplikasi pada tingkat yang berbeda di dunia, natamisin disetujui di lebih dari 150 negara di seluruh dunia.[10] Meskipun saat ini tidak disetujui untuk digunakan pada daging di Amerika Serikat, beberapa negara mengizinkan natamisin untuk diaplikasikan pada permukaan sosis kering dan fermentasi untuk mencegah pertumbuhan jamur pada selongsong. Sosis yang mengandung keju, bahkan di negara-negara yang tidak mengizinkan penggunaannya pada daging, dapat mengandung dan mencantumkan natamisin sebagai salah satu bahannya. Panel Otoritas Keamanan Makanan Eropa (EFSA) mengambil alih tanggung jawab untuk memberikan nasihat keamanan pangan ilmiah kepada UE dari Komite Ilmiah Pangan pada tahun 2002.[11] Pada tahun 2009, EFSA menganggap tingkat penggunaan natamisin yang diusulkan aman jika digunakan untuk perawatan permukaan pada jenis keju dan sosis ini.[12] KeamananNatamisin tidak memiliki toksisitas akut. Dalam studi hewan, LD50 terendah yang ditemukan adalah 2,5–4,5 g/kg.[13] Pada tikus, LD50 adalah ≥2300 mg/kg, dan dosis 500 mg/kg/hari selama dua tahun tidak menyebabkan perbedaan yang terdeteksi dalam tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan, atau insidensi tumor. Metabolit natamisin juga tidak memiliki toksisitas. Produk pemecahan natamisin dalam berbagai kondisi penyimpanan mungkin memiliki LD50 yang lebih rendah daripada natamisin, tetapi dalam semua kasus, angkanya cukup tinggi. Pada manusia, dosis 500 mg/kg/hari yang diulang selama beberapa hari menyebabkan mual, muntah, dan diare.[14] Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa natamisin, baik pada tingkat farmakologis maupun tingkat yang ditemukan sebagai bahan tambahan makanan, dapat membahayakan flora usus normal, tetapi penelitian definitif mungkin belum tersedia.[14] Namun, beberapa orang alergi terhadap natamisin.[15] EFSA telah menyimpulkan bahwa penggunaan natamisin sebagai bahan tambahan makanan tidak memiliki risiko relevan terhadap perkembangan jamur yang resistan.[12] Mekanisme kerjaNatamisin menghambat pertumbuhan jamur dengan mengikat secara spesifik ergosterol yang terdapat dalam membran sel jamur. Natamisin menghambat protein pengangkut asam amino dan glukosa yang menyebabkan hilangnya pengangkutan nutrisi melintasi membran plasma. Meskipun pengikatan ini bersifat reversibel, pengikatan ergosterol bertindak sebagai mekanisme universal penghambatan jamur, yang memungkinkan natamisin untuk bekerja pada berbagai patogen jamur mulai dari khamir Saccharomyces hingga jamur Aspergillus. Natamisin unik di antara antijamur terkait khususnya karena tidak secara langsung menyebabkan permeabilisasi membran.[16][17][18] Antibiotik yang terkait secara struktural dengan sifat pengikatan yang serupa diperkirakan menghasilkan saluran hidrofilik yang memungkinkan kebocoran ion kalium dan natrium dari sel.[19] BiokimiaNatamisin diproduksi sebagai metabolit sekunder oleh beberapa spesies Streptomyces yakni Streptomyces natalensis, Streptomyces lydicus, Streptomyces chattanoogensis, dan Streptomyces gilvosporeus.[4] Secara struktural, intinya adalah makrolida yang mengandung segmen poliena, dengan gugus asam karboksilat dan mikosamin yang terikat. Seperti antijamur poliena lainnya, biosintesisnya dimulai dengan serangkaian modul poliketida sintase, diikuti oleh proses enzimatik tambahan untuk oksidasi dan pengikatan substituen.[20] Natamisin diproduksi dalam skala industri melalui fermentasi berbagai galur Streptomyces termasuk S. chattanoogensis L10.[20] Masyarakat dan budayaNatamycin muncul dalam daftar "Bahan-bahan yang Tidak Dapat Diterima untuk Makanan" milik Whole Foods.[21] Referensi
|