Pada bulan Juli 1990, Ryan pindah ke Irak bersama pacarnya, yang kemudian menjadi istrinya, untuk melatih para dokter di sana. Setelah terjadinya Invasi Kuwait, mereka menjadi tawanan dan dipaksa untuk bekerja sebagai dokter di bawah tawanan, dan sering kali bekerja di bawah tekanan.[1][7]
Sebuah konvoi militer menghancurkan banyak kawasan, dan Ryan terkena serangan tersebut. Karena mengalami luka-luka, akhirnya mereka diizinkan untuk meninggalkan Irak. Ryan mengalami cedera yang cukup parah pada bagian punggung, dan karena kondisi tersebut, dia dilarang untuk bekerja lagi sebagai ahli bedah. Setelah pulih, dia kemudian beralih ke bidang kesehatan masyarakat dan penyakit menular.[1][3][8] Ryan bekerja untuk Bill & Melinda Gates Foundation dalam upaya memberantas penyakit menular di Afrika.[9]
Karier di WHO
Ryan mulai bekerja di Organisasi Kesehatan Dunia para tahun 1996 di unit yang baru dibuka yang berfokus pada epidemi dan penyakit menular di bawah arahan ahli penyakit menular, David L. Heymann.[1][2] Dia mengembangkan pedoman penanggulangan wabah campak sebagai bagian dari tim Expanded Programme on Immunization (EPI) atau Program yang Diperluas tentang Imunisasi, yang menerapkan pengawasan terhadap kelumpuhan lembek akut, cara pemberantasan polio.[6]
Dari tahun 2000 hingga 2003, Ryan menjadi koordinator Respon Epidemi di WHO.[2] Pada tahun 2001, dia tinggal di Uganda menjadi kepala tim pakar internasional yang terlibat dalam penanggulangan epidemi Ebola di Afrika.[10] Sama seperti di Irak, Ryan berada di daerah konflik seperti Republik Demokratik Kongo, di mana para pekerja bantuan sering mendapat serangan dan bahkan dibunuh.[7] Pada tahun 2003, ia juga bekerja sebagai Koordinator Operasional untuk kasus Wabah SARS.[2]
Selanjutnya, tahun 2005 hingga 2011, Ryan menjadi Direktur Operasi Siaga dan Respons Global (Director of Global Alert and Response Operations untuk WHO.[2] Tahun 2011, Ryan meninggalkan WHO dan kembali ke Galway, Irlandia, untuk mengerjakan sebuah program yakni Global Polio Eradication Initiative (GPEI) untuk wilayah Pakistan, Afghanistan, dan kawasan Timur Tengah, hingga tahun 2017. Setelah itu, tahun 2017 dia kembali bergabung dengan WHO.[1][3]
Tahun 2013 hingga 2017, Ryan mendapat tugas untuk bekerja di Timur Tengah sebagai Penasihat Senior dalam Pemberantasan Polio dan Keadaan Darurat untuk Inisiatif Pemberantasan Polio Global (GPEI), Organisasi Kesehatan Dunia.[6] Tujuan pekerjaan tersebut adalah untuk memberantas polio yang sedang marak di Pakistan dan Afghanistan.[4] Ryan juga menjadi koordinasi untuk mendukung operasional dan teknis tanggap wabah polio di wilayah Suriah dan Irak. Tahun 2014, Direktur Jenderal Margaret Chan menunjuk Ryan bergabung dengan Grup Penasihat WHO dalam Respons Penyakit Virus Ebola, yang diketuai oleh Sam Zaramba dan David L. Heymann.[11] Selama masa itu, dia berdomisili di Islamabad, Pakistan tepatnya di Pusat Operasi Darurat Nasional (NEOC), yang bekerjasama dengan pemerintahan Pakistan.[6]
Sejak tahun 2017 hingga 2019, Ryan menjabat sebagai Asisten Direktur Jenderal untuk Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat (Emergency Preparedness and Response) di Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO (WHO Health Emergencies Programme atau WHOHEP).[2] Selanjutnya tahun 2019, dia menjadi bagian dari kepemimpinan yang membuat Laporan Kesiapsiagaan Global untuk Dewan Pemantau Kesiapsiagaan Global (Global Preparedness Monitoring Board (GPMB)).[4] Tahun 2019, Ryan menjadi Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia menggantikan Peter Salama.[2][12]
Setelah terjadinya pandemi COVID-19, Ryan sering muncul dalam konferensi pers oleh WHO mengenai penanganan pandemi ini.[13] Ryan menjadi juru bicara dan menjawaban setiap pertanyaan media tentang strategi WHO dalam memerangi pandemi COVID-19 dan upaya menemukan vaksin yang tepat. Merujuk pada pengalamannya mengatasi wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo, Ryan mengatakan bahwa melakukan jarak sosial, penguncian (lockdown), dan pembatasan aktivitas di luar rumah, merupakan cara yang dapat menghentikan penyebaran COVID-19. Untuk memberantas virus ini, Ryan berpendapat bahwa pentingnya intervensi kesehatan masyarakat berskala besar dengan fokus pada prinsip sentral penahanan, yakni pengawasan berbasis komunitas, pelacakan kontak (contact tracing), isolasi mandiri, dan juga di karantina.[14]
Kehidupan pribadi
Ryan bertemu dengan istrinya, Máire Connolly, ketika kuliah kedokteran di NUI Galway, tahun 1988, dan mereka menikah tahun 1997.[15] Itrinya Connolly, juga adalah seorang dokter dan penulis yang spesialisasi penyakit menular dan juga bekerja di Organisasi Kesehatan Dunia.[1][16] Connolly menjadi profesor untuk keamanan kesehatan dan penyakit menular di NUI Galway.[17] Dari pernikahan mereka, dikaruniai tiga orang anak.[1] Saat ini, Ryan tinggal di Jenewa, Swiss.[18]
Aktivitas lain
Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN), anggota pendiri.[2][6]
Informal Advisory Group on the Ebola Virus Disease Response, sebagai anggota[6]
Program Darurat Kesehatan (Health Emergencies Programmes) WHO, sebagai Komite Pengawas dan Penasihat Independen (2016-2017)[6]