Martin-Baker
Martin-Baker Aircraft Co. Ltd. adalah sebuah produsen kursi lontar dan peralatan keselamatan dirgantara asal Britania Raya. Perusahaan ini memulai sejarahnya sebagai produsen pesawat terbang, sebelum kemudian menjadi pelopor di bidang kursi lontar. Perusahaan ini berkantor pusat di Higher Denham, Buckinghamshire, Inggris, serta memiliki fasilitas di Prancis, Italia, dan Amerika Serikat.[1] Martin-Baker memasok kursi lontar untuk 93 angkatan udara di seluruh dunia.[2] Kursi buatan Martin-Baker telah dipasang di lebih dari 200 jenis pesawat terbang, dengan yang terbaru adalah Lockheed Martin F-35 Lightning II. Pada tahun 2022, Martin-Baker mengklaim bahwa sejak uji lontar pertama pada tahun 1945,[3] kursi lontar buatannya telah menyelamatkan 7.732 orang.[4] Martin-Baker juga memproduksi kursi yang mereka sebut sebagai "kursi tahan benturan" untuk helikopter dan pesawat terbang. Hingga 2012[update], perusahaan ini telah memproduksi 20.000 kursi tahan benturan. Martin-Baker masih merupakan sebuah perusahaan keluarga yang dijalankan oleh putra kembar dari Sir James Martin sejak musim gugur tahun 1979.[2] SejarahPada tahun 1929, James Martin mendirikan pabrik pesawat terbang.[5][6] Pada tahun 1934, James Martin dan Kapten Valentine Baker menjadikan pabrik tersebut sebagai modal untuk mendirikan "Martin's Aircraft Works" di Denham dengan bantuan keuangan dari Francis Francis. Perusahaan tersebut kemudian memproduksi sebuah purwarupa pesawat terbang, yakni MB 1, dengan menggunakan paten rancangan struktur pesawat terbang yang dipegang oleh Martin. Pada tanggal 17 Agustus 1934, Martin-Baker Aircraft Company didirikan untuk melanjutkan pengembangan pesawat terbang.[7] MB 1 adalah sebuah monoplane sayap rendah dengan dua kursi yang ditenagai dengan mesin de Havilland Gipsy yang dipasang di belakang kursi. Mesin tersebut menggerakkan baling-baling melalui poros yang melintang horizontal di antara pilot dan penumpang. Pengembangan MB 1 kemudian dihentikan, karena kesulitan keuangan, walaupun bodi dan mesinnya telah selesai dipasang. Martin-Baker juga memproduksi sebuah otogiro yang dirancang oleh Raoul Hafner. Otogiro tersebut kemudian diuji oleh Kapten Baker di Lapangan Udara Heston.[8] Pada tahun 1935, Martin dan Baker merancang dan menerbangkan Martin-Baker MB 1, sebuah pesawat terbang ringan dengan dua kursi. Rancangan pesawat terbang militer pertama mereka adalah Martin-Baker MB 2, sebuah pesawat tempur dengan mesin Napier Dagger yang pertama kali diterbangkan pada tahun 1938.[9] MB 2 dikembangkan untuk memenuhi Spesifikasi Kementerian Perhubungan Udara F.5/34 (pesawat tempur untuk wilayah tropis). MB 2 sempat diuji, tetapi tidak ada rancangan untuk F.5/34 yang akhirnya dipakai.[10]
Martin-Baker MB 5 yang pertama kali diterbangkan pada tahun 1944 memulai sejarahnya sebagai purwarupa kedua dari MB 3, tetapi kemudian dirombak besar-besaran dengan bodi baja tubular. MB 5 menggunakan mesin Griffon untuk menggerakkan baling-baling.[11][12]
Selama Perang Dunia II, Martin-Baker memproduksi komponen pesawat terbang, termasuk retrofit untuk sabuk amunisi dari meriam otomatis Hispano Mk II dan kursi tahan benturan untuk Supermarine Spitfire. James Martin juga merancang dan memproduksi pemotong baut peledak yang dipasang di sayap pesawat pengebom untuk memotong kabel balon bedilan yang dipasang di sejumlah pesawat terbang dan berhasil menyelamatkan sejumlah pesawat terbang. Pada tahun 1944, perusahaan ini didekati oleh Kementerian Produksi Pesawat Terbang untuk menginvestigasi sistem pelontaran guna memungkinkan pilot menyelamatkan diri dari pesawat tempur berkecepatan tinggi. Kursi lontar![]() ![]() Martin-Baker menginvestigasi kursi lontar mulai tahun 1934, beberapa tahun sebelum Jerman dan Swedia mengajukan sistem serupa pada tahun 1938. Perusahaan ini kemudian menyimpulkan bahwa kursi lontar yang ditenagai dengan bahan peledak adalah solusi terbaik. Terutama, kematian Baker pada tahun 1942 saat sedang menguji MB 3 sangat mempengaruhi Martin, sehingga keselamatan pilot menjadi fokus utama Martin, dan mengarah pada reorganisasi perusahaan ini agar dapat fokus pada kursi lontar.[13] Pada tahun 1944, James Martin diminta oleh Kementerian Produksi Pesawat Terbang untuk mengembangkan metode agar pilot dapat menyelamatkan diri dari pesawat tempurnya.[7] Martin lalu memutuskan bahwa metode terbaik adalah pelontaran kursi dengan pilot duduk di atasnya, dengan dibantu oleh bahan peledak. Setelah pelontaran, pilot akan memisahkan diri dari kursi dan membuka parasutnya dengan menarik tali seperti biasa. Pada saat itu, hanya terdapat sedikit informasi mengenai seberapa besar daya "g" vertikal yang dapat ditahan oleh tubuh manusia. Dalam peluncuran pesawat terbang dengan katapel, hanya dapat diketahui ketahanan terhadap daya "g" horizontal, sehingga tidak dapat diterapkan pada pelontaran kursi. Pengujian pun harus dilakukan untuk mengetahui seberapa besar daya "g" vertikal yang dapat ditahan oleh tubuh manusia. Pengujian tersebut dilakukan dengan cara melontarkan sebuah kursi secara vertikal, dengan kursinya diperberat dengan beban yang setara dengan bobot normal manusia. Sebuah rig pengujian setinggi 16 ft (4,9 m) pun dibangun dalam bentuk kaki tiga, dengan salah satu kaki dilengkapi dengan rel pelontaran. Kursi pun dilontarkan melalui rel dengan didorong oleh dua tabung teleskopik yang diberi bahan peledak. Rel pelontaran dilengkapi dengan penghenti tiap 3 in (76 mm), sehingga kursi otomatis tertahan di akhir pelontaran.[14] Studi kemudian dilakukan untuk mengetahui batas akselerasi vertikal yang dapat ditahan oleh tubuh manusia. Pelontaran pertama dilakukan dengan beban seberat 200 pon (91 kg) pada tanggal 20 Januari 1945, dan empat hari kemudian, salah satu pegawai dari perusahaan ini, Bernard Lynch, menjadi manusia pertama yang dilontarkan, yakni hingga ketinggian 4 ft 8 in (1,42 m). Dalam tiga pengujian selanjutnya, tenaga dari peledak terus ditingkatkan hingga ketinggian pelontaran 10 kaki dapat dicapai, di mana Lynch mulai merasa tidak nyaman. Pada tanggal 24 Juli 1946, Lynch dilontarkan dari sebuah Gloster Meteor yang melaju secepat 320 mph (510 km/h) IAS di ketinggian 8.000 kaki (2.400 m) di atas Lapangan Udara Chalgrove di Oxfordshire.[15] Kursi lontar pertama buatan Martin-Baker, yakni 'Pre-Mk 1', pun dipasang di purwarupa Saunders-Roe SR.A/1. Pada bulan Mei 1949, untuk pertama kalinya, kursi lontar digunakan oleh seorang pilot yang sedang menerbangkan Armstrong Whitworth A.W.52. Martin-Baker kemudian menjadi pelopor dalam mengembangkan penggunaan dari kursi lontar, agar dapat digunakan di ketinggian rendah dan kecepatan rendah, sehingga mengarah pada pengembangan kapabilitas "nol-nol" pada tahun 1961.[16] Aplikasi
Martin-Baker Mk.1 Martin-Baker Mk.2
Martin-Baker Mk.3
Martin-Baker Mk.4
Martin-Baker Mk.5
Martin-Baker Mk.6
Martin-Baker Mk.7
Martin-Baker Mk.8 Martin-Baker Mk.9 Martin-Baker Mk.10
Martin-Baker Mk.11 Martin-Baker Mk.12
Martin-Baker Mk.14 NACES (SJU-17) Kursi lontar ini digunakan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dan kerap disebut sebagai Martin-Baker NACES (Naval Aircrew Ejection Seat) SJU-17, dengan huruf akhiran untuk membedakan tiap varian.[17] Martin-Baker Mk.15 Martin-Baker Mk.16
Martin-Baker Mk.17 Kursi lontar yang sangat kecil dan ringan. Dirancang untuk mengurangi berat dan perawatan. Kursi lontar paling ringan dalam jajaran produk Martin-Baker. ReferensiCatatan
Bibliografi
Pranala luar![]() Wikimedia Commons memiliki media mengenai Martin-Baker.
|