Mahasi Sayadaw
Mahāsī Sayādaw U Sobhana (Burma: မဟာစည်ဆရာတော် ဦးသောဘန; 29 Juli 1904 – 14 Agustus 1982) adalah seorang biku Buddhisme Theravāda dan guru meditasi Burma yang memiliki dampak signifikan terhadap pengajaran meditasi vipassanā (pandangan-terang) di Barat dan seluruh Asia. Dalam gaya praktiknya, yang berasal dari apa yang disebut Metode Burma Baru oleh U Nārada, meditator hidup sesuai dengan moralitas Buddhis sebagai prasyarat praktik meditasi. Meditasi itu sendiri mencakup praktik "pandangan-terang murni", menggunakan satipaṭṭhāna, empat landasan perhatian-penuh, untuk memusatkan perhatian pada sensasi naik turunnya perut saat bernapas, mengamati dengan saksama sensasi atau pikiran lainnya. Hal ini dipadukan dengan refleksi ajaran Buddha tentang kausalitas, sehingga memperoleh wawasan atau pandangan-terang tentang anicca, dukkha, dan anattā serta mencapai sotapana. Mahāsī Sayādaw adalah seorang penanya dan penyunting akhir pada Sidang Buddhis Keenam pada tanggal 17 Mei 1954. BiografiMahāsi Sayādaw lahir pada tahun 1904 di Desa Seikkhun di Burma Hulu. Ia menjadi samanera pada usia dua belas tahun, dan ditahbiskan pada usia dua puluh tahun dengan nama Sobhana. Selama puluhan tahun belajar, ia lulus serangkaian ujian sangha ketat dari pemerintah dalam kitab-kitab Buddhisme Theravāda, dan meraih gelar Dhammācariya (guru Dhamma) yang baru diperkenalkan pada tahun 1941. Pada tahun 1931, U Sobhana mengambil cuti dari mengajar kitab suci di Moulmein, Burma Selatan, dan pergi ke Thaton di dekatnya untuk berlatih meditasi vipassanā intensif di bawah bimbingan Mingun Jetawun Sayādaw (juga dikenal sebagai Mingun Jetavana Sayādaw), yang juga dikenal sebagai U Nārada. Guru ini pernah berlatih di Perbukitan Sagaing yang terpencil di Burma Hulu, di bawah bimbingan Aletawya Sayādaw, seorang murid dari guru meditasi hutan Thelon Sayādaw.[butuh rujukan] U Sobhāna pertama kali mengajar meditasi vipassanā di desa asalnya pada tahun 1938, di sebuah wihara yang dinamai 'Mahāsi' (terj. har. 'drum besar') karena identik dengan keberadaan drum besar. Ia kemudian dikenal di wilayah tersebut sebagai Mahāsi Sayādaw. Pada tahun 1947, Perdana Menteri Myanmar, U Nu, mengundang Mahāsi Sayādaw untuk menjadi guru tetap di sebuah pusat meditasi yang baru didirikan di Yangon, yang kemudian disebut Mahāsi Sāsana Yeiktha. Mahāsi Sayādaw adalah seorang penanya dan penyunting terakhir di Sidang Buddhis Keenam pada tanggal 17 Mei 1954. Ia membantu mendirikan pusat-pusat meditasi di seluruh Burma serta di Sri Lanka, Indonesia, Thailand, dan pada tahun 1972 pusat-pusat di bawah bimbingannya telah melatih lebih dari 700.000 meditator. Pada tahun 1979, ia melakukan perjalanan ke Barat, mengadakan retret di pusat-pusat yang baru didirikan seperti Insight Meditation Society (IMS) di Barre, Massachusetts, AS. Selain itu, para meditator datang dari seluruh dunia untuk berlatih di pusat meditasinya di Yangon. Ketika Mahāsi Sayādaw meninggal pada tanggal 14 Agustus 1982 setelah terkena strok besar, ribuan umat menerjang hujan monsun yang deras untuk memberikan penghormatan terakhir mereka. PraktikMetode Mahāsi didasarkan pada Satipaṭṭhāna Sutta, yang menguraikan bagaimana seseorang memfokuskan perhatian pada napas, memperhatikan bagaimana seseorang menarik dan menghembuskan napas. Praktik dimulai dengan tahap persiapan, praktik sīla (moralitas), dengan melepaskan pikiran dan keinginan duniawi.[1][2][note 1] Praktisi kemudian terlibat dalam satipāṭṭhana dengan memperhatikan napas. Seseorang memperhatikan secara penuh setiap fenomena mental atau fisik yang muncul, terlibat dalam vitakka, memperhatikan atau menamai fenomena fisik dan mental ("bernapas, bernapas"), tanpa melibatkan fenomena tersebut dengan pemikiran konseptual (papañca) lebih lanjut.[3][4] Dengan memperhatikan munculnya fenomena fisik dan mental, meditator menjadi sadar bagaimana kesan indra muncul dari kontak (phassa) antara indra dan fenomena fisik dan mental,[3] seperti yang dijelaskan dalam lima gugusan (pañcakkhandha) dan Kemunculan Bersebab (paṭiccasamuppāda). Perhatian ini disertai dengan refleksi atas sebab akibat dan ajaran Buddha lainnya, yang mengarah pada wawasan atas anicca, dukkha, dan anattā.[5] Ketika ketiga karakteristik ini telah dipahami, maka refleksi mereda, dan proses perhatian pun semakin cepat, memperhatikan fenomena secara umum, tanpa harus melabelinya.[6] Siswa terkemuka
PenerbitanMahāsi Sayādaw menerbitkan hampir tujuh puluh jilid literatur Buddhis dalam bahasa Burma, banyak di antaranya merupakan transkripsi dari ceramah-ceramah. Ia menyelesaikan terjemahan kitab Visuddhimagga ("Jalan Pemurnian"), sebuah risalah panjang tentang praktik Buddhis karya pengomentar/penafsir dan cendekiawan Buddhis Theravāda India abad ke-5, Buddhaghosa, ke dalam bahasa Burma. Ia juga menulis sebuah jilid berjudul Manual of Vipassana Meditation. Karya-karyanya dalam bahasa Inggris antara lain:
Catatan
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
|