Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Lauh Batu

Musa menerima kedua Lauh hukum Allah, Lauh batu yang ditulisi oleh jari Allah.

Lauh Batu[a], Lauh Hukum[b], atau Lauh Perjanjian[c] merupakan dua kepingan batu istimewa yang ditulisi dengan Sepuluh perintah Allah ketika Musa menaiki Gunung Sinai, seperti yang tertulis di dalam Kitab Keluaran. Berdasarkan narasi Alkitab, terdapat dua set Lauh Batu yang pernah dibuat. Set yang pertama, yang ditulisi oleh jari Allah (Keluaran 31:18), dipecahkan oleh Musa setelah ia marah karena melihat bangsa Israel menyembah patung anak lembu emas (Keluaran 32:19); sementara set yang kedua dipahat oleh Musa dan ditulis ulang oleh Tuhan (Keluaran 34).

Menurut ajaran tradisional Yudaisme di Talmud, batu-batu ini terbuat dari safir sebagai simbol akan langit, sorga, dan akhirnya Takhta Tuhan; namun banyak pakar Torah yang menyatakan bahwa "safir" dalam Alkitab sejatinya adalah lapis lazuli. Baik set pertama atau kedua disimpan di dalam Tabut Perjanjian (Aron Habrit dalam bahasa Ibrani).

Isi

Dalam tradisi Yudaisme, pengaturan hukum-hukum dalam Lauh batu itu ditafsirkan dalam beberapa cara. Rabbi Hanina ben Gamaliel mengatakan bahwa tiap tablet memuat lima perintah, "tetapi para orang tua (Sage) mengatakan bahwa sepuluh di satu Lauh dan sepuluh di Lauh yang lain".[4] Karena perintah-perintah itu merupakan suatu perjanjian, adalah mungkin ditulis dalam dua salinan di kedua Lauh batu. Ini dapat disejajarkan dengan surat perjanjian diplomatik di Mesir kuno, di mana dibuat satu salinan untuk setiap pihak yang membuat perjanjian.

Dalam Al-Qur'an

Al-Quran menyatakan bahwa lauh-lauh diberikan kepada Musa, tanpa mengutip isinya secara eksplisit:

Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal; maka (Kami berfirman), "Berpegangteguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang kepadanya dengan sebaik-baiknya, Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang fasik." (Quran: Al-A'raf:145)

Lauh-Lauh ini tidak dipecahkan dalam Al-Qur'an, tetapi diambil kemudian:

Dan ketika Musa telah kembali kepada kaumnya, dengan marah dan sedih hati dia berkata, "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan selama kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?" Musa pun melemparkan lauh-lauh (Taurat) itu dan memegang kepala saudaranya (Harun) sambil menarik ke arahnya. (Harun) berkata, "Wahai anak ibuku! Kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir saja mereka membunuhku, sebab itu janganlah engkau menjadikan musuh-musuh menyoraki melihat kemalanganku, dan janganlah engkau jadikan aku sebagai orang-orang yang zhalim." (Quran: Al-A'raf:150)

Dan setelah amarah Musa mereda, diambilnya (kembali) lauh-lauh (Taurat) itu; di dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya. (Quran: Al-A'raf:154)

Gambar

Referensi

  1. ^ a b c Keluaran 31:18
  2. ^ a b Ulangan 9:9
  3. ^ Menurut Akitab Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (1985)
  4. ^ Rabbi Ishmael. Horowitz-Rabin (ed.) (ed.). Mekhilta. hlm. 233, Tractate de-ba-Hodesh, 5.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan

Kembali kehalaman sebelumnya