Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Jas laboratorium

Peserta didik mengenakan jas laboratorium

Jas laboratorium atau Mantel laboratorium adalah salah satu alat pelindung diri yang wajib digunakan oleh para peserta didik dan tenaga kerja profesional di lingkungan laboratorium. Pemakaian jas laboratorium sering ditemui pada laboratorium kimia atau laboratorium biologi. Jas laboratorium umumnya berwarna putih, berlengan panjang, terdapat kancing, panjangnya selutut, dan berbahan katun, linen, atau poliester. Jas laboratorium berfungsi sebagai seragam atau identitas seorang pekerja laboratorium, dan untuk melindungi tubuh manusia dari percikan zat kimia berbahaya yang dapat merusak kulit, serta zat kimia yang bersifat mudah meledak. Tidak hanya itu, alat pelindung diri lainnya yang digunakan di laboratorium antara lain kacamata pengaman untuk pelindung mata, masker untuk mencegah terhirupnya zat kimia berbahaya, sepatu khusus laboratorium, dan sarung tangan.

Penampilan

Material yang biasa digunakan untuk membuat jas laboratorium adalah bahan katun, linen, atau campuran katun dan poliester berwarna putih terang.[1] Pemilihan warna dan jenis kain ini bukan tanpa alasan, warna terang memudahkan untuk melihat apakah jas tersebut bersih atau terkontaminasi, sementara jenis kain yang digunakan memungkinkan pencucian pada suhu tinggi untuk memastikan kebersihan dan sterilisasi yang optimal.

Menariknya, penggunaan jas serupa tidak hanya terbatas pada konteks medis dan laboratorium. Di Argentina dan Uruguay, jas berwarna putih justru menjadi simbol pendidikan dan dikenakan oleh siswa maupun guru di sekolah-sekolah negeri.[2] Sementara itu, di Tunisia dan Mozambik, para guru mengenakan jas putih dengan tujuan praktis, yaitu melindungi pakaian mereka dari debu kapur tulis yang umum digunakan dalam proses belajar mengajar.[butuh rujukan]

Penggunaan

Bidang medis

Selama lebih dari seabad, jas putih telah dianggap sebagai pakaian khas bagi dokter umum maupun ahli bedah..[3] Penggunaan jas putih dalam dunia kedokteran berakar pada abad ke-19, sebuah era di mana keyakinan terhadap kepastian ilmu pengetahuan sangat kontras dengan praktik perdukunan dan mistisisme yang masih mewarnai dunia pengobatan saat itu.[4] Sebagai upaya untuk menekankan peralihan menuju pendekatan yang lebih ilmiah dalam kedokteran modern, para dokter mulai menampilkan diri mereka layaknya ilmuwan. Langkah simbolis yang mereka ambil adalah dengan mengenakan jas laboratorium berwarna putih, yang pada masa itu merupakan simbol paling dikenal dari seorang ilmuwan.[5][6]

Persepsi pasien

Sebuah penelitian di Britania Raya mengungkapkan adanya perbedaan preferensi antara pasien dan dokter terkait penggunaan jas putih. Mayoritas pasien ternyata lebih menyukai dokter mereka mengenakan jas putih, sementara sebagian besar dokter justru memilih pakaian lain, seperti seragam operasi (scrubs). Studi tersebut juga mencatat bahwa psikiater merupakan kelompok dokter yang paling jarang mengenakan jas putih. Meskipun dikenakan, biasanya dipakai di atas seragam operasi. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh para dokter yang tidak menyukai jas putih adalah rasa panas dan tidak nyaman saat memakainya karena mengharuskan penggunaan jas selama beberapa jam bertugas, serta kekhawatiran bahwa jas tersebut dapat menjadi media penyebaran infeksi.[7]

Kontroversi

Berbagai penelitian telah mengindikasikan bahwa jas dokter yang dikenakan di lingkungan rumah sakit berpotensi menjadi sarang bagi berbagai mikroorganisme penyebab penyakit, termasuk bakteri resisten seperti MRSA.[8]

Pada tahun 2007, National Health Service (NHS) di Britania Raya mulai memberlakukan larangan penggunaan jas berlengan panjang. Langkah ini diikuti oleh investigasi serupa oleh American Medical Association (AMA) pada tahun 2009 yang mempertimbangkan pelarangan jas berlengan panjang demi melindungi pasien. Meskipun AMA tidak sampai mengeluarkan larangan resmi, isu ini menunjukkan adanya perhatian serius terhadap potensi risiko infeksi yang terkait dengan jas dokter.[9]

Sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2011 meneliti efektivitas larangan jas berlengan panjang oleh NHS. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dalam tingkat kontaminasi selama periode 8 jam antara dokter residen yang mengenakan jas berlengan panjang dan mereka yang mengenakan seragam operasi berlengan pendek.[10]

Sebagai respons terhadap kekhawatiran akan kontaminasi seragam petugas kesehatan, ASTM International saat ini sedang mengembangkan standar khusus yang akan mengatur ketahanan terhadap penetrasi cairan, kemampuan menolak cairan, dekontaminasi bakteri, serta sifat antimikroba pada seragam tersebut.[11] The spread of white coat infection has been rampant and talked about in the scientific community. [12] Isu penyebaran infeksi melalui jas putih memang telah menjadi topik diskusi yang meluas di kalangan komunitas ilmiah. Bahkan, seorang dokter asal India, Edmond Fernandes, memicu kontroversi di India dan sebagian Asia Selatan dengan menyerukan pelarangan total penggunaan jas putih karena potensi penyebaran infeksi nosokomial yang signifikan.[13][14]

Upacara jas putih

Upacara jas putih merupakan sebuah tradisi yang relatif baru dan menandai secara simbolis masuknya seseorang ke sekolah kedokteran dan belakangan ini juga menyebar ke berbagai sekolah dan profesi yang berkaitan dengan kesehatan.[15] Tradisi ini pertama kali diadakan di Pritzker School of Medicine, Universitas Chicago, pada tahun 1989. Inti dari upacara ini adalah prosesi formal di mana para mahasiswa baru secara simbolis dipakaikan atau "dijubah" dengan jas laboratorium berwarna putih.[16]

Penggunaan lain

Penggunaan jas putih sebagai seragam sekolah sebagai simbol berpendidikan

Jas putih yang menyerupai jas laboratorium juga memiliki fungsi lain di luar ranah medis dan ilmiah. Di beberapa negara seperti Argentina, Uruguay, Spanyol, Bolivia, dan Maroko, jas putih dikenakan oleh siswa dan guru di sebagian besar sekolah dasar negeri sebagai seragam harian. Praktik serupa juga ditemukan di sekolah-sekolah swasta di Kolombia. Penggunaan seragam berupa jas putih ini juga pernah menjadi tradisi di Paraguay dan Chili pada beberapa dekade sebelumnya. Sebagian besar negara mengadopsi jas putih sebagai simbol pendidikan dan keberhasilan.

Referensi

  1. ^ G. Allen (2025-01-27). "Lab Coat, Gloves and Safety Eyewear Policy | PennEHRS". ehrs.upenn.edu. Diakses tanggal 2025-04-04.
  2. ^ Ana (2012-10-17). "Argentinean customs: the white smock". PocketCultures (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-04-04.
  3. ^ Hardy, Susan; Corones, Anthony (2015). "Dressed to Heal: The Changing Semiotics of Surgical Dress". Fashion Theory. 20: 1–23. doi:10.1080/1362704X.2015.1077653. S2CID 193121532.
  4. ^ Jones VA (1999). "The White Coat: Why not Follow Suit?". JAMA. 281 (5): 478. doi:10.1001/jama.281.5.478-jms0203-5-1. PMID 9952213.
  5. ^ Andre Picard (2012-07-02). "Why do physicians wear white lab coats?". The Globe and Mail. Diakses tanggal 2012-11-10.
  6. ^ Hochberg, Mark (April 2007). The Doctor's White Coat--an Historical Perspective. Vol. 9. hlm. 310–314. doi:10.1001/virtualmentor.2007.9.4.mhst1-0704. PMID 23217976. Diarsipkan dari asli tanggal February 19, 2018. Diakses tanggal 26 November 2014.
  7. ^ "Doctors 'should wear white coats'". BBC News. 2004-05-13. Diakses tanggal 2006-07-18.
  8. ^ Treakle, Amy (March 2009). "Bacterial contamination of health care workers' white coats". American Journal of Infection Control. 37 (2): 101–105. doi:10.1016/j.ajic.2008.03.009. PMC 2892863. PMID 18834751.
  9. ^ Murphy, Clare (2007-09-17). "Death of the doctor's white coat". BBC News. BBC. Diakses tanggal 5 December 2014.
  10. ^ Burden, Marisha; Cervantes, Lilia; Weed, Diane; Keniston, Angela; Price, Connie; Albert, Richard (February 2011). "Newly cleaned physician uniforms and infrequently washed white coats have similar rates of bacterial contamination after an 8-hour workday: A randomized controlled trial". Journal of Hospital Medicine. 6 (4): 177–182. doi:10.1002/jhm.864. PMID 21312328.
  11. ^ Subcommittee: F23.40. "New Specification for Healthcare Worker Protective Uniforms". ASTM International. Diakses tanggal 5 December 2014. Pemeliharaan CS1: Nama numerik: authors list (link)
  12. ^ Frakt, Austin (2019-04-29). "Why Your Doctor's White Coat Can Be a Threat to Your Health". The New York Times (dalam bahasa American English). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2023-07-04.
  13. ^ "Are doctors' white coats putting our lives at risk?". The Times of India. 2015-07-24. ISSN 0971-8257. Diakses tanggal 2024-02-09.
  14. ^ "White coats used by doctors should be banned in India!". News Nation English (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-02-09.
  15. ^ Harrah, Scott (2021-02-17). "The White coat ceremony - History and significance of this medical tradition". www.umhs-sk.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-04-04.
  16. ^ WARREN, PETER M. (1999-10-18). "For New Medical Students, White Coats Are a Warmup". Los Angeles Times (dalam bahasa American English). ISSN 0458-3035. Diakses tanggal 2018-03-10.
Kembali kehalaman sebelumnya