Iyadh bin Ghanam
Iyadh bin Ghanam bin Zuhair al-Fihri (bahasa Arab: عياض بن غنم بن زهير الفهري; meninggal 641) atau Iyadh bin Ghanim adalah seorang komandan Arab yang memainkan peran utama dalam penaklukan Muslim di Al-Jazirah (Mesopotamia Hulu) dan Suriah utara. Iyadh termasuk salah satu di antara sedikit dari suku Quraisy yang memeluk Islam sebelum sebagian besar suku tersebut memeluk Islam pada tahun 630, dan Iyadh merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad. Pada tahun 634, di bawah Khalifah Abu Bakar, ia menjabat sebagai gubernur Dumat al-Jandal. Kemudian, pada tahun 637, ia menjadi gubernur Mesopotamia Hulu, tetapi diberhentikan oleh Khalifah Umar karena tuduhan yang tidak jelas. Setelah itu, ia menjadi asisten militer dekat sepupu dan keponakannya, Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Di bawah arahannya, Iyadh menundukkan sebagian besar Suriah utara yang dikuasai Bizantium, termasuk Aleppo, Manbij dan Cyrrhus. Saat Pengepungan Damaskus, ia menjadi komandan pasukan berkuda hingga berhasil menaklukannya.[1] Ketika Pertempuran Fahl, ia menjadi komandan pasukan infantri dan berhasil hancurkan lebih 20.000 pasukan Romawi dalam pertempuran di daerah rawa-rawa. Pada tahun 17 H, setelah Penaklukkan Palestina (Yerusalem), Iyadh ditugaskan ke Kufah, sementara Abu Ubaidah dikepung pasukan Romawi di Homs. Umar lalu perintahkan Iyadh dari Kufah untuk membawa pasukan membantu Abu Ubaidah hingga berhasil kalahkan sisa-sisa pasukan Romawi.[1] Di Al-Jazirah, ketika Abu Ubaidah dikepung pasukan Romawi dan dibantu penduduk Arab Kristen di Jazirah, ia melancarkan serangan untuk menjadikan wilayah tersebut berada dibawah pemerintahan muslim. Ia pertama-tama merebut Ar-Raqqah setelah mengepungnya dan menjarah pedesaannya. Ini diikuti oleh penaklukan Edessa, Harran dan Samosata dalam keadaan yang sama. Dengan pengecualian pertempuran sengit di Ras al-Ayn dan Dara, bersama Abu Musa al-Asy'ari, Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash dan Utsman bin Abi al-Ash, Iyadh menerima penyerahan serangkaian kota di Mesopotamia lainnya dengan sedikit pertumpahan darah. Secara keseluruhan, penaklukan Iyadh atas Mesopotamia Hulu membuat banyak kota yang ditaklukan tetap utuh dan penduduknya tidak terluka untuk mempertahankan pembayaran pajak mereka ke kekhalifahan yang baru dibentuk. Menurut sejarawan Leif Inge Ree Petersen, Iyadh "hanya mendapat sedikit perhatian" tetapi "jelas memiliki kemampuan yang hebat". Ketika Abu Ubaidah meninggal pada tahun 639, Iyadh menggantikannya sebagai gubernur Hims, Qinnasrin dan Al-Jazirah. Asal-usulIyadh adalah putra Abdu Ghanam bin Zuhair al-Fihri. Dia berasal dari klan Bani al-Harits bin Fihr dari suku Quraisy.[2][3] Panggilannya adalah Abu Sa'ad dan Iyadh memiliki paman yang termasuk sahabat Nabi bernama Iyadh bin Zuhair.[4] Suku mereka adalah suku Arab berprofesi pedagang yang berpusat di Makkah di Semenanjung Arab bagian barat.[5] Iyadh adalah salah satu dari sedikit anggota Quraisy yang masuk Islam sebelum gencatan senjata di Hudaibiyah antara nabi Islam Muhammad dan sebagian besar kaum kafir Quraisy pada tahun 628, serta hadir bersama Muhammad selama negosiasi perdamaian.[6] Setelah menjadi muslim, Iyadh mengubah namanya dari "bin Abdu Ghanam" menjadi "bin Ghanam"; "Abdu Ghanam", nama ayahnya, diterjemahkan dalam bahasa Arab sebagai "hamba Ghanam", berhala yang disembah oleh orang-orang Arab kafir.[7] Berhala adalah sesuatu yang dibenci Iyadh, menurut sejarawan abad ke-9 Ahmad al-Baladzuri.[7] Sebagian besar suku Quraisy kemudian masuk Islam pada tahun 630.[8] Referensi
Daftar pustaka
|