Iman
Iman adalah suatu "keyakinan terhadap Tuhan atau doktrin ajaran agama".[1] Umat beragama menganggap iman sebagai keyakinan dengan tingkat kepastian, atau bukti,[2][3] sementara orang-orang yang cenderung skeptis menganggap iman sebagai kepercayaan belaka tanpa pembuktian.[4][a] Menurut Thomas Aquinas, iman adalah "suatu tindakan cerdas yang menyetujui kebenaran atas perintah keinginan".[b] Agama memiliki tradisi yang panjang — sejak zaman purba — dalam menganalisis pertanyaan-pertanyaan tentang dewa/tuhan menggunakan pengalaman manusia pada lazimnya seperti sensasi, akal budi, sains, dan sejarah yang tidak bergantung pada wahyu; itu disebut teologi alamiah.[c] EtimologiPerkataan iman berasal dari bahasa Arab iman (إيمان), yang diambil dari kata kerja aamana (أمن) -- yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Kata iman juga dipakai sebagai padanan kata pistin (bahasa Yunani: πίστιν) dalam Kristen.[8][d] Alkitab Terjemahan Baru (TB) mencatat kata "iman" sebanyak 155 kali. Iman sering dimaknai "percaya" (kata sifat) dan tidak jarang juga diartikan sebagai kepercayaan (kata benda).[e] Menurut agamaBuddhismeDalam Buddhisme, iman―meskipun dengan konsep yang sangat berbeda dari tradisi agama-agama Abrahamik―mengacu pada keyakinan terhadap Triratna, yaitu Buddha, Dhamma, dan Saṅgha. Keyakinan tidak hanya terhadap suatu tokoh, tetapi juga terkait dengan konsep-konsep dalam ajaran Buddha seperti efikasi karma dan kemungkinan mencapai kecerahan. Keyakinan dipandang sebagai komitmen untuk mempraktikkan ajaran Buddha, seperti bederma, moralitas, dan meditasi secara berkelanjutan. Dalam Buddhisme awal dan aliran Theravāda, iman terpusat terhadap kecerahan Buddha (tathāgatabodhi-saddhā) atau, secara alternatif, terhadap Triratna (ratanattaya-saddhā): keyakinan terhadap Buddha, dhamma, dan sangha.[10][11][12][13][14] Menurut Buddhisme, keyakinan adalah faktor mental yang memercayai suatu objek. Faktor-mental keyakinan dalam Buddhisme bukanlah kepercayaan yang sepenuhnya memerlukan kepatuhan buta (amūlika-saddhā) dengan mengesampingkan fakta, investigasi, dan kebijaksanaan. Seseorang juga tidak akan bisa menyakiti makhluk lain atas dasar keyakinannya.[10] IslamPerkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah, kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua jenis: Iman Hak dan Iman Batil. Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang-orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, di setiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. Atau juga pandangan dan sikap hidup. Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)." KekristenanIman dalam Kekristenan adalah suatu keyakinan sentral yang diajarkan oleh Yesus sendiri dalam kaitannya dengan injil (Kabar Baik).[15] Menurut Yesus, iman merupakan suatu tindakan percaya dan penyangkalan diri sehingga orang tidak lagi mengandalkan kebijaksanaan dan kekuatannya sendiri tetapi melekatkan diri pada kuasa dan perkataan dari Dia yang ia percayai.[16][17] Sejak Reformasi Protestan, pengertian dari istilah ini telah menjadi suatu objek dari ketidaksepakatan teologis utama dalam Kekristenan Barat. Sebagian besar dari perbedaan tersebut telah diatasi dalam Deklarasi Bersama tentang Doktrin Pembenaran (1999). Kekristenan berbeda dengan agama Abrahamik lainnya karena berfokus pada ajaran-ajaran Yesus, kedudukan-Nya sebagai Kristus yang dinubuatkan, termasuk keyakinan akan 'Perjanjian Baru'. Menurut kebanyakan tradisi Kristen, iman Kristen atau Kristiani mensyaratkan suatu keyakinan akan kebangkitan Yesus "dari antara orang mati", yang Dia nyatakan sebagai rencana dari Allah Bapa.[18][19] Catatan
Referensi
|