Severity: Notice
Message: Undefined offset: 1
Filename: infosekolah/leftmenudasboard.php
Line Number: 33
Line Number: 34
Hantu Longga atau hantu Dongga (dalam pengucapan bahasa Bugis: ᨔᨙᨈ ᨉᨚᨁ, translit. sétang Dongga, dalam pengucapan bahasa Makassar: ᨔᨙᨈ ᨒᨚᨁ, translit. sétang Longgak) adalah makhluk mitologis atau mitos hantu yang diceritakan dalam cerita rakyat dari masyarakat Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan, Indonesia. Jenis hantu ini merupakan salah satu hantu yang paling ditakuti, hal ini tidak terlepas dari bentuk tubuhnya ceking yang menjulang tinggi serta penampakan yang misterius sehingga selalu menjadi perbincangan masyarakat. Hantu jenis ini diimajinasikan sebagai hantu dengan tubuh berbentuk bayangan hitam yang tinggi bahkan setinggi pohon kelapa. Menurut cerita urban setempat, hantu Longga gemar menyembunyikan atau menculik anak kecil yang belum pulang di waktu Magrib. Konon, anak yang diculik oleh hantu Longga bisa jadi masih berada di sekitar rumah, namun tak terlihat mata telanjang oleh orang yang mencarinya. Anak-anak yang diculiknya akan diberi makan kaki seribu, cacing dan binatang menjijikkan lainnya. Apabila ada yang bisa melihat, maka tidak jadi diculik. Namun anak itu bisa sakit demam, sawan, atau bahkan kesurupan. Maka dari itu masyarakat di Sulawesi Selatan akan menjaga anak mereka dengan baik terlebih saat menjelang Magrib. Dimana anak-anak sudah harus berada dalam rumah. Selain itu untuk menghindari gangguan Longga tentunya kita harus rajin ibadah dan memperkuat iman.[5][6][7][8]
Dalam budaya populer, hantu Longga sering dianggap sama dengan Genderuwo di Pulau Jawa karena memiliki ukuran yang besar seperti monster. Namun hal tersebut, keduanya memiliki perbedaan yang spesifik pada hantu Longga berwujud seperti bayangan yang awut-awutan dan terkadang berwujud humanoid dan pada Genderuwo berwujud kriptid manusia mirip kera. Segi perawakan, hantu Longga memiliki tubuh yang ceking atau ramping, namun sangat tinggi, sedangkan Genderuwo bertubuh besar dan kekar. Sementara dari segi warna kulit, hantu Longga berwarna hitam pucat sedangkan Genderuwo berwarna hitam kemerahan.
Penamaan "Longga" berasal dari pelafalan bahasa Makassar. "Longga" secara harfiah memiliki makna "tinggi"/"tinggi menjulang"/"orang yang memiliki postur tubuh jangkung". Kata "Longga" tersebut bisa bermakna ambigu, yakni merujuk pada orang berbadan tinggi atau hantu dengan bentuk tubuh tinggi. Khusus definisi pada hantu Longga secara spesifik dapat merujuk pada penggambaran hantu gentayangan yang memiliki postur, bentuk tubuh, atau perawakan yang tinggi/jangkung yang melampaui tinggi manusia pada umumnya.[9][10][11] Menurut hasil kajian Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah (Indonesia) pada buku "Sistim kesatuan hidup setempat daerah Sulawesi Selatan" (1982) mendefinisikan bahwa Longga/Dongga, yaitu makhluk halus yang biasa muncul dalam bentuk binatang/manusia, dan menurut informan makhluk ini bila kita menemukannya makin lama dipandang makin tambah besar.[12]
Sosok hantu Longga masih simpang siur sampai hari ini, beberapa orang pintar mengatakan kalau sosok mereka merupakan setan dan banyak juga yang mengatakan kalau hantu Longga adalah jin yang memiliki sosok seperti manusia namun berbadan tinggi, berleher pendek, dan berwajah hitam. Hantu longga diklaim ada di banyak tempat dengan banyak bangsa sendiri.[10]
Dalam berbagai sumber literatur dan secara umum bahwa hantu Longga merupakan salah satu makhluk gaib yang sangat ditakuti keberadaanya. Mereka sering kali menampakkan sosoknya kepada manusia di sekitar gedung-gedung tinggi, menara, ataupun pohon-pohon yang tinggi. Hantu Longga diimajinasikan suatu sosok yang menyeramkan, yang memiliki bentuk tubuh ceking namun sangat tinggi, tingginya dapat setinggi pohon kelapa. Rupanya menakutkan dengan warna hitam di sekujur tubuhnya, seperti sebuah bayangan. Bila ketemu maka orang bisa merasa ketakutan. Mayoritas masyarakat di Sulawesi Selatan memercayai bahwa hantu ini memiliki aura jahat atau disebut setan. Dikabarkan sosok ini sering mengganggu manusia, khususnya untuk mereka yang memiliki iman yang lemah. Bagi seseorang yang ditampakkan sosok hantu Longga ini, dapat dipastikan tubuhnya akan mengalami sakit, seperti panas tubuh meningkat, kerasukan, trauma berkepanjangan, hingga menyebabkan kematian. Maka tidak mengherankan di beberapa daerah di Sulawesi Selatan percaya bahwa hantu Longga perwujudan dari hantu pencabut nyawa.[7][8]
Hantu Longga memiliki kaki yang besar menyerupai manusia, namun mamiliki warna kulit yang pucat. Dikabarkan pula, kaki hantu Longga ini dipenuhi bulu yang penuh dengan kotoran. Menurut cerita hantu ini sering muncul pada malam hari sehingga sulit terlacak mengenai perawakan hantu ini, hantu ini sering berada di antara pepohonan yang lebat ataupun bangunan–bangunan yang tinggi. Ada suatu cerita dimana orang sedang bersandar di sebuah pohon di hutan, kemudian pohon itu bergerak. Ternyata itu bukanlah sebuah pohon, melainkan kaki hantu Longga.[7]
Hantu Longga sering dikabarkan suka menculik anak-anak, hal ini dikarenakan banyaknya korban yang berjatuhan adalah anak-anak. Biasanya korban ditemukan setelah tiga hari menghilang dengan kondisi tubuh yang mengenaskan baik masih hidup maupun tidak. Dikatakan sebenarnya anak kecil yang diculik hantu Longga itu tidak dibawa jauh melainkan digendong hantu berbadan tinggi itu keatas. Hal ini yang menyebabkan hilangnya anak kecil yang diculik oleh hantu Longga ini sulit untuk ditemukan. Dalam mitos, bila pergi ke daerah Sulawesi Selatan dan membawa anak, jagalah anak itu dengan baik agar tidak diculik hantu Longga. Mitos hantu Longga juga telah menjadi mitos yang umum di Sumbawa dan masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara dengan sebutan Anakia.[13]
Hantu Longga merupakan sebuah momok yang menebar teror di sudut-sudut kota di Makassar dan hampir sama menyeramkannya dengan Poppo, Parakang dan juga Setan Sumiati. Hantu Longga sering kali terdengar menyebar teror di menara-menara, pohon tinggi, dan bangunan tinggi. Pada masa tersebut sekitar tahun 1990-an sampai 2000-an.[10]
Hantu Longga yang oleh masyarakat diyakini memiliki populasi yang sangat banyak, dengan komunitas tersendiri. Hampir di setiap kampung atau wilayah, sering para warga melihat sosok menyeramkan ini. Tak heran, oleh para dukun, ahli nujum ataupun orang pintar, sering menyebut makhluk ini sebagai penjaga kampung atau dalam bahasa Makassar disebut Patanna Pa'rassangang dan dalam bahasa Bugis disebut Punnana Wanua. Disebut demikian, karena pada kenyataannya makhluk seperti ini, merupakan pimpinan dari suatu komunitas makhluk halus pada suatu kampung atau wilayah. Sering terdengar di banyak kampung, keberadaan hantu Longga membuat budaya Appatau atau memohon izin ketika datang di suatu kampung. Budaya ini terbagi ke dalam banyak bentuk mulai dari yang paling sederhana, seperti memberi salam ketika masuk ke suatu kampung bahkan sampai melakukan beberapa ritual seperti A'cera' Balla/Maccera' bola atau selamatan ketika pindah rumah, dengan harapan sang panjaga kampung mengenal tamu yang baru datang tersebut.[14][15][10]
Hantu Longga merupakan jenis jin yang dapat memperlihatkan tubuhnya kepada manusia, seperti tubuh raksasa. Maka tak heran, sosok raksasa pada pewayangan disimbolkan dengan wajah seperti itu. Walaupun sebenarnya mereka juga bersuku-suku maupun berbangsa sendiri-sendiri, namun hampir setiap sosoknya memiliki kesamaan, baik dari segi bentuk wajah, bentuk tubuh, maupun suara yang dikeluarkan. Penampakan hantu longga, bukan hanya dapat dilihat ketika seorang diri, akan tetapi dapat pula dilihat sosoknya bersamaan dengan beberapa orang sekaligus. Sosok penampakannya adalah terkadang tinggi besar berwarna hitam dengan wajah yang sangat menyeramkan dengan rambut yang panjang awut-awutan. Tipikal hantu Longga yang sering menampakkan wajahnya itu bertujuan untuk penandaan daerah kekuasaan, karena hantu Longga ini adalah pemimpin dari beberapa komunitas jin di suatu daerah. Seperti pada binatang, contohnya kucing atau anjing yang menandai kekuasaannya dengan air seni. Hantu ini pula menandai daerah kekuasaanya dengan penampakan, jadi apabila ada anggota komunitas mereka yang terganggu, hantu Longga sebagai pemimpin akan mengusirnya dengan menampakkan diri. Baik itu kepada manusia, binatang ataupun kepada sesama jin.[14][15]
Meskipun belum jelas, namun banyak warga Makassar paling tidak kelahiran tahun 50-an sampai dengan 90-an untuk yang percaya dengan sebuah legenda jika hantu Longga bisa mengabulkan semua permintaan dengan kondisi tertentu. Kondisi ini misalnya ketika bertemu dengan hantu Longga atau sedang menunjukkan wujudnya. Dia akan menyerang yang melihatnya. Jika berhasil bertahan maka sang hantu Longga akan mengajukan penawaran berupa mengabulkan satu jenis permintaan termasuk menjadi kaya raya atau mendapatkan kebahagiaan dunia. Konon ada seorang pemuka agama yang dengan tidak sengaja bertemu hantu Longga dan berhasil mengalahkan sang hantu. Sang kiai pun ditawarkan oleh sang hantu namun karena ilmu agama yang tinggi, si kiai tahu kalau menerima tawaran dari hantu sama saja bersekutu dengan setan dan tempatnya kekal di neraka, maka sang kiai pun menolak tawaran tersebut dan berkata, hanya kepadanya (Allah SWT) saya meminta.[10]
Ada banyak kisah yang dibagikan oleh orang mengenai pengalaman bertemu dengan hantu Longga, dianataranya sebagai berikut:
Beberapa informasi menyebutkan bahwa hantu Longga memiliki pantangan, yakni suara adzan, orang yang rajin beribadah dan memperkuat iman, maka hantu ini tidak akan mengganggu.
Masyarakat Betawi di Jakarta juga mengenal hantu Longga dengan nama Longga-longga atau setan Longga-longga. Dalam mitologi Betawi, setan Longga-longga merupakan makhluk halus yang diperkirakan mempunyai tinggi badan sampai 5 meter atau setinggi tiang listrik. Setan ini sering mengganggu ketika ada orang sedang memetik buah mangga di kebun tetapi ternyata buahnya hilang. Setan ini suka langkahi orang-orang yang tidur di jalan dalam rangka siskamling. Bahaya bila dilangkahi oleh setan Longga-longga karena bisa hernia. Sebagai penangkal, kalau tidur di jalan sebaiknya tengkurap. Untuk mengusir makhluk itu masyarakat membuat Jangkungan atau Egrang. Bambu panjang yang bisa dinaiki oleh orang. Jangkungan yang menyamai tinggi makhluk tadi akan membuatnya tidak berani mengganggu lagi.[17][18][19][20]
Masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara mengenal hantu Longga dengan nama Anakia.[13]
Masyarakat Taliwang di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat mengenal hantu Longga dengan nama setan Panyang/setan Longga/setan Longgak. Dalam pandangan meraka, setan Longgak merupakan makhluk halus tinggi dan besar. Diceritakan bahwa hantu ini pernah dilihat oleh seorang warga di sebuah gunung tambang rakyat seputaran Kecamatan Jereweh pada 31 Juli 2018. Makhluk halus tersebut terlihat dengan bentuk badan tinggi besar berwarna hitam dan dari badannya mengeluarkan bara api. Dari nama hantu ini, masyarakat Sumbawa juga memberikan nama sebuah permainan rakyat serupa Egrang, yakni maen Longga.[4][21]
Masyarakat Melayu di Malaysia mengenal hantu Longga dengan nama jin Jakzara. Hantu ini dapat dijumpai di kawasan pegunungan, hutan, dan perbukitan. Makhluk ini diyakini dapat membunuh dan akan menampakkan diri apabila wilayahnya diganggu baik secara sengaja maupun tidak sengaja oleh manusia. Makhluk ini diyakini pula hidup ratusan atau bahkan ribuan tahun mampu bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa memakan banyak waktu. Hal tersebut ditopang dengan fisiknya yang besar dan tinggi memudahkan ia bergerak secara cepat. Makhluk ini juga dapat mengubah diri dalam bentuk apa saja, termasuk menjadi batang pohon yang menjulang tinggi.[2]
Keberadaan hantu Longga belakangan ini pun untuk tepatnya di akhir tahun 2010-an sudah semakin jarang terdengar di daerah Kota Makassar. Kisah cerita orang-orang yang bertemu dengan hantu ini pun sudah semakin jarang didengar hampir sama dengan kasus Poppo dan Parakang (manusia jadi-jadian dan penganut ilmu hitam) hampir jarang terdengar lagi. Meskipun demikian di beberapa daerah di Sulawesi Selatan kisah tentang hantu Longga ini masih menjadi momok menakutkan setiap kali ada bangunan kosong atau pohon tua yang tinggi.[10]
Hantu Longga merupakan folklor masyarakat Sulawesi Selatan dan telah menjadi tradisi lisan dan sejarah lisan terutama di Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, dan Kabupaten Barru.
Artikel bertopik hantu atau setan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.
Artikel bertopik mitologi, mitos, atau legenda ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.
Artikel bertopik makhluk dalam legenda ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.