Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Edhi Sunarso

Edhi Sunarso
Lahir(1932-07-02)2 Juli 1932
Salatiga, Hindia Belanda
Meninggal4 Januari 2016(2016-01-04) (umur 83)
Sleman, Yogyakarta, Indonesia
AlmamaterAkademi Seni Rupa Indonesia
Universitas Visva-Bharati
PekerjaanPematung, dosen
Suami/istri
Kustiyah
(m. 1956; meninggal 2012)
Anak4

Edhi Sunarso (2 Juli 1932 – 4 Januari 2016) adalah seorang maestro patung yang karya-karyanya tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Kehidupan Pribadi

Edhi Sunarso dilahirkan di Salatiga pada 2 Juli 1932. Lahir di saat masa penjajahan membuat Edhi terjun menjadi seorang pemuda sejak usia muda. Pada tahun 1947, Edhi Meninggalkan bangku sekolahnya dan kemudian bergabung dalam pasukan Samber Nyawa pada Divisi 1, Batalyon III Siliwangi, Resimen V, yang bermarkas di Subang, Jawa Barat. Di usianya yang masih terbilang muda, Edhi bertugas sebagai pembawa pesan yang menghubungkan antar pejuang kemerdekaan. Karena itu Edhi sempat menjadi tahanan perang tentara kerajaan Belanda atau biasa dikenal dengan KNIL di Kebonwaru, Bandung.

Untuk mengisi waktu luangnya di penjara, Edhi mengikuti sejumlah pelatihan seperti, pelatihan bahasa Inggris, bahasa Indonesia, ilmu hitung, hingga menggambar. Karena hasil gambarnya bagus, Edhi kerap diminta untuk membesarkan potret dan diberikan upah. Setelah Belanda Mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, semua tawanan perjuangan Indonesia dibebaskan tak terkecuali Edhi yang langsung pulang ke Salatiga menemui keluarganya.

Dari Salatiga, ia berangkat menemui kawan-kawan seperjuangannya, yang turut hijrah ke Yogyakarta bersama Divisi SIliwangi. Namun setibanya di Yogyakarta ternyata koleganya telah kembali Ke Bandung. Pada tahun 1950 Edhi bertemu seniman Hendra Gunawan saat ia tengah mencari komandan dan sekawan prajurit lain yang telah meninggalkannya kembali menuju Bandung.

Setelah bertemu Hendra Gunawan yang merupakan maestro lukis sekaligus pengajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), yang sekarang menjadi Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yogyakarta), Edhi yang sebelumnya putus sekolah kemudian menjadi mahasiswa luar dari ASRI, yang berarti hanya bisa mengikuti kelas praktik saja. Edhi Sunarso bahkan diajak untuk tinggal di rumah Hendra Gunawan, di mana studio Sanggar Pelukis Rakyat Berada.

Saat Edhi berada di studio Hendra, para Pelukis Rakyat sedang gencar bereksperimen untuk pembuatan patung untuk mencari ciri khas dari seni rupa bangsa Indonesia. Dari sinilah karya dari Edhi Sunarso dilirik oleh presiden Soekarno untuk mengerjakan beberapa proyek patung di Indonesia. Edhi kemudian mendapatkan undangan untuk mengikuti rangkaian seminar seni rupa dari berbagai negara dan juga mendapatkan beasiswa dari UNESCO untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Visva-Bharati di India pada tahun 1954-1957.

Latar belakang

Ia mulai belajar dan berlatih membuat patung ketika menjadi tawanan perang KNIL di Bandung antara tahun 1946-1949 yang kemudian dilanjutkan melalui jalur pendidikan resmi di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) (sekarang Institut Seni Indonesia Yogyakarta). Ia lulus dari ASRI tahun 1955 dan melanjutkan ke Universitas Visva-Bharati, India dan lulus pada 1957.[1] Selain sebagai pematung, ia juga dosen di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.[2]

Karya

Edhi Sunarso membuat karya seni berupa patung dan monumen. [1][3] Ia merupakan salah seorang pembuat rancangan Monumen Selamat Datang.[4] Monumen ini terletak di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.[5] Edhi Sunarso juga membuat Monumen Pembebasan Irian Barat di Jakarta.[6]

Di samping membuat monumen dan patung tersebut, dia juga berkarya dengan membuat beberapa diorama yaitu:[1]

  • Diorama Sejarah Monumen Nasional di Jakarta,
  • Diorama Sejarah Museum Lubang Buaya di Jakarta,
  • Diorama Sejarah Museum Pancasila Sakti Lubang Buaya di Jakarta,
  • Diorama Sejarah Museum ABRI Satria Mandala di Jakarta,
  • Diorama Sejarah Museum Purbawisesa di Jakarta,
  • Diorama Sejarah Museum Yogya Kembali di Yogyakarta,
  • Diorama Sejarah Museum Keprajuritan Nasional, (TMII) di Jakarta,
  • Diorama Sejarah Museum Perhubungan (TMII) di Jakarta,
  • Diorama Sejarah Museum Tugu Pahlawan 10 November Surabaya di Surabaya,
  • Diorama Sejarah Museum Benteng Vredeburgh di Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta.

Wafat

Edhi Sunarso meninggal dunia pada tanggal 4 Januari 2016 di Jogja International Hospital pukul 22:52 WIB karena infeksi saluran napas atas yang dideritanya.[7] Edhi sebelumnya sempat dirawat di rumah sakit sejak tanggal 31 Desember 2015. Rencananya, Edhi akan dimakamkan secara militer karena ia merupakan seorang veteran.

Referensi

  1. ^ a b c "Biografi Edhi Sunarso". TokohIndonesia.com. Diarsipkan dari asli tanggal 2016-04-14. Diakses tanggal 25 Juni 2010.
  2. ^ Dahlan, M. M., dkk. (2009). Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009. Yogyakarta: Gelaran Budaya. hlm. 337–338. ISBN 978-979-1436-21-2. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  3. ^ Edhi Sunarso, Pembuat Diorama Monas dan Tugu Pancoran Tempo.co, tanggal 5 Januari 2016. Diakses tanggal 5 Januari 2016.
  4. ^ Hardini, K., dan Nugraha, L. S. (Juli 2024). Krtya: Profil Pematung Yogyakarta I (PDF). Yogyakarta: UPT Taman Budaya. hlm. 15. ISBN 978-623-98370-3-7. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  5. ^ Wahyudin (September 2018). Bergerak dari Pinggir. Yogyakarta: Basabasi. hlm. 80. ISBN 978-602-5783-33-3. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  6. ^ Dermawan T., Agus (2019). Dari Lorong-lorong Istana Presiden. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 219. ISBN 978-602-481-108-2. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  7. ^ Pematung Bundaran HI Wafat Karena Sesak Nafas Tempo.co, tanggal 5 Januari 2016. Diakses tanggal 5 Januari 2016.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya