Edhi Sunarso
Edhi Sunarso (2 Juli 1932 – 4 Januari 2016) adalah seorang maestro patung yang karya-karyanya tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Kehidupan PribadiEdhi Sunarso dilahirkan di Salatiga pada 2 Juli 1932. Lahir di saat masa penjajahan membuat Edhi terjun menjadi seorang pemuda sejak usia muda. Pada tahun 1947, Edhi Meninggalkan bangku sekolahnya dan kemudian bergabung dalam pasukan Samber Nyawa pada Divisi 1, Batalyon III Siliwangi, Resimen V, yang bermarkas di Subang, Jawa Barat. Di usianya yang masih terbilang muda, Edhi bertugas sebagai pembawa pesan yang menghubungkan antar pejuang kemerdekaan. Karena itu Edhi sempat menjadi tahanan perang tentara kerajaan Belanda atau biasa dikenal dengan KNIL di Kebonwaru, Bandung. Untuk mengisi waktu luangnya di penjara, Edhi mengikuti sejumlah pelatihan seperti, pelatihan bahasa Inggris, bahasa Indonesia, ilmu hitung, hingga menggambar. Karena hasil gambarnya bagus, Edhi kerap diminta untuk membesarkan potret dan diberikan upah. Setelah Belanda Mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, semua tawanan perjuangan Indonesia dibebaskan tak terkecuali Edhi yang langsung pulang ke Salatiga menemui keluarganya. Dari Salatiga, ia berangkat menemui kawan-kawan seperjuangannya, yang turut hijrah ke Yogyakarta bersama Divisi SIliwangi. Namun setibanya di Yogyakarta ternyata koleganya telah kembali Ke Bandung. Pada tahun 1950 Edhi bertemu seniman Hendra Gunawan saat ia tengah mencari komandan dan sekawan prajurit lain yang telah meninggalkannya kembali menuju Bandung. Setelah bertemu Hendra Gunawan yang merupakan maestro lukis sekaligus pengajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), yang sekarang menjadi Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yogyakarta), Edhi yang sebelumnya putus sekolah kemudian menjadi mahasiswa luar dari ASRI, yang berarti hanya bisa mengikuti kelas praktik saja. Edhi Sunarso bahkan diajak untuk tinggal di rumah Hendra Gunawan, di mana studio Sanggar Pelukis Rakyat Berada. Saat Edhi berada di studio Hendra, para Pelukis Rakyat sedang gencar bereksperimen untuk pembuatan patung untuk mencari ciri khas dari seni rupa bangsa Indonesia. Dari sinilah karya dari Edhi Sunarso dilirik oleh presiden Soekarno untuk mengerjakan beberapa proyek patung di Indonesia. Edhi kemudian mendapatkan undangan untuk mengikuti rangkaian seminar seni rupa dari berbagai negara dan juga mendapatkan beasiswa dari UNESCO untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Visva-Bharati di India pada tahun 1954-1957. Latar belakangIa mulai belajar dan berlatih membuat patung ketika menjadi tawanan perang KNIL di Bandung antara tahun 1946-1949 yang kemudian dilanjutkan melalui jalur pendidikan resmi di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) (sekarang Institut Seni Indonesia Yogyakarta). Ia lulus dari ASRI tahun 1955 dan melanjutkan ke Universitas Visva-Bharati, India dan lulus pada 1957.[1] Selain sebagai pematung, ia juga dosen di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.[2] KaryaEdhi Sunarso membuat karya seni berupa patung dan monumen. [1][3] Ia merupakan salah seorang pembuat rancangan Monumen Selamat Datang.[4] Monumen ini terletak di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.[5] Edhi Sunarso juga membuat Monumen Pembebasan Irian Barat di Jakarta.[6]
Di samping membuat monumen dan patung tersebut, dia juga berkarya dengan membuat beberapa diorama yaitu:[1]
WafatEdhi Sunarso meninggal dunia pada tanggal 4 Januari 2016 di Jogja International Hospital pukul 22:52 WIB karena infeksi saluran napas atas yang dideritanya.[7] Edhi sebelumnya sempat dirawat di rumah sakit sejak tanggal 31 Desember 2015. Rencananya, Edhi akan dimakamkan secara militer karena ia merupakan seorang veteran. Referensi
Pranala luar
|