Cathay Pacific adalah maskapai penerbangan terbesar kelima di dunia berdasarkan penjualan, dan terbesar keempat belas diukur berdasarkan kapitalisasi pasar.[2] Pada tahun 2010, Cathay Pacific menjadi maskapai kargo internasional terbesar di dunia, bersama dengan hub utama Bandara Internasional Hong Kong sebagai bandara tersibuk di dunia diukur dengan lalu lintas kargo.[3] Per Maret 2021, pemegang saham utama Cathay Pacific adalah Swire Group dengan saham sebesar 42,3%, dan Air China dengan saham 28,2%.
Sejarah
Pesawat pertama Cathay Pacific Douglas DC-3 "Betsy"
Cathay Pacific Airlines didirikan pada 24 September 1947 di Hong Kong dengan Sydney de Kantzow, Roy Farrell, Neil Buchanan, Donald Brittan Evans, dan Robert Stanley Russell sebagai pemegang saham awalnya.[4] Buchanan dan Russell sudah bekerja untuk de Kantzow dan Farrell di Roy Farrell Import-Export Company, pendahulu Cathay Pacific, yang awalnya berpusat di Shanghai.[5] Farrell membeli pesawat pertama maskapai, Douglas DC-3, dan memulai layanan penerbangan pada 28 Januari 1946 dari Sydney ke Shanghai, setelah Farrell dan Russell menerbangkan pesawat ke Australia dan memperoleh lisensi untuk mengangkut barang (tetapi bukan penumpang) pada awal bulan itu.[6] Mereka kemudian menambah penerbangan berjadwalnya ke Singapura, Manila, dan Bangkok.
Kepemilikian Swire Group di Cathay diawali pada tahun 1948 saat Butterfield & Swires memiliki saham minoritas di Cathay dan kemudian terus berkembang hingga akhirnya mencapai 52%. Sejak saat itu, Cathay Pacific mengalami perkembangan pesat pada 1960-an, 70-an, dan 80-an. Krisis ekonomi di akhir 1990-an membuat Cathay harus melakukan reorganisasi dan membuat identitas baru.
Pada tahun 2000, Cathay Pacific mengalami masalah hubungan ketenagakerjaan saat menyelesaikan akuisisi Dragonair.[7] Pada tanggal 28 September 2006, maskapai penerbangan tersebut menjalani penataan kembali kepemilikan saham di mana Dragonair menjadi anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, tetapi tetap beroperasi dengan mereknya.
Pada tahun 2010, maskapai ini mencatat rekor laba tinggi lainnya, sebesar HK$14,05 miliar meskipun rekor kerugian juga terjadi di dekade yang sama. Pada saat yang sama, Cathay Pacific telah menerima pengiriman beberapa jenis pesawat baru, termasuk Airbus A330-300 dan Boeing 777-300ER.[8] Pada tahun 2014, maskapai ini memperluas jaringannya dalam beberapa tahun terakhir dengan menambahan jaringan ke Manchester, Zürich, dan Boston.
Pada bulan Januari 2016, Cathay Pacific mengumumkan penggantian nama Dragonair menjadi Cathay Dragon.[9]
Pada tanggal 21 Oktober 2020, Cathay Pacific mengumumkan akan menutup semua operasi Cathay Dragon dan menggabungkannya dengan perusahaan induknya karena kurangnya pelanggan dan masalah ekonomi yang berat akibat pandemi COVID-19. Pada tahun 2021, Cathay Pacific mencatat rekor kerugian tahunan sebesar $2,8 miliar pada tahun 2020 karena pembatasan selama pandemi COVID-19. Juga diumumkan bahwa maskapai akan memangkas 8.500 pegawai.[10]
Pada 12 Desember 2024, dilaporkan bahwa Cathay telah memenuhi target perekrutan 3.400 pilot untuk mengembalikan maskapai ke kapasitasnya sebelum pandemi. Cathay Pacific juga berencana untuk menambah 100 pilot lagi pada Januari 2025. Sebelum pandemi, Cathay memiliki 3.800 pilot.[11]
Bandara Internasional Hong Kong, markas Cathay Pacific mendapatkan penghargaan bandara terbaik selama 7 tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 2001-2008
Cathay Pacific melayani 88 tujuan (termasuk kargo), tetapi tidak termasuk codeshare di 46 negara dan wilayah di 5 benua, dengan jaringan di Asia yang berkembang dengan baik. Maskapai ini melayani banyak kota gerbang di Amerika Utara dan Eropa, dengan koneksi yang mudah dengan Oneworld dan mitra codeshare, American Airlines dan British Airways masing-masing melalui Los Angeles dan London. Juga, maskapai ini melayani sepuluh kota di Prancis melalui kemitraan codeshare dengan perusahaan kereta api nasional Prancis, SNCF, dari Paris.