Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Anarkis

Anarkis adalah istilah untuk orang-orang yang menganut paham "anarkisme". Anarki adalah bentuk masyarakat tanpa penguasa. Sebagai jenis masyarakat tanpa negara, anarki sering dikontraskan dengan negara, yaitu pemerintahan terpusat yang mengklaim monopoli kekerasan atas suatu wilayah permanen. Lebih dari sekadar ketiadaan pemerintahan, anarki dapat secara lebih tepat merujuk pada masyarakat yang tidak memiliki bentuk otoritas atau hierarki apa pun. Meskipun dipandang positif oleh kaum anarkis, pendukung utama anarki, anarki dipandang negatif oleh para pendukung statisme, yang melihatnya sebagai bentuk kekacauan sosial.

Kata "anarki" pertama kali didefinisikan oleh filsafat Yunani Kuno, yang memahaminya sebagai bentuk demokrasi langsung yang korup, di mana mayoritas orang secara eksklusif mengejar kepentingan mereka sendiri. Penggunaan kata ini masuk ke dalam bahasa Latin selama Abad Pertengahan, sebelum konsep anarki dan demokrasi dipisahkan satu sama lain setelah Revolusi Atlantik. Selama Abad Pencerahan, para filsuf mulai memandang anarki dalam konteks "keadaan alamiah", sebuah eksperimen pemikiran yang digunakan untuk membenarkan berbagai bentuk pemerintahan hierarkis. Menjelang akhir abad ke-18, beberapa filsuf mulai membela anarki, menganggapnya sebagai alternatif yang lebih baik daripada bentuk-bentuk tirani yang ada. Hal ini meletakkan dasar bagi perkembangan anarkisme, yang menganjurkan terciptanya anarki melalui desentralisasi dan federalisme.

Etimologi

Kata anarki adalah sebuah kata serapan dari anarchy (bahasa Inggris) dan anarchie (Belanda/Jerman/Perancis), yang juga mengambil dari kata Yunani anarchos/anarchia. Ini merupakan kata bentukan a (tidak/tanpa/nihil) yang disisipi n dengan archos/archia (pemerintah/kekuasaan). Anarchos/anarchia = tanpa pemerintahan. Sedangkan Anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki.

Meskipun anarki secara khusus merepresentasikan masyarakat tanpa penguasa, secara lebih umum anarki dapat merujuk pada masyarakat tanpa negara, atau masyarakat tanpa pemerintahan. Dengan demikian, anarki didefinisikan secara kontras langsung dengan Negara, sebuah institusi yang mengklaim monopoli kekerasan atas suatu wilayah tertentu. Anarkis seperti Errico Malatesta juga mendefinisikan anarki secara lebih tepat sebagai masyarakat tanpa otoritas, atau hierarki.

Anarki sering didefinisikan secara sinonim dengan kekacauan atau ketidakteraturan sosial, yang mencerminkan keadaan alamiah sebagaimana digambarkan oleh Thomas Hobbes. Dengan definisi ini, anarki tidak hanya merepresentasikan ketiadaan pemerintahan tetapi juga ketiadaan tata kelola. Hubungan antara anarki dan kekacauan ini biasanya mengasumsikan bahwa, tanpa pemerintahan, tidak ada sarana tata kelola dan dengan demikian ketidakteraturan merupakan akibat yang tak terelakkan dari anarki. Sosiolog Francis Dupuis-Déri menggambarkan kekacauan sebagai "bentuk anarki yang merosot", di mana tidak hanya terdapat ketiadaan penguasa, tetapi juga ketiadaan organisasi politik apa pun. Ia membandingkan "kekuasaan semua" di bawah anarki dengan "kekuasaan tak seorang pun" di bawah kekacauan.

Sejak konsepsinya, anarki telah digunakan dalam arti positif dan negatif, masing-masing menggambarkan masyarakat bebas tanpa paksaan atau keadaan kacau.

Pluralitas pandangan

Di seluruh dunia, jumlah anarkis cukup banyak karena keberadaan mereka sudah lebih dua abad. Pluralitas pandangan tak bisa dihindari. Meski demikian, garis merah anarkisme konsisten dan prinsip terfundamentalnya transparan. Maka ia mudah ditelusuri, sebab hakikat anarki itu cuma menyangkut empat garis merah berikut.

  1. anarki adalah perindu kebebasan martabat individu. Ia menolak segala bentuk penindasan. Jika penindas itu kebetulan pemerintah, ia memilih masyarakat tanpa pemerintah. Jadi, anarki sejatinya bumi utopis yang dihuni individu-individu yang ogah memiliki pemerintahan.
  2. konsekuensi butir pertama adalah, anarki lalu antihirarki. Sebab hierarki selalu berupa struktur organisasi dengan otoritas yang mendasari cara penguasaan yang menindas. Bukannya hierarki yang jadi target perlawanan, melainkan penindasan yang menjadi karakter dalam otoritas hierarki tersebut.
  3. anarkisme adalah paham hidup yang mencita-citakan sebuah kaum tanpa hierarki secara sospolekbud yang bisa hidup berdampingan secara damai dengan semua kaum lain dalam suatu sistem sosial. Ia memberi nilai tambah, sebab memaksimalkan kebebasan individual dan kesetaraan antar individu berdasarkan kerjasama sukarela antarindividu atau grup dalam masyarakat.
  4. tiga butir di atas adalah konsekuensi logis mereaksi fakta sejarah yang telah membuktikan, kemerdekaan tanpa persamaan cuma berarti kemerdekaan para penguasa, dan persamaan tanpa kemerdekaan cuma berarti perbudakan.

Dari awal hingga kini

Pada empat garis merah itulah anarki berkiprah sejak lahir sampai saat ini. Dimulai sekitar akhir abad XVII oleh kaum buruh di berbagai negara Eropa semisal Rusia dan Spanyol, anarkisme menyebar ke Asia dan AS.

Tokoh-tokoh anarkis awal yang terkenal adalah Max Stirner (1806-1856), Pierre-Joseph Proudhon (1809-1865), Mikhail Bakunin (1814-1876), Peter Kropotkin (1842-1921). Mereka tokoh-tokoh anarkis awal yang bukan hanya teoretis tetapi berupaya mewujudnyatakan paham anarkisme dengan program-program yang sistemik.

Pelanjut

Setelah tokoh-tokoh tersebut tiada, anarkisme seolah-olah koma. Tapi tidak mati. Secara sporadis, terdapat banyak figur yang coba mengembangkan anarkisme di berbagai negara. Di AS bisa dijumpai Emma Goldman dan Alexander Berkman. Mereka berdua akhirnya dibuang pemerintah AS karena dianggap mengganggu stabilitas AS – yang konon the land of the free. Di samping mereka, ada pula Voltairine de Cleyre, yang terkenal dengan puisi-puisi anarkisnya.

Di Italia, gerakan anarkisme telah melahirkan cukup banyak penulis anarkis seperti Errico Malatesta, Luigi Galleani, Camillo Berneri, dan lain-lain.

Dari Rusia, Leo Tolstoi dikenal sebagai penulis anarkisme religius. Karya-karyanya memengaruhi banyak manusia kualitas unggul semisal Mahatma Gandhi dan Dorothy Day, tokoh Catholic Worker Group. Filsafat mulur-mungkret Ki Ageng Suryamentaram dan Saminisme sekitar Blora mungkin mendapat ilham dari kenyentrikan anarkisme.

Di Indonesia, tokoh-tokoh anarkisme religius dan sindikalis banyak bermunculan di pulau jawa (Surabaya,Bandung,Jakarta,Solo) dan beberapa yang terkenal berani berekspresi dalam sebuah perlawanan terselubung maupun frontal ada di kota Yogyakarta.

Keyakinan anarkis

Sejumlah karya pikir para humanis dewasa ini semisal Noam Chomsky, Colin Ward, O'Hara dan Murray Bookchin, mengandung prinsip garis merah anarkisme. Bahkan mereka acapkali didaftar sebagai kaum anarkis. Muara dari deret panjang karya tulis dan berbagai kegiatan lain kaum anarkis adalah empat garis merah di atas. Untuk mengontrol konsistensi garis merah tersebut, berikut ini empat contoh keyakinan kaum anarkis.

  1. Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai di antara manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia (Peter Kropotkin).
  2. penghapusan eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan dari kapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas (Errico Malatesta).
  3. kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan (Mikhail Bakunin).
  4. kami tidak perlu merangkul dan menggantungkan hidup kepada pengusaha kaya sebab ujungnya mereka untung dan kami buntung. Tanpa mereka, kami tetap bisa mengorganisasikan pertunjukan, acara, demonstrasi, mempublikasikan buku dan majalah, menerbitkan rekaman, mendistribusikan literatur dan semua produk kami, mengadakan boikot, dan berpartisipasi dalam aktivitas politik. Dan kami dapat melakukan semua itu dengan baik (O'Hara).

Menentang Tujuh Isme

Akibat logis sikap anarki di atas, maka ia menentang tujuh isme dan kondisi yang merecoki cita-citanya, sebagai berikut.

  1. melawan kapitalisme – biang diskriminasi ekonomis ialah selalu berujung pada privilese lapisan atas. Kaum anarkis, sebagai bagian sirkuit masyarakat lapisan bawah, yakin bisa melakukan banyak hal secara independen.
  2. melawan rasisme. Kaum anarkis menandaskan semua bangsa, ras, warna kulit, dan golongan adalah sederajat.
  3. melawan Homophobia. Kaum anarkis menganggap seks itu wanita dan pria, bukan di luar jenis seks itu, memiliki hak yang sama atas apapun.
  4. melawan fasisme atau supranasionalis. Kaum anarkis beranggapan tak ada bangsa yang melebihi bangsa lain. Semua setara dalam perbedaan.
  5. melawan perusakan lingkungan, habitat dan segala bentuk perusakan tentang alam dan atau tindakan kekerasan terhadap semua makhluk hidup. Maka kaum anarkis menentang segala bentuk percobaan dengan hewan. Itu berarti sewenang-wenang terhadap kehidupan. Padahal, kehidupan tak bisa diciptakan manusia, harus dihargai. Maka banyak kaum anarkis yang benci uji laboratorium.
  6. melawan perang dan 1.001 sumber, alat dan perkakasnya, misalnya militerisme. Bagi kaum anarkis, segala bentuk kekerasan atau penghancuran kehidupan adalah nista. Perang adalah sesuatu hal yang sangat tidak berguna bagi dunia dan penghuninya. Maka segala sumbernya harus segera dihapuskan.

Bacaan lanjut

  • Crowe, Jonathan (2020). "Anarchy and Law". In Chartier, Gary; Van Schoelandt, Chad (eds.). The Routledge Handbook of Anarchy and Anarchist Thought. New York: Routledge. pp. 281–294. doi:10.4324/9781315185255-20. ISBN 9781315185255. S2CID 228898569.
  • McLaughlin, Paul (2020). "Anarchism, Anarchists and Anarchy". Dalam Chartier, Gary; Van Schoelandt, Chad (eds.). The Routledge Handbook of Anarchy and Anarchist Thought. New York: Routledge. hal. 15–27.
  • Taylor, Michael. (1982). Community, Anarchy and Liberty. Cambridge University Press. ISBN 0-521-24621-0. LCCN 82-1173.
Kembali kehalaman sebelumnya