Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Perang Riddah

Lokasi Pertempuran Riddah

Perang Riddah (Arab: حروب الردة), juga disebut Perang Melawan Kemurtadan, adalah serangkaian kampanye militer melawan pemberontakan beberapa suku Arab yang kembali keluar dari Islam dan menolak membayar zakat.[1] Perang ini dilancarkan oleh Khalifah Abu Bakar selama tahun 632 dan 633 M, setelah wafatnya Nabi Islam Muhammad.[2]

Pemberontakan-pemberontakannya, dalam historiografi Islam pada masa itu dianggap bersifat keagamaan, dikarenakan ada salah seorang pengikut nabi Islam Muhammad yang kemudian mengaku sebagai seorang nabi yaitu, Musaylimah. Kemudian pemberontakan itu juga memiliki aspek keagamaan lainnya yaitu, Madinah telah menjadi pusat sistem sosial dan politik, yang di dalamnya agama menjadi bagian penting; akibatnya tidak terelakkan lagi bahwa reaksi melawan sistem ini juga memiliki aspek keagamaan.[3]

Terjadi pertempuran di wilayah Madinah bagian timur. Kekalahan menimpa al-Haris dan Auf yang memberontak, sementara al-Hathi'ah tertawan. Akhirnya Bani Abs dan Dzubyan lari tunggang langgang dan Abu Bakar berhasil menguasai al-Abraq dan berdiam di sana selama beberapa hari, sementara Bani Dzubyaan menelan kalah. Abu Bakar mengatakan bahwa terlarang bagi Bani Dzubyan untuk berdiam di tempat mereka, setelah negeri mereka harta rampasan perangdan menjadikan wilayah al-Abraq sebagai wilayah untuk makanan unta kaum muslimin, serta menjadikan seluruh tanah Rabadzah (tempat wafatnya Abu Dzar kelak) sebagai tempat mengembala bagi orang banyak. Ketika Bani Abs dan Dzubyan lari, mereka mendatangi Thulaihah yang sedang berdiam di Buzakhah.[4]

Abu Bakar membagi sebelas buah bendera kepada sebelas orang komandan tempur.

  1. Khalid ibnu Al Walid, ke Thulaihah ibnu Khuwailid al-Asadi di negeri Bazuakhah (Buzakha). Jika sudah selesai, lanjut ke Malik ibnu Nuwairah di negeri Batthaah.
  2. Ikrimah ibnu Abu Jahal, ke Musailamah di Yamamah.
  3. Syurahbil ibnu Hasanah, menyusul Ikrimah di belakang.
  4. Al-Muhajir ibnu Abi Umayah, ke Aswad al-Insyi di Yaman.
  5. Hudzaifah ibnu Muhsin, ke negeri Daba di Umman.
  6. Arfajah ibnu Hartsamah, ke negeri Mahrah.
  7. Suwaid ibnu Muqarrin, ke Tihamah di Yaman.
  8. Al-Ala' ibnu Al-Hadhrami, ke Bahrain.
  9. Thuraifah ibnu Hajiz, ke Bani Sulaim dan Hawazin.
  10. 'Amru ibnu Al-Ash, ke Qudha'ah.
  11. Khalid ibnu Sa'id, ke daerah tanah tinggi di Syam.

Pertempuran paling berat yaitu Pertempuran Yamamah (daerah Riyadh) dimana Musailamah mengumpulkan lebih 20.000 pasukan sehingga banyak sahabat Nabi yang terbunuh seperti Zaid bin Khathab[1] dan luka berat seperti Ummu Umarah dan Barra bin Malik, bahkan lebih 70 penghafal al-Quran ikut terbunuh.[4] Musailamah sendiri terbunuh oleh tombak Wahsyi setelah terdesak oleh pasukan Khalid bin Walid yang mengakhiri Perang Riddah.[4]

Catatan kaki

  1. ^ a b Tabhari, Imam (2012). Terjemah Tarikh ath-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-8439-68-8
  2. ^ Laura V. Vaglieri in The Cambridge History of Islam, p.58
  3. ^ The Encyclopaedia of Islam. New Edition. Vol. 1, p. 110.
  4. ^ a b c Katsir, Ibnu (2012). Terjemah Al Bidayah wa an-Nihayah. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-044-5

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya