Masjid Raya Ganting sebelum memiliki fasad (atas) dan setelah memiliki fasad (bawah).
Cikal bakal Masjid Raya Ganting berawal dari sebuah surau. Dalam sejarah Padang, surau paling awal terletak di Kapalo Koto (kini masuk wilayah Seberang Padang) dan dibangun pada abad ke-18. Pada tahun yang tidak diketahui, surau dipindahkan ke Kampung Ganting di tepi Batang Arau dan dinamakan sebagai Surau Kampung Ganting. Surau didirikan di atas tanah Haji Umar, kepala kampung setempat dari Suku Caniago.[11] Lokasinya berada di dekat jembatan Seberang Padang, sekitar 300 meter dari lokasi masjid sekarang.[12]
Semula, bangunan surau terbuat dari kayu dengan atap berbahan rumbia. Konstruksi surau kemungkinan ditingkatkan seiring waktu.[13] Meskipun tahun pendirian surau tidak diketahui, keberadaan rumah ibadah di tepi Batang Arau sudah diidentifikasi pada 1781 dalam laporan yang dibuat oleh Jacob van Heemskerk, residen VOC di Padang, ketika menyerahkan kota kepada Inggris akibat Perang Inggris-Belanda Keempat.[14][15][a]
Masjid Raya Ganting yang berdiri di lokasi sekarang didirikan sebagai pengganti Surau Kampung Ganting dan surau terdahulu di Kapalo Koto. Pendirian masjid sejalan dengan pembentukan nagari oleh delapan suku di Padang yang bernama Nagari Nan Salapan Suku.[3] Menurut adat Minangkabau, sebuah nagari dapat berdiri apabila salah satunya memiliki masjid. Namun, kapan persisnya masjid dibangun tidak diketahui pasti. Meski demikian, Masjid Raya Ganting jamak disebut sebagai masjid tertua di Padang.[2][3][4]
Pembangunan masjid
Wartawan Fachrul Rasyid dari majalah Gatra menulis Masjid Raya Ganting didirikan pada 1805 dan rampung pada 1810.[17] Salah seorang pemrakarsa pembangunan adalah Haji Umar. Tanah untuk lokasi masjid diperoleh dari hasil wakaf masyarakat Kampung Ganting. Dana pembangunan dihimpun dari penduduk Muslim setempat, terutama dari kalangan saudara.[11][13] Masjid awal memiiki bentuk sederhana. Menurut versi ini, Masjid Raya Ganting termasuk bangunan yang tetap utuh saat terjadi gempa bumi disertai tsunami yang melanda pantai barat Sumatra pada 1833. Meski demikian, lantai batunya rusak sehingga diganti dengan lantai coran kapur dari kulit kerang dan batu kapur.[17]
Sementara itu, sejarawan Rusli Amran dalam Padang Riwayatmu Dulu menyebut pendirian Masjid Raya Ganting dimulai pada 1866. Namun, pembangunannya berjalan lamban sehingga, sesudah 20 tahun dibangun, masjid "belum selesai betul" karena dana yang "selalu saja kurang".[18][19] Surat kabar Sumatra Courant pada 1868 melaporkan beberapa imam pribumi di Padang melakukan penggalangan dana dari masyarakat Muslim untuk pembangunan masjid.[20] Tokoh dalam penggalangan dana yang teridentifikasi yakni Syekh Kapalo Koto, seorang imam di Seberang Padang dan Syekh Gapuak (bernama asli Abdul Halim), seorang saudagar sarung bugis di Pasar Gadang.[21] Dua tokoh ini, bersama Haji Umar selaku kepala kampung Ganting, disebut oleh banyak sumber sebagai tiga tokoh pemrakarsa Masjid Raya Ganting.[17][11]
Pengembangan
Bangunan awal Masjid Raya Ganting memiliki ruang utama berukuran 30 × 30 m, ditambah serambi selebar 4 m mengelilingi bangunan utama. Pada awal abad ke-20, lantai bangunan mulai dicor dengan semen buatan Jerman[13] dan dipasang tegel dari Belanda yang dipesan melalui NV Jacobson van den Berg. Pemasangan tegel ditangani oleh tukang yang ditunjuk langsung oleh pabrik dan selesai pada 1910.[1] Selama tahun-tahun berikutnya, dilakukan sejumlah pekerjaan pembangunan yang mengubah tampilan bangunan, terutama pada bentuk atap, cungkup, tiang, dan fasad yang ada sekarang.[22][23] Biaya pembangunan diperoleh dari sumbangan wakaf beberapa jemaah yang namanya dipampang pada prasasti di dinding serambi bagian dalam.
Menurut sementara sumber, seorang perwira dari Korps Tentara Zeni Hindia Belanda wilayah Pesisir Barat Sumatra (yang meliputi Sumatera Barat dan Tapanuli sekarang) turut serta dalam pengembangan Masjid Raya Ganting.[24] Bantuan diberikan sebagai bentuk kompensasi pemerintah kolonial atas tanah wakaf masjid yang terpakai saat membuka jalan batu.[b] Namun, tidak ada penjelasan mengenai kapan dan bentuk bantuan yang diberikan.
Pada mihrab tempat imam memimpin salat dan menyampaikan khotbah, dibuat ukiran kayu mirip ukiran Tiongkok. Di bagian tengah ruangan salat, dibangun sebuah muzawir berukuran 4 × 4 m berbentuk panggung dari kayu dan diberi ukiran Tiongkok. Muzawir berfungsi sebagai tempat penyambung suara imam sehingga makmum dapat mendengar aba-aba imam. Saat salat Jumat, suara imam nyaris tak terdengar jamaah paling belakang. Setelah ada pengeras suara, muzawir tidak digunakan lagi sehingga pengurus masjid membongkar bangunan tersebut pada 1978.[26]
Pada 1960, dilakukan pemasangan keramik pada 25 tiang ruang utama yang aslinya terbuat dari batu bata.[13] Pada 1967, dibangun menara pada bagian kiri dan kanan fasad masjid serta sebuah tempat wudu permanen dan tertutup. Pada 1995, dilakukan pemasangan keramik pada dinding ruang utama.[13]
Kronik
Hindia Belanda
Sebagai masjid terbesar di Minangkabau pada awal abad ke-20, Masjid Raya Ganting pernah menjadi arena perdebatan dan perebutan pengaruh antara ulama Minangkabau yang terbagi menjadi Kaum Tua dan Kaum Muda. Perbedaan pandangan dalam masalah ikhtilaf hingga metode menentukan awal bulan Ramadhan membelah umat Muslim di Padang dalam dua kubu. Pada 1906, Abdullah Ahmad, seorang pendukung pembaruan dalam beragama, mulai mengajar di masjid. Ia menggantikan kedudukan pamannya yang meninggal, yakni Syekh Gapuak, yang merupakan salah seorang pendiri masjid.[27] Pengajaran Abdullah Ahmad mendapat banyak pengikut, tetapi pada saat yang sama ditolak oleh kelompok pendukung tradisi.[28][29]
Pada 1909, Abdullah Ahmad berhenti mengajar di masjid dan mendirikan Adabiyah School. Meski demikian, pengaruhnya tetap menonjol di kalangan jemaah. Imam Masjid Raya Ganting bernama Haji Talib menjadi pengikutnya. Pada 1919, Kaum Tua yang dipimpin oleh Syekh Khatib Ali berusaha mengganti kedudukan Haji Talib sebagai imam, tetapi gagal. Kaum Tua menolak Haji Talib lantaran tidak mengeraskan membaca niat salat dan mengikuti perhitungan awal bulan Ramadhan dengan metode hisab. Oetoesan Melajoe melaporkan bahwa terdapat ratusan orang yang salat di Surau Syekh Khatib Ali karena tidak mau mengikuti salat Jumat yang dipimpin oleh Haji Talib—padahal surau bukan tempat salat Jumat. Pejabat pemerintah kolonial Belanda di Padang berusaha mendamaikan kedua ubu yang bertikai dan mengatakan bahwa masjid adalah kepunyaan nagari, boleh dipakai Kaum Muda dan Kaum Tua. BJO Schrieke memberikan solusi agar Masjid Raya Ganting memiliki dua imam, masing-masing merepresentasikan Kaum Tua dan Kaum Muda.[30] Namun, perseteruan antara dua kelompok tetap berlangsung hingga beberapa tahun berikutnya.[31][32]
Dalam suatu rentang waktu, Masjid Raya Ganting pernah dimanfaatkan sebagai tempat bimbingan manasik haji[33] sekaligus tempat embarkasi bagi jemaah calon haji sebelum berlayar dari Pelabuhan Teluk Bayur ke Jeddah.[34] Materi bimbingan diberikan oleh seorang guru yang berasal dari Timur Tengah bernama Syekh Abdul Hadi atau dijuluki Tuanku Syekh Arab.[35][36] Ia merupakan menantu Syekh Khatib Ali. Saat propoganda komunisme di Sumatra kian kuat, Syekh Abdul Hadi memberikan khotbah Jumat dalam bahasa Melayu di masjid, disaksikan polisi Hindia-Belanda, yang berisi ajakan untuk tidak ikut dalam gerakan komunis.[37] Belakangan, ia terlibat perdebatan masalah ikhtilaf dengan Syekh Adam Balai-Balai di Padang Panjang. Pada suatu waktu, Syekh Abdul Hadi berkhotbah di mimbar Masjid Raya Ganting sambil membawa kapak dan berseru mengancam Syekh Adam. Peristiwa ini membuatnya diamankan oleh polisi dan dikirim ke rumah sakit jiwa di Sabang.[38]
Sekolah agama Diniyah School pernah berdiri di dalam pekarangan masjid pada 1924,[39] tetapi dilaporkan tutup pada 1929 karena kekurangan siswa.[40] Gerakan kepanduan Muhammadiyah Hizbul Wathan pernah bermarkas di Masjid Raya Ganting. Hizbul Wathan menjadikan masjid ini sebagai lokasi jambore nasional pertama pada 1932.[33]
Perjuangan kemerdekaan
Ketika Jepang mulai menduduki Indonesia pada 1942, Soekarno yang ditahan Belanda di Bengkulu diungsikan oleh Belanda ke Kutacane. Namun, sesampai di Painan, tentara Jepang sudah lebih dahulu menduduki Bukittinggi sehingga Belanda mengubah rencana semula dengan mengungsi ke Barus dan meninggalkan Soekarno di Painan. Selanjutnya, Hizbul Wathan, yang saat itu bermarkas di Masjid Raya Ganting, menjemput Soekarno untuk dibawa ke Padang dengan menggunakan pedati. Beberapa hari kemudian, Soekarno yang telah tiba di Padang menginap sementara waktu di salah satu rumah pengurus Masjid Raya Ganting dan sempat memberikan pidato di masjid.[41]
Selama pendudukan tentara Jepang di Indonesia, masjid ini dijadikan sebagai markas sekaligus tempat pembinaan prajurit Giyugun dan Heiho, yang merupakan kesatuan tentara pribumi yang dibentuk oleh Jepang. Anggota perwira militer Gyugun terdiri atas para ulama, sedangkan prajurit Heiho diambil dari para santri.[42]
Setelah tentara Sekutu mendarat di Sumatra, banyak tentara Inggris dari kesatuan tentara Muslim India membelot dan bergabung dengan tentara rakyat setempat. Mereka mengatur strategi penyerangan dari masjid ini, termasuk penyerangan ke salah satu tangsi militer Inggris dari kesatuan Gurkha.[42] Ketika seorang prajurit Muslim itu tewas dalam perkelahian di markas militer yang hanya berjarak 200 meter dari masjid, jenazahnya disemayamkan di sekitar masjid.[34][24]
Pada 10 April 2005, terjadi gempa bumi di pantai barat Sumatra dengan kekuatan 6,7 SR setelah terjadinya gempa bumi lebih besar di sekitar Pulau Nias dua minggu sebelumnya. Akibat bencana ini, sejumlah tiang penyangga kuda-kuda atap retak dan patah.[6][45][23]
Selanjutnya, masjid ini menjadi salah satu dari 608 unit tempat ibadah di Sumatera Barat yang rusak akibat gempa bumi pada 30 September 2009.[46] Sebagian fasad hancur dan beberapa tiang ruang utama retak, membuat bangunan dikhawatirkan roboh.[47][48] Sebelum dilakukan renovasi pada 2010, kerusakan yang dialami masjid menyebabkan aktivitas ibadah terganggu sehingga, selama sementara waktu aktivitas ibadah harus dilakukan di halaman masjid.[49][50]
Arsitektur
Arsitektur Masjid Raya Ganting kerap disebut sebagai hasil akulturasi etnis-etnis yang ada di Kota Padang. Pada abad ke-19 ketika masjid ini dibangun, Padang telah dihuni oleh berbagai bangsa dan kelompok etnis, termasuk Tionghoa, Eropa, dan India. Mereka membentuk perkampungan di sekitar masjid; kecuali bangsa Eropa, kampung-kampung mereka masih dapat dijumpai sampai sekarang.[51]
Masjid ini memiliki bentuk atap berundak, ciri khas arsitektur masjid di Nusantara. Puncak atap diberi kubah nenas dengan hiasan mustaka. Undakan atap terdiri atas lima tingkat; tiga tingkat berdenah persegi dan dua tingkat berdenah segi delapan. Menurut Fachrul Rasyid, bagian atap berdenah segi delapan dulunya dikerjakan oleh tukang-tukang Tionghoa di bawah pimpinan Kapten Cina Lau Ch’uan Ko (atau Louw Tjoean Ko). Namun, kronologisnya tidak jelas.[17]
Pengaruh Eropa dan India terdapat pada fasad Masjid Raya Ganting. Fasad menutup seluruh dinding di bagian depan serta sebagian dinding di bagian samping (kiri dan kanan). Elemen fasad meliputi pelengkung, plisir, dan pembirih yang terinspirasi oleh gaya arsitektur Neoklasik. Pelengkung terdapat pada pintu berbentuk busur bertipe tudor. Friz berupa bidang melintang yang tersusun atas panil-panil kosong. Adapun parapet berupa deretan baluster dengan hiasan kubah bawang, yang kemungkinan dipengaruhi arsitektur Mughal.[52][53]
Terdapat tambahan elemen berupa pilaster, mimbar, dan sepasang menara di fasad bagian depan. Pilaster berjejer empat berbentuk pilar ganda bergalur. Mimbar terletak di tengah-tengah berukuran 220 × 120 × 275 cm. Adapun menara terdapat di ujung kiri dan kanan.[54]
Tata ruang
Serambi depan (atas) dan ruang utama (bawah).
Masjid Raya Ganting memiliki denah bangunan persegi panjang berukuran 42 × 39 m. Ruang utamanya berdenah bujur sangkar berukuran 30 × 30 m. Serambi mengelilingi ruang utama pada sisi depan dan samping. Denah serambi muka berukuran 12 × 39 m. Adapun denah serambi samping, baik kiri dan kanan, berukuran 30 × 4,5 m. Bersebelahan dengan serambi samping, terdapat bangunan tempat wudu; sebelah kiri untuk perempuan dan sebelah kanan untuk laki-laki.[55][26]
Ruangan serambi muka dapat diakses melalui pintu-pintu pada fasad; enam di bagian depan serta satu di kiri dan satu di kanan. Di dinding bagian dalam, terdapat pilaster di dinding yang menjadi pembatas antar-pintu. Ketebalan dindingnya 34 cm dan tingginya 320 cm.[52] Ruangan serambi muka ditopang oleh tujuh pilar ganda berbentuk silinder yang terbuat dari beton berdiameter 45 cm.[56] Pilar-pilar berdiri di atas umpak beton dengan lebar 113 cm, tinggi 70 cm, dan tebal 67 cm.[26]
Ruang utama dapat diakses melalui empat pintu masuk. Dua pintu terdapat di bagian depan, sisanya terdapat bagian samping kiri dan samping kanan. Pintu memiliki ukuran 160 × 264 cm dengan dua daun pintu dari kayu. Pintu memiliki lubang angin dengan hiasan lengkung kipas. Terdapat pula dua jendela yang terbuat dari kayu di sisi timur mengapit pintu masuk, dan masing-masing tiga jendela di sisi utara dan selatan, serta enam jendela di sisi barat. Jendela-jendela berukuran 160 × 200 cm. Seperti pada pintu, jendela memiliki hiasan lengkung kipas pada lubang anginnya.
Dinding pada ruang utama terbuat dari beton berlapis keramik, sedangkan lantainya terbuat dari tegel putih berhiaskan bunga.[13]
Di dalam ruang utama, terdapat 25 tiang yang berbentuk segi enam berdiameter 40–50 cm dan tinggi mencapai 420 cm.[1] Tiang-tiang yang terbuat dari bata merah dengan bahan perekat kapur dicampur putih telur ini sama sekali tidak menggunakan tulang besi.[6] Jumlah 25 tiang berjajar lima melambangkan 25 nabi, dan masing-masing tiang dilapisi marmer putih berhiaskan kaligrafi yang memuat nama 25 nabi mulai dari Adam sampai Muhammad.[33] Tiang-tiang tersebut berfungsi sebagai penopang utama konstruksi atap masjid yang berbentuk segi delapan.[26]
Pada sisi barat ruang utama terdapat mihrab yang diapit oleh dua kamar di sisi utara dan selatan. Denah ruangan mihrab berukuran 2 × 1,5 m dengan tinggi pada sisi timur 3,2 m dan sisi barat 2,1 m.[26]
Halaman dan bangunan pendukung
Masjid Raya Ganting berdiri di lahan seluas 9.751 m² yang dikelilingi oleh permukiman penduduk. Denah halamannya berbentuk trapesium dengan sisi miring di sebelah timur, yang berbatasan dengan jalan raya dan diberi pagar setinggi 1 m. Di sebelah selatan, terdapat pemakaman masyarakat.[57]Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi atau dikenal sebagai Syekh Bayang, seorang ulama Kaum Tua yang hidup sezaman dengan Khatib Muhammad Ali, dimakamkan di pemakaman tersebut.[58] Istri Syekh Bayang, Siti Raham, masih bertali tarah dengan Syekh Gapuak.[59]
Di dalam kompleks Masjid Raya Ganting, terdapat bangunan pendukung berupa tempat wudu dan perpustakaan. Secara keseluruhan, luas area yang diperuntukan untuk bangunan sekitar seperlima dari luas lahan. Halaman yang tersisa digunakan untuk pelaksanaan salat Ied pada hari Idul Fitri dan Idul Adha.[57][26]
Persis di belakang mihrab masjid, terdapat dua makam Regent Padang yang menjabat pada abad ke-19. Pada prasastinya, masing-masing tertulis Yml. Radja Bidoe Glr. Marah Indra Toeangkoe Panglima Radja di Padang dan Yml. Marah Soeib Glr. Marah Indra Toeangkoe Panglima Regent di Padang.[60]
^Laporan ini kelak digunakan E. Netscher, Gubernur Pantai Barat Sumatra dari 1870–1878, ketika menyusun buku Padang in het Laatst der XVIIIe Eeuw pada 1880.[16]
^Jalan batu yang disebutkan yakni jalan menuju Pelabuhan Teluk Bayur. Jalan ini, berdasarkan dokumen pemerintah Hindia Belanda, mulai dibangun pada 1896 dan selesai pada 1900. Panjang jalan 6,5 km.[25]
Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. ISBN979-8250-16-8. OCLC47893710. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Agustus 2020. Diakses tanggal 18 September 2019.
Safwan, Mardanas (1987). Sejarah Kota Padang(PDF). Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.
Hamka (1982). Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatra. Jakarta: Ummind.
Evers, Hans-Dieter (1993), "Images of a Sumatran Town: Padang and the Rise of Urban Symbolism in Indonesia", dalam Nas, P.J.M., Urban Symbolism, Studies in Human Society (dalam bahasa Inggris), 8, Leiden: E.J. Brill.
"Masjid Raya Ganting". Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-04. Diakses tanggal 7 Juni 2012.
Irawan Soejono adalah seorang mahasiswa Indonesia yang diakui oleh Belanda sebagai pahlawan negara tersebut karena perjuangannya melawan Nazi Jerman selama masa pendudukan Nazi Jerman di Belanda (1940-1945). Sebelum Perang Dunia II, Irawan Soejono adalah anggota Perhimpunan Indonesia di Belanda. Ayahnya adalah Raden Adipati Ario Soejono, orang Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pertama yang menjabat sebagai menteri dalam Kabinet Belanda (3 September 1940 - 24 Juni 1945) pimpinan Perdana Ment...
Phillips Academy AndoverInformasiNama latinAcademia Phillipiana[1]Didirikan1778; 245 tahun lalu (1778)JenisSwasta, asramaMaskotGungaKepala SekolahRaynard S. KingtonRentang kelas9-12, PGJumlah siswa1150 total 855 asrama 295 non-asramaAlamatLokasi180 Main Street, Andover, Massachusetts, Amerika SerikatKoordinat42°38′50″N 71°07′54″W / 42.6473°N 71.1316°W / 42.6473; -71.1316Situs webwww.andover.eduKampusSuburbanLain-lainLulusanO...
Francesco Sforza Francesco Sforza (1562–1624) merupakan seorang kardinal dan uskup Italia. Biografi Latar belakang Sebagai anggota dari Keluarga Sforza, Francesco Sforza lahir di Parma pada 6 November 1562, dari pasangan Sforza Sforza dan istri keduanya Caterina de' Nobili.[1] Pengkardinalan Ia wafat di Roma pada 9 September 1624.[1] Ia dimakamkan di San Bernardo alle Terme.[1] Referensi ^ a b c Entry from Biographical Dictionary of the Cardinals of the Holy Roman Ch...
1952 novella by Ernest Hemingway This article is about the novella by Ernest Hemingway. For other uses, see The Old Man and the Sea (disambiguation). The Old Man and the Sea Original book coverAuthorErnest HemingwayCountryUnited StatesLanguageEnglishGenreLiterary fictionPublisherCharles Scribner's SonsPublication dateSeptember 1, 1952AwardsPulitzer Prize for Fiction (1953)Nobel Prize in Literature (1954)ISBN978-1-9075-9027-6Dewey Decimal813.52LC ClassPS3515.E37 The Old Man and the Sea is...
قرية غريني الإحداثيات 42°20′N 75°46′W / 42.33°N 75.77°W / 42.33; -75.77 [1] تاريخ التأسيس 1792 تقسيم إداري البلد الولايات المتحدة[2] التقسيم الأعلى مقاطعة تشينانغو خصائص جغرافية المساحة 2.862728 كيلومتر مربع2.862729 كيلومتر مربع (1 أبريل 2010) ارتفاع 280 م�...
Lambang Peta Data dasar Bundesland: Bayern Regierungsbezirk: Schwaben Ibu kota: Mindelheim Wilayah: 1.229,2 km² Penduduk: 135.708 (31 Desember 2005) Kepadatan penduduk: 110 jiwa per km² Nomor pelat kendaraan bermotor: MN Pembagian administratif: 52 Gemeinden Alamatkantor bupati: Bad Wörishofer Str. 3387719 Mindelheim Situs web resmi: www.unterallgaeu.de Alamat e-mail: [email protected] Politik Bupati: Hans-Joachim Weirather (Freie Wähler Vereinigung) Peta Unterallgäu adalah sebua...
Meromictic lake in the East African Rift valley Lake KivuSatellite image of Lake Kivu courtesy of NASA.Lake KivuShow map of Democratic Republic of the CongoLake KivuShow map of RwandaLake KivuShow map of AfricaCoordinates2°0′S 29°0′E / 2.000°S 29.000°E / -2.000; 29.000TypeRift Valley lakes, meromictic, limnically active lakePrimary outflowsRuzizi RiverCatchment area2,700 km2 (1,000 sq mi)Basin countriesRwanda, Democratic Republic of the Cong...
35 mm photographic film format This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: 135 film – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (March 2014) (Learn how and when to remove this message) 135 film. The film is 35 mm (1.4 in) wide. Each image is 24×36 mm in the most common small film format...
Pour les articles homonymes, voir Heaven. Si ce bandeau n'est plus pertinent, retirez-le. Cliquez ici pour en savoir plus. Cet article ne cite pas suffisamment ses sources (février 2019). Si vous disposez d'ouvrages ou d'articles de référence ou si vous connaissez des sites web de qualité traitant du thème abordé ici, merci de compléter l'article en donnant les références utiles à sa vérifiabilité et en les liant à la section « Notes et références ». En pratique...
Constituency of Bangladesh's Jatiya Sangsad Rajshahi-3Constituencyfor the Jatiya SangsadDistrictRajshahi DistrictDivisionRajshahi DivisionElectorate357,375 (2018)[1]Current constituencyCreated1973PartyAwami LeagueMember(s)Asaduzzaman Asad Rajshahi-3 is a constituency represented in the Jatiya Sangsad (National Parliament) of Bangladesh since 2024 by Asaduzzaman Asad of the Awami League. Boundaries The constituency encompasses Mohanpur and Paba upazilas.[2][3] History T...
Hungarian footballer and politician (1933–2022) This article includes a list of general references, but it lacks sufficient corresponding inline citations. Please help to improve this article by introducing more precise citations. (April 2010) (Learn how and when to remove this message) The native form of this personal name is Fenyvesi Máté. This article uses Western name order when mentioning individuals. Máté Fenyvesi Fenyvesi in 2011Personal informationDate of birth (1933-09-20)2...
إسلام بناه أبادي جديد تقسيم إداري البلد إيران تعديل مصدري - تعديل إسلام بناه أبادي جديد هي قرية في مقاطعة أرومية، إيران. عدد سكان هذه القرية هو 169 في سنة 2006.[1] مراجع ^ تعداد سكان جمهورية إيران الإسلامية، 1385 / 2006. جمهورية إيران الإسلامية. مؤرشف من الأصل (إكسل) في 2010-1...
Conservation area in Ontario, Canada Torrance Barrens Conservation ReservePerseid Light Trails as seen from Torrance BarrensTorrance BarrensLocation in southern OntarioLocationDistrict Municipality of Muskoka, Ontario, CanadaNearest townGravenhurstCoordinates44°57′06″N 79°30′11″W / 44.9517°N 79.5031°W / 44.9517; -79.5031[1]Area1,906 ha (7.36 sq mi)[2]Elevation248 m (814 ft)DesignatedJune 1997 (1997-06)...
British boxer (1831-1910) James MaceBornJames Mace(1831-04-08)8 April 1831Beeston, Norfolk, EnglandDied30 November 1910(1910-11-30) (aged 79)Jarrow, County Durham, EnglandNationalityBritishOther namesThe GypsyStatisticsWeight(s)Won Welter - Heavyweight titlesBoxing range 61.6 Kg -79.3 Kg (136-175 lb)Height176 cm (5 ft 9.3 in) Boxing recordTotal fights37* (3 No Decisions)Wins25*Wins by KON/ALosses5Draws5 James Jem Mace (8 April 1831 – 30 November 1910) was an English...
Игра в карты на картине Поля Сезанна. Карточная игра, Картёжная игра — игра с применением игральных карт, характеризуется случайным начальным состоянием, для определения которого используется набор (колода) карт для той или иной игры. Существует также множество набор...
المعهد الكوري لأبحاث الفضاء تفاصيل الوكالة الحكومية البلد كوريا الجنوبية تأسست 10 أكتوبر 1989[1] الإدارة موقع الويب الموقع الرسمي، والموقع الرسمي تعديل مصدري - تعديل المعهد الكوري لأبحاث الفضاء (الكورية:한국항공우주연구원) هي منظمة بحوث الطيران ووكالة ا�...
Riot Games, Inc Тип дочерняя компания Основание 2006 Прежние названия Etech Studio Основатели Брэндон Бек Марк Мэррилл Расположение США: Лос-Анджелес (Калифорния) Отрасль разработка программного обеспечения (МСОК: 6201) Продукция компьютерные игры Число сотрудников 5500 (2022) Подр�...
Tate BritainNational Gallery of British Art (1897-1932)Tate Gallery (1932-2000) UbicazioneStato Regno Unito LocalitàLondra IndirizzoMillbank Coordinate51°29′27.82″N 0°07′40.04″W51°29′27.82″N, 0°07′40.04″W CaratteristicheTipoPittura Istituzione1897 FondatoriHenry Tate Apertura1897 DirettoreAlex Farquharson Visitatori525 144 (2021) Sito web Modifica dati su Wikidata · Manuale La Clore Gallery, realizzata nel 1986 su progetto di James Stirling, ospita opere d...