Jalan Malioboro

Jalan Malioboro
Jalan Malioboro, dengan kompleks pertokoan batik dan kerajinan
Nama lokal ꦢꦭꦤ꧀ꦩꦭꦶꦪꦧꦫ  (Jawa)
Bagian dari Sumbu Filosofis Yogyakarta
Tipe Jalan protokol
Panjang 2 km (1 mi)
Lebar 25 m (82 ft)
Lokasi Kota Yogyakarta, Indonesia
Koordinat 7°47′34″S 110°21′57″E / 7.7926455°S 110.365846°E / -7.7926455; 110.365846
Utara Jalan Margo Utomo
Timur
  • Jalan Abu Bakar Ali
  • Jalan Perwakilan
  • Gang Sosrokusuman (I dan II)
  • Jalan Suryatmajan
Selatan Jalan Margo Mulyo
Barat
Pembangunan
Diresmikan 1755
Lain-lain
Perancang Hamengkubuwana I

Jalan Malioboro (bahasa Jawa: ꦢꦭꦤ꧀ꦩꦭꦶꦪꦧꦫ, translit. Dalan Maliabara) adalah salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke persimpangan Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

Secara keseluruhan, kawasan Malioboro terdiri atas Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo.

Gambaran umum

Jalan ini menghubungkan Tugu Yogyakarta hingga menjelang kompleks Keraton Yogyakarta. Di sisi utara adalah Jalan Margo Utomo, yang terbentang dari selatan kawasan Tugu hingga sisi timur Stasiun Yogyakarta. Antara Jalan Margo Utomo dan Jalan Malioboro dipisahkan dengan perlintasan kereta api yang cukup unik, di mana perlintasan ini menggunakan palang pintu berjenis geser.[1]

Pada masa lalu, perlintasan ini dapat dilintasi oleh kendaraan umum sebagai penghubung Jalan Margo Utomo menuju Malioboro. Namun karena meningkatnya volume kendaraan yang melintas, membuat perlintasan ini hanya boleh dilintasi oleh kendaraan-kendaraan kecil seperti becak atau sepeda, sedangkan kendaraan lain harus memutar terlebih dahulu ke arah timur melewati Jembatan Kewek, kemudian berbelok ke arah barat melalui Jalan Abu Bakar Ali, barulah sampai di Jalan Malioboro.

Jalan Malioboro sebenarnya hanya terbentang dari sisi selatan rel kereta api, di depan Hotel Grand Inna hingga berakhir di Pasar Beringharjo sisi timur. Dari titik ini, nama jalan berubah menjadi Jalan Margo Mulyo hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Jalan Malioboro menjadi batas antara Kemantren Gedongtengen dan Kemantren Danurejan, di mana sisi barat Malioboro adalah wilayah dari kemantren Gedongtengen, dan sisi timur Malioboro adalah wilayah dari kemantren Danurejan. Sedangkan seluruh sisi jalan Margo Utomo adalah wilayah dari Kemantren Jetis, dan sisi jalan Margo Mulyo adalah wilayah dari Kemantren Gondomanan.

Terdapat beberapa objek bersejarah di kawasan ini, antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Yogyakarta, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Kantor DPRD DIY, Benteng Vredeburg, Hotel Grand Inna, Komplek Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Monumen Serangan Umum 1 Maret.

Jalan Malioboro terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas Jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual kuliner Jogja seperti gudeg. Jalan ini juga terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman yang sering mengekspresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, happening art, pantomim, dan lain-lain.

Penamaan

Setidaknya ada empat teori terkait asal usul nama Jalan Malioboro:

  1. Teori pertama berpendapat bahwa nama Malioboro diambil dari gelar John Churchill sebagai Adipati Marlborough Pertama (1650-1722), jenderal dari Inggris yang paling terkenal pada masanya. Nama ini digunakan untuk benteng pertahanan inggris di Bengkulu yang dinamakan Benteng Marlborough. Namun, teori ini dibantah oleh sejarawan Peter Carey yang mengemukakan bahwa tidak mungkin jalan yang digunakan sebagai jalan utama bagi Kesultanan Yogyakarta berasal dari nama Inggris.[2]
  2. Teori kedua dikemukakan tokoh asal Jogja yang berpendapat nama Malioboro mungkin berasal dari nama penginapan (pesanggrahan) yang digunakan Jayengrana (Amir Hamzah) tokoh utama Cerita Menak yang mengadopsi Hikayat Amir Hamzah.[2]
  3. Teori ketiga berasal dari Peter Carey yang berpendapat nama Malioboro berasal dari bahasa Jawa "maliabara" yang diadopsi dari bahasa Sanskerta "malyabhara" yang berarti "dihiasi karangan bunga".[2] Hal ini berdasarkan teori nama "Ngayogyakarta" berasal dari bahasa Sanskerta "Ayodhya" (bahasa Jawa: Ngayodya), ibu kota kerajaan Rama di epos Ramayana sehingga wajar bila kesultanan menggunakan atau mengadopsi bahasa Sanskerta untuk nama jalan atau nama tempat-tempat lainnya. Secara etimologi, hubungan antara nama jalan "Maliabara" dengan kata dalam bahasa Sanskerta "malyabhara" juga pernah disinggung oleh Profesor C.C. Berg pada kuliah di Universitas Leiden pada 1950–1960-an dan Dr. O.W. Tichelaar dalam sebuah karya ilmiah pada Kongres Orientalis Internasional ke-28 di Canberra, Australia. Maka dari itu, penggunaan nama "Maliabara" yang berasal dari bahasa Sanskerta untuk menamai jalan yang dibangun Hamengkubuwana I, sultan pertama Kesultananan Yogyakarta, setidaknya sejak tahun 1755 cukup masuk akal.[2]
  4. Teori keempat berpendapat bahwa penamaan Malioboro berhubungan dengan keberadaan Sumbu Filosofi Yogyakarta ruas Tugu Yogyakarta hingga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang melambangkan tentang alur hidup manusia menuju Sang Pencipta (Paraning Dumadi). nama Malioboro berasal dari gabungan kata malio yang berarti "jadilah wali" dan kata boro yang berarti "mengembara". Etimologi tersebut berkesinambungan dengan kedua ruas jalan lainnya, yakni jalan Marga Utama yang berarti "jalan keutamaan" dan jalan Marga Mulya yang berarti "jalan menuju kemuliaan". Setelah manusia mencapai hubungan tertinggi dengan Tuhannya (Manunggaling Kawula lan Gusti, dilambangkan dengan Tugu Yogyakarta), manusia akan meraih keutamaan (Marga Utama). Untuk mencapai keutamaan, manusia harus mengikuti ajaran para wali (Malio) dan mengembara (Boro) dengan berpedoman kepada ajaran tersebut dalam pelaksanaanya. Dengan mengikuti ajaran para wali, niscaya manusia akan memperoleh kemuliaan (Marga Mulya), disamping keutamaan.[3]

Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, jalan ini sempat berubah nama menjadi "Margaraja", yang berarti jalan bagi tamu-tamu kerajaan menuju kediaman raja (keraton). Nama tersebut diberikan sesuai fungsi awal dari Malioboro yang menjadi jalan utama Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.[4]

Pemanfaatan

Sebagai rajamarga atau jalan kerajaan, Malioboro berfungsi sebagai jalan seremonial yang sesuai dengan tradisi India, terutama pada hari perayaan, dihiasi dengan untaian bunga. Jalan ini menjadi saksi bisu prosesi kedatangan para gubernur jenderal dan pejabat Eropa, baik sipil maupun militer serta tamu kerajaan lain ketika mengunjungi Yogyakarta yang disambut oleh sultan dan prajurit kraton bersenjata.[5]

Era sebelum kemerdekaan

Jalan Malioboro pada awal abad ke-20
Sultan Hamengkubuwana VIII beserta permaisuri menaiki kereta Kyahi Jongwiyat, melintas jalan Malioboro

Awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer Utara-Selatan Pantai Parangkusumo - Kraton Yogya - Gunung Merapi. Jalan Malioboro dimulai di dekat area keraton menuju ke arah utara hingga Tugu Yogya. Jalan salah satu elemen terpenting sebagai garis imajiner yang menghubungkan keraton dengan Gunung Merapi yang dianggap sakral sesuai dengan sumbu filosofi kota Yogyakarta.

Jalan Malioboro berfungsi sebagai jalan utama kerajaan (rajamarga) untuk kegiatan seremonial kesultanan. Saat sultan keluar dari istana dalam dan duduk di Sitinggil pada upacara publik, ia dapat melihat langsung Jalan Malioboro hingga Tugu di kejauhan. Antara Jalan Malioboro dan keraton terdapat dua pohon beringin yang diberi pagar persegi (waringin kurung) di Alun-alun Utara. Beringin kembar ini menyimbolkan penyatuan dua hal yang bertolakbelakang (loroning atunggal).[2][6] Adanya tugu di sebelah utara dan beringin kembar di antara jalan utama ibu kota kesultanan memiliki arti simbolis dan filosofis yang kuat yang diciptakan oleh Hamengkubuwana I.[2]

Selain itu, jalan ini juga digunakan saat kunjungan resmi pejabat kolonial Belanda dan Inggris, seperti gubernur jenderal, untuk memasuki keraton Yogyakarta. Jalan ini punya dua fungsi penting: pertama, sebagai bentuk penghormatan kepada pejabat yang berkunjung. Kedua, sebagai cara untuk menetralisir kekuatan pejabat yang berkunjung dengan melewati tugu dan beringin kurung, mengingat pejabat akan lewat dari arah utara jalan ini. Arah utara dalam filosofi Jawa diasosiasikan dengan kegelapan, kematian, dan ilmu hitam.[2]

Pada abad ke-18 di jalan ini bermukim orang-orang dari berbagai etnis, seperti Jawa, Tionghoa, dan Belanda.[7] Menurut Sasmito, sejak 1765 orang-orang Belanda dan Tionghoa menghuni bagian utara kota Yogyakarta, sementara orang Jawa menghuni sisanya. Hal ini terlihat dari bentuk arsitektur pemukiman di dekat bagian selatan Malioboro yang mendapat pengaruh dari arsitektur Tiongkok. Sementara pemukiman di dekat bagian utara Malioboro mendapat pengaruh dari arsitektur Jawa dan Belanda, sehingga di sekitar Jalan Malioboro dapat terlihat gabungan gaya arsitektur Jawa-Tionghoa-Belanda.[7]

Malioboro mulai ramai pada era kolonial 1790 saat pemerintah Belanda membangun Benteng Vredeburg pada tahun 1790 di ujung selatan jalan ini. Selain membangun benteng, Belanda juga membangun Dutch Club tahun 1822, Kediaman Gubernur Belanda tahun 1830, Bank Java dan Kantor Pos tak lama setelahnya. Setelah itu, Malioboro berkembang kian pesat karena perdagangan antara orang Belanda dengan pedagang Tionghoa. Pada 1887 Jalan Malioboro dibagi menjadi dua dengan didirikannya tempat pemberhentian kereta api yang kini bernama Stasiun Tugu.

Saat pandemi flu Spanyol pada Oktober-November 1918 dan wabah penyakit pada 1932, Jalan Malioboro digunakan untuk arak-arakan keliling kota membawa pusaka kerajaan, Kangjeng Kyai Tunggul Wulung dan Kangjeng Kyai Pare Anom.[2]

Pengaruh Belanda semakin kuat sejak dibangun Benteng Vredeburg hingga 1936 ketika orang Belanda mendominasi pemukiman di dekat benteng dan di sisi selatan stasiun.[7] Pengaruh Tionghoa juga meningkat ketika etnis Tionghoa mendominasi pemukiman di hampir sepanjang jalan ini sekitar tahun 1936.[7]

Era kemerdekaaan-2000

Jalan Malioboro pada malam hari

Jalan Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di sisi selatan Jalan Malioboro pernah terjadi pertempuran sengit antara pejuang tanah air melawan pasukan kolonial Belanda yang ingin menduduki Yogya. Pertempuran itu kemudian dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, yakni keberhasilan pasukan merah putih menduduki Yogya selama enam jam dan membuktikan kepada dunia bahwa angkatan perang Indonesia tetap ada. Setelah kemerdekaan, jalan ini juga digunakan untuk pawai tahunan pasukan garnisun Yogya saat peringkatan Hari Angkatan Bersenjata pada 5 Oktober.[2]

Jalan itu selama bertahun-tahun dua arah, namun pada tahun 1980-an menjadi satu arah saja, dari jalur kereta api (di mana ia memulai) ke selatan - ke pasar Beringharjo, di mana ia berakhir. Hotel terbesar dan tertua di Yogyakarta, Hotel Garuda, terletak di ujung utara jalan, di sisi timur yang berdekatan dengan jalur kereta api. Di sini terdapat bekas kompleks perdana menteri (kepatihan) di sisi timur.

Selama bertahun-tahun pada tahun 1980-an dan kemudian, sebuah iklan rokok ditempatkan di bangunan pertama di sebelah selatan jalur kereta api - atau secara efektif bangunan terakhir di Malioboro, yang mengiklankan rokok Marlboro, tidak diragukan lagi menarik bagi penduduk setempat dan orang asing yang akan melihat kata-kata dengan nama jalan dengan produk asing sedang diiklankan. Jalan ini menjadi pusat komersial yang dipenuhi toko-toko di sepanjang jalan.

2000-sekarang

Jalan Malioboro punya arti penting sebagai salah satu pusat perekonomian, hiburan, wisata, dan kuliner kota Yogyakarta. Penggunaan jalan ini pada umumnya dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima (PKL), pertokoan, penduduk lokal, dan wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.[7]

Pada tanggal 20 Desember 2013 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X nama dua ruas jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi jalan Margo Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan Margo Mulyo.[8]

Pada 2019, pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta membuat grand design untuk melakukan penataan Jalan Malioboro sebagai kawasan semi pedestrian.[9] Pada 2021 pemerintah provinsi DIY telah membangun 37 sarana prasarana dengan total biaya Rp 78 miliar untuk penataan kawasan agar meningkatkan minat wisatawan. Selain itu, pemerintah juga merelokasi PKL di Jalan Malioboro ke Pusat UMKM di depan Pasar Beringhargo dan bekas gedung Dinas Pariwisata DIY yang ditargetkan dimulai Januari 2022.[10]

Pada tanggal 18 September 2023, kawasan Malioboro bersama dengan Tugu Yogyakarta, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Panggung Krapyak ditetapkan menjadi situs warisan dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Sidang Luar Biasa ke-45 Komite Warisan Dunia di Riyadh, Arab Saudi, pada 10 hingga 25 September 2023.

Budaya populer

Kereta api Malioboro sumber inspirasi dari nama Jalan Malioboro untuk mengangkut penumpang dari Yogyakarta tujuan Malang.

Sebagai jalan legendaris, Malioboro juga menjadi daya tarik bagi seniman untuk mengekspresikan karya mereka. Beberapa karya seni terinspirasi dari jalan ini.

Galeri

Referensi

  1. ^ "Kisah Spesial Palang Pintu Kereta Geser Satu-satunya di Indonesia". Diakses tanggal 2022-11-27. 
  2. ^ a b c d e f g h i Carey, P. (1984). "Jalan Maliabara ('Garland Bearing Street'): The Etymology and Historical Origins of a much Misunderstood Yogyakarta Street Name". Archipel. 27 (1): 51–62. doi:10.3406/arch.1984.1879. 
  3. ^ Tim Penyusun. 2015. Buku Profil Yogyakarta “City of Philosophy”. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
  4. ^ "Terdengar Kebarat-baratan, Benarkan Nama Malioboro berasal dari Kata 'Marlborough'?". Diakses tanggal 2022-11-27. 
  5. ^ Fauziah, Siti Mahmudah Nur (2019-05-07). "Dari Jalan Kerajaan Menjadi Jalan Pertokoan Kolonial: Malioboro 1756-1941". Lembaran Sejarah. 14 (2): 171–193. doi:10.22146/lembaran-sejarah.45438. ISSN 2620-5882. 
  6. ^ "Pohon Beringin di Keraton Yogyakarta". www.kratonjogja.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-27. Diakses tanggal 2022-02-27. 
  7. ^ a b c d e Septirina, Safiera Nur; Takeo, Ozawa; Satoru, Kaku (2016-07-14). "Conservation of Historical Architecture in Malioboro Street, Yogyakarta City, Indonesia". Procedia - Social and Behavioral Sciences. Conservation of Architectural Heritage (CAH) (dalam bahasa Inggris). 225: 259–269. doi:10.1016/j.sbspro.2016.06.025. ISSN 1877-0428. 
  8. ^ "Nama Jalan Diganti Nama Lama, Dan Akan Dipakai Untuk Nama Jalan Lain". Archived from the original on 2017-11-07. Diakses tanggal 2019-10-19. 
  9. ^ Dishub, Contributor. "Menuju Penataan Kawasan Semi Pedestrian Malioboro". dishub.jogjaprov.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-27. 
  10. ^ (), Pribadi Wicaksono (04-01-2022). Chairunnisa, Ninis, ed. "Yogyakarta Rampungkan Penataan Kawasan Pedestrian Jadi Magnet Wisata Baru". Tempo.co. Diakses tanggal 27-02-2022. 

Daftar pustaka

  • Suyenga, Joan A stroll down Yogyakarta's 'Main Street', pp.165-167 of Oey, Eric (1994) Java 2nd edition Periplus Editions ISBN 962-593-004-3
  • Turner, Peter (1997). Java (1st edition). Melbourne: Lonely Planet. hlm. 215–216. ISBN 0-86442-314-4. 
  • Peter Carey, Asal Usul Nama Yogyakarta Malioboro, 2015, ISBN 978-602-9402-62-9
  • Peter Carey, JALAN MALIOBORO (‘Jalan Berhiaskan Untaian Bunga’) Etimologi dan Asal Usul Historis Nama Jalan di Yogyakarta yang Banyak Disalahpahami, 1984
  • Jacobus (Koos) Noorduyn, ETIMOLOGI NAMA YOGYAKARTA, 1986
  • M.C. Ricklefs, KOMENTAR MENGENAI NAMA YOGYAKARTA, 2015

Media tentang Jalan Malioboro, Yogyakarta di Wikimedia Commons

Pranala luar

Read other articles:

Giorgio Bocca Giorgio Valentino[1] Bocca (Cuneo, 28 agosto 1920[2] – Milano, 25 dicembre 2011[3]) è stato uno scrittore, giornalista e partigiano italiano. Indice 1 Biografia 2 Giornalista e scrittore 3 Orientamento politico 4 Morte 5 Controversie 6 Opere 7 Onorificenze 8 Premi 9 Note 10 Bibliografia 11 Voci correlate 12 Altri progetti 13 Collegamenti esterni Biografia Giorgio Bocca nacque a Cuneo nel 1920 da genitori entrambi insegnanti. Studiò alla facoltà di gi...

 

 

Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.Cari sumber: Windows Registry – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR Registry, dalam platform sistem operasi Microsoft Windows, merupakan sebuah basis data yang disusun secara hierarkis dan mengandung in...

 

 

British rower Olympic medal record Men's rowing 1908 London Eight Memorial to Ronald Harcourt Sanderson in Ripon Cathedral Lieutenant Colonel Ronald Harcourt Sanderson (11 December 1876 – 17 April 1918) was an English rower who competed in the 1908 Summer Olympics for Great Britain.[1] He was killed in action during the First World War.[2] Early life and rowing career Sanderson was born at Uckfield, Sussex, the only son of Rev. Edward Sanderson of Uckfield. He was educated a...

German economist Claudia KemfertKemfert in 2022Born (1968-12-17) 17 December 1968 (age 55)Delmenhorst, West GermanyNationalityGermanAcademic careerField Energy research Environmental protection Alma materUniversity of OldenburgBielefeld UniversityDoctoraladvisorWolfgang PfaffenbergerInformation at IDEAS / RePEc Claudia Kemfert (born 17 December 1968) is a German economics expert in the areas of energy research and environmental protection. She is a Professor of Energy...

 

 

Russian footballer In this name that follows Eastern Slavic naming customs, the patronymic is Aleksandrovich and the family name is Gorodov. Yevgeni Gorodov Gorodov with FC Krasnodar in 2020Personal informationFull name Yevgeni Aleksandrovich GorodovDate of birth (1985-12-13) 13 December 1985 (age 38)Place of birth Barnaul, Russian SFSRHeight 1.89 m (6 ft 2 in)Position(s) GoalkeeperYouth career1991–2003 Dynamo BarnaulSenior career*Years Team Apps (Gls)2004–2005 Dyn...

 

 

Cet article est une ébauche concernant le Danemark. Vous pouvez partager vos connaissances en l’améliorant (comment ?) selon les recommandations des projets correspondants. Le pont du Grand Belt Le transport au Danemark est moderne et bien développé, dans un pays caractérisé par une taille relativement modeste et un relief plat. Le réseau autoroutier représente 1 111 km et les voies ferrées 2 667 km. La liaison du Grand Belt (ouverte en 1997) relie les îl...

Bob PaisleyOBE Bob Paisley mentre festeggia la Coppa dei Campioni 1976-1977 allo Stadio Olimpico di Roma Nazionalità  Inghilterra Calcio Ruolo Allenatore (ex difensore) Termine carriera 1954 - giocatore1983 - allenatore Carriera Giovanili  Bishop Auckland Squadre di club1 1939-1954 Liverpool252 (10) Carriera da allenatore 1954-1959 LiverpoolRiserve1959-1974 LiverpoolVice1974-1983 Liverpool 1 I due numeri indicano le presenze e le reti segnate, per le sole parti...

 

 

Danish politician and diplomat Poul Hartling5th United Nations High Commissioner for RefugeesIn office1 January 1978 – 31 December 1985Preceded bySadruddin Aga KhanSucceeded byJean-Pierre Hocké21st Prime Minister of DenmarkIn office19 December 1973 – 13 February 1975MonarchMargrethe IIPreceded byAnker JørgensenSucceeded byAnker JørgensenMinister of Foreign AffairsIn office2 February 1968 – 11 October 1971Prime MinisterHilmar BaunsgaardPreceded byHans TaborS...

 

 

Further information: Causes of autism The epidemiology of autism is the study of the incidence and distribution of autism spectrum disorders (ASD). A 2022 systematic review of global prevalence of autism spectrum disorders found a median prevalence of 1% in children in studies published from 2012 to 2021, with a trend of increasing prevalence over time. However, the study's 1% figure may reflect an underestimate of prevalence in low- and middle-income countries.[1][2] ASD ave...

Russian professional footballer This biography of a living person needs additional citations for verification. Please help by adding reliable sources. Contentious material about living persons that is unsourced or poorly sourced must be removed immediately from the article and its talk page, especially if potentially libelous.Find sources: Viktor Borisov – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (August 2014) (Learn how and when to remove this mess...

 

 

Street in Manhattan, New York West end of Bogardus Place in the Inwood section of Manhattan Bogardus Place is located in the Inwood section of New York City borough of Manhattan. The one-block street was opened in 1912, and runs 642 feet (196 m) between Hillside Avenue and Ellwood Street, and is named for the family who previously owned much of the land that forms both Fort Tryon Park, and the Fort Tryon section. The Bogardus family in America started in 1633, when Everardus Bogardus arr...

 

 

2011 American TV series This article is about the 2011 television series. For other TV series, see Confession (disambiguation). This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: The Confession TV series – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (April 2021) (Learn how and when to remove this message) ...

Projection of Earth's equator out into space The celestial equator is currently inclined by about 23.44° to the ecliptic plane. The image shows the relations between Earth's axial tilt (or obliquity), rotation axis, and orbital plane. The celestial equator is the great circle of the imaginary celestial sphere on the same plane as the equator of Earth. By extension, it is also a plane of reference in the equatorial coordinate system. In other words, the celestial equator is an abstract projec...

 

 

This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these template messages) This article contains content that is written like an advertisement. Please help improve it by removing promotional content and inappropriate external links, and by adding encyclopedic content written from a neutral point of view. (June 2021) (Learn how and when to remove this message) This article needs additional citations for verification...

 

 

Alliance AirUn Boeing 737-200 in livrea Alliance Air nel 2000 Stato India Fondazione1º aprile 1996 a Delhi Sede principaleDelhi SettoreTrasporto Prodotticompagnia aerea Slogan«Connecting India» Sito webwww.allianceair.in Compagnia aerea regionaleCodice IATA9I Codice ICAOLLR Indicativo di chiamataALLIED HubDelhi AlleanzaStar Alliance Flotta11 (nel 2017) Destinazioni34 Voci di compagnie aeree presenti su Wikipedia Modifica dati su Wikidata · Manuale Alliance Air è una co...

فرانسيسكو انطونيو فيدال معلومات شخصية اسم الولادة (بالإسبانية: Francisco Antonino Vidal Silva)‏  الميلاد 14 مايو 1827(1827-05-14)سان كارلوس، أوروغواي  [لغات أخرى]‏  الوفاة 7 فبراير 1889 (61 سنة)مونتيفيديو مواطنة الأوروغواي[1]  الحياة العملية المدرسة الأم كلية الطب في باريس  ...

 

 

ماثيو دوسيفي (بالفرنسية: Matthieu Dossevi)‏  معلومات شخصية الميلاد 12 فبراير 1988 (العمر 36 سنة)شامبرا لا تور  [لغات أخرى]‏  الطول 1.72 م (5 قدم 7 1⁄2 بوصة) مركز اللعب وسط الجنسية فرنسا توغو  أخوة وأخوات توماس دوسيفي  معلومات النادي النادي الحالي أميان الرقم 8 م...

 

 

《本草綱目》 金陵版金陵とは南京の古称で、最初の出版地であることから初版を金陵版と呼ぶ。 『本草綱目』(ほんぞうこうもく)は、中国の百科全書的な本草書[1]。本草学史上、掲載品目及び引用文献の規模からみて中国を代表する著作とされている[2]。 概要 作者は明代の李時珍(1518年 - 1593年)で、1578年(万暦6年)頃に脱稿、死後の1596年(万暦23年�...

Serbian footballer Vladimir Đorđević Đorđević with Győr in 2010Personal informationFull name Vladimir ĐorđevićDate of birth (1982-12-25) 25 December 1982 (age 41)Place of birth Niš, SFR YugoslaviaHeight 1.86 m (6 ft 1 in)Position(s) DefenderYouth career Radnički NišSenior career*Years Team Apps (Gls)2001–2005 Radnički Niš 74 (1)2006 Fluminense 3 (0)2007–2008 Red Star Belgrade 7 (0)2009–2014 Győr 71 (4)2010–2014 Győr II 8 (0)2014–2016 Radnički Ni...

 

 

Indian film studio Studio GreenCompany typePrivateIndustryFilm, ProducerFounded2005; 19 years ago (2005)HeadquartersChennai, Tamil Nadu, IndiaKey peopleK. E. Gnanavel Raja (owner)ProductsFilm ProductionFilm DistributionParentFilm Studio Green is an Indian film production and distribution company based in Chennai.[1] The company was founded in 2006 by K. E. Gnanavel Raja, relative of actor Sivakumar and many of their films feature his sons Suriya and Karthi. They have...