Ekonomi Maladewa

Ekonomi Maladewa merupakan ekonomi terbuka yang bergantung pada sektor pariwisata dan perikanan. Kedua sektor ini menjadi sumber devisa utama bagi Maladewa. Maladewa merupakan negara kepulauan dengan jarak antar pulau yang berjauhan hingga mencapai 900 kilometer. Karenanya, kegiatan ekonomi Maladewa dipengaruhi oleh penggunaan sarana transportasi air. Ekonomi Maladewa berpusat pada sektor tersier, dan tidak dipengaruhi secara langsung oleh sektor primer dan sektor sekunder. Pertumbuhan ekonomi Maladewa berawal dari pengembangan pariwisata di Pulau Kurumba dan Pulau Bandos sejak tahun 1972 dengan membangun banyak sanggraloka. Kegiatan ekspor Maladewa sebagian besar berupa produk perikanan, sedangkan kegiatan impor sebagian besar berupa produk mesin, konsumsi dan minyak bumi. Maladewa melakukan ekspor ke negara Jepang, Sri Lanka, India, Inggris, Perancis dan Jerman. Sedangkan kegiatan impor dilakukan dengan negara Tiongkok, Jepang, Malaysia, Thailand, Singapura, India, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kanada dan Australia.[1]

Tenaga kerja

Indeks Manajer Pembelian di Maladewa hanya berlaku di sektor formal. Ketersediaan peluang kerja hanya di bidang rumah sakit, perikanan, spa terapi, dan pelaut. Ketenagakerjaan di Maladewa diatur dalam undang-undang yang menyesuaikan dengan delapan konvensi Organisasi Perburuhan Internasional. Hukum ketenagakerjaan di Maladewa memberlakukan pelarangan kerja paksa, namun tidak mengatur hukuman untuk pelanggaran hukum. Dalam peluang kerja, para tenaga kerja mempunyai kesempatan dan perlakuan yang sama dalam persaingan kerja. Undang-undang ketenagakerjaan Maladewa melarang terjadinya diskriminasi bentuk apapun baik berdasarkan kelompok etnik maupun kondisi individu dan status sosial. Pelarangan diskriminasi berlaku dalam semua tahap penerimaan maupun pemecatan tenaga kerja.[2]

Sumber ekonomi

Pariwisata

Sumber ekonomi Maladewa bergantung pada sektor pariwisata khususnya di bidang kelautan. Maladewa mempunyai sedikit lokawisata, tetapi mampu mendatangkan turis dengan jumlah 3 kali lipat dari jumlah penduduknya. Lokawisata di Maladewa menjadi penyumbang pendapatan negara yang terbesar.[3] Pariwisata yang dikembangkan di Maladewa adalah biota laut yaitu hiu paus. Para turis melakukan kegiatan selam atau berenang bersama dengan hiu paus.[4]

Perikanan

Sumber ekonomi Maladewa juga berasal dari kegiatan ekspor hasil perikanan khususnya ikan tuna. Produk ikan tuna menjadi produk ekspor terbesar dengan persentase sebesar 90% dari keseluruhan produk perikanan. Kondisi ikan tuna yang diekpor meliputi tuna segar, tuna kering, tuna beku, tuna yang diasinkan, dan tuna kaleng. Ekonomi Maladewa hanya sedikit didukung oleh hasil pertanian, karena kondisi tanah Maladewa yang kurang subur. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dan dihasilkan seperti kelapa, pisang, sukun, pepaya, mangga, talas, ubi, dan bawang. Sebagian besar produk berupa makanan harus diimpor dari luar negeri. Beberapa Industri yang berkaitan dengan perikanan yaitu pembuatan kapal, dan pengalengan tuna. Selain itu, ada pula industri kriya serta produksi pipa Polivinil klorida, sabun, mebel, dan produk makanan.[5]

Referensi

  1. ^ "Maladewa". Kementerian Luar Negeri Repulik Indonesia. Diakses tanggal 10 Juli 2021. 
  2. ^ Ekohariadi, dkk. Peluang Kerja di Luar Negeri untuk Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (PDF). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. hlm. 46. ISBN 978-602-5517-54-9. 
  3. ^ Suhartono, dkk. (2015). Kebijakan Ekonomi Maritim Indonesia: Pembangunan Tol Laut sebagai Basis Pertumbuhan dan Pemerataan (PDF). Jakarta Pusat: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. hlm. ix. ISBN 978-602-1247-35-8. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-07-10. Diakses tanggal 2021-07-10. 
  4. ^ Toha, dkk. (2019). Hiu Paus Teluk Cenderawasih: Riset dan Monitoring (PDF) (edisi ke-2). Malang: Brainy Bee. hlm. 5. ISBN 978-623-90166-2-3. 
  5. ^ "Maladewa". BP2MI. 9 Februari 2017. Diakses tanggal 10 Juli 2021.