Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Suku Lemolang

Suku Lemolang atau suku Limola adalah suku yang awal mula nya berasal dari Tinoe sekarang desa sassa kec baebunta kabupaten Luwu utara, sulawesi selatan kemudian mereka bangun perkampungan yakni Sabbang loang dan Baebunta Kemudian mereka tersebar di Kabupaten Luwu,Kabupaten Luwu Utara, Kota Palopo, kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Indonesia. mereka juga tersebar ke sulawesi tengah serta sulawesi tenggara Dan Daerah lain nya di Indonesia[1]

Suku Limola yang dipercaya sebagai suku yang berasal dari Toโ€™manurung. Hal ini dibuktikan dengan bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Limola yang mana juga merupakan Bahasa Toโ€™manurung. Bahasa tersebut dijadikan bahasa sejarah lisan yang diabadikan secara turun temurun oleh Masyarakat Limola,[1]

SEJARAH TO MANURU ๐‹๐ˆ๐Œ๐Ž๐‹๐€

Menurut sejarah asli dari kemakolean baebunta,

Yang biasa di cerita kan juga orang tua yang diwarisi secara turun-temurun, bahwa dunia ini terbagi atas 3 bagian, yakni :

โ€ข ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐€๐ญ๐š๐ฌ (Langit)

โ€ข ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐“๐ž๐ง๐ ๐š๐ก (Lino), dan

โ€ข ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐๐š๐ฐ๐š๐ก (Buriliu).

๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐€๐ญ๐š๐ฌ dan ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐๐š๐ฐ๐š๐ก telah dahulu dihuni oleh manusia, sedang ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐“๐ž๐ง๐ ๐š๐ก belum dihuni oleh manusia karena penuh dengan air. Tetapi Yang Maha Kuasa berkehendak agar ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐“๐ž๐ง๐ ๐š๐ก ini dapat dihuni oleh manusia. Oleh sebab itu ditunjuklah ๐๐š๐ฅ๐š๐ข๐ฅ๐จ ๐๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ง๐  untuk mengisinya. Untuk melaksanakan perintah itu, ๐๐š๐ฅ๐š๐ข๐ฅ๐จ ๐๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ง๐  melakukannya melalui beberapa proses:

Pertama, beliau turun ke ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐๐š๐ฐ๐š๐ก. Setelah berada disana beliau mengawini anak perempuan ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐๐š๐ฐ๐š๐ก, setelah mendapat turunan barulah berangkat mengisi ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐“๐ž๐ง๐ ๐š๐ก. Atas kehendak yang Maha Kuasa, setibanya di dunia yang penuh dengan air kemudian berubah menjadi daratan. Mereka terdampar di sebuah bukit, bukit tersebut dinamai ๐€๐ฆ๐ฉ๐ฎ ๐Œ๐š๐ง๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ง๐  atau ๐€๐ฆ๐ฉ๐ฎ ๐๐š๐ฅ๐ฎ๐›๐ฎ.

Untuk membangun permukiman, mereka mencari tempat yang bagus. Ditemukanlah sebuah tempat yang rata dan di atasnya secara mengejutkan berdiri sebuah bangunan rumah. Maka di situlah mereka bermukim yang diberi nama โ€๐“๐ข๐ง๐จ๐žโ€ yang artinya โ€๐“๐ข๐๐š๐ค ๐ญ๐ž๐ซ๐ฃ๐š๐ง๐ ๐ค๐š๐ฎโ€. Negeri inilah yang pertama ada di ๐ƒ๐ฎ๐ง๐ข๐š ๐“๐ž๐ง๐ ๐š๐ก. Dalam bahasa ๐‹๐ข๐ฆ๐จ๐ฅ๐š disebut โ€œ๐‘๐š๐ซ๐ž ๐‹๐ฎ๐ฐ๐ฎ๐šโ€. ๐‘๐š๐ซ๐ž artinya Negeri dan ๐‹๐ฎ๐ฐ๐ฎ๐š artinya pertama atau tertua,

Dalam memulai hidup di tempat baru, mereka

mengalami berbagai macam persoalan. Untuk mengatasi persoalan ini diperlukan, keuletan, ketabahan, dan kesabaran. Untuk menjaga warganya agar tetap ulet, tabah, dan sabar,

๐๐š๐ฅ๐š๐ข๐ฅ๐จ ๐๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ง๐  senantiasa memberi bimbingan kepada mereka. Beliau mengajarkan dasar pandangan hidup tentang norma-norma kesusilaan, adat, serta hubungan antara manusia dengan Pencipta-Nya, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungannya.

Dasar pandangan hidup inilah yang disebut โ€œ๐‹๐ข๐ฆ๐จ๐ฅ๐šโ€. Sehingga penduduk negeri ๐“๐ข๐ง๐จ๐ž (sassa) pada saat itu disebut ๐“๐จ ๐‹๐ข๐ฆ๐จ๐ฅ๐š dan Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi disebut Bahasa ๐‹๐ข๐ฆ๐จ๐ฅ๐š. Dalam keadaan seperti itu diutuslah seorang yang Bernama โ€œ๐‹๐š๐ฌ๐š๐ฒ๐ฒ๐จ๐ง๐  Ampu (Puang) Manurungโ€ ke ๐“๐ข๐ง๐จ๐ž (sassa) untuk mengigatkan Kembali apa yang telah diajarkan oleh ๐๐š๐ฅ๐š๐ข๐ฅ๐จ ๐๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ง๐  waktu lalu. Di samping itu beliau diamanatkan untuk

mengajarkan aturan adat di segenap suku-suku bangsa yang ada pada waktu itu.

๐๐š๐ฅ๐š๐ข๐ฅ๐จ yang didatangi di ๐“๐ข๐ง๐จ๐ž (Sassa) Bernama โ€œ๐‹๐š๐ฆ๐š๐ฌ๐ฌ๐šโ€. ๐‹๐š ๐ฆ๐š๐ฌ๐ฌ๐š adalah generasi dari ๐๐š๐ฅ๐š๐ข๐ฅ๐จ ๐๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ง๐ . ๐‹๐š ๐ฌ๐š๐ฒ๐ฒ๐จ๐ง๐  Ampu

Manurung tidak tinggal lama di ๐“๐ข๐ง๐จ๐ž (sassa) beliau terus berkelana ke segenap penjuru negeri untuk membagi aturan adat, disamping itu beliau mengawini wanita-wanita pada negeri yang didatanginya. Jadi tidak diherankan bila di mana-mana ada nama ๐Œ๐š๐ง๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ง๐  yang diakui sebagai leluhurnya.

Setelah sekian lama mengemban amanah, beliau kembali ke ๐“๐ข๐ง๐จ๐ž(sassa),di ๐“๐ข๐ง๐จ๐ž(Sassa) beliau bertemu dengan seorang wanita ๐Œ๐š๐ง๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ง๐  yang berenkarnasi pada โ€Ruasan Bambu Betungโ€ namanya โ€๐–๐ž ๐๐ฎ๐ฌ๐š ๐„๐ฆ๐ฉ๐จโ€ atau โ€๐€๐ฆ๐ฉ๐ฎ ๐๐š๐ฅ๐ฎ๐›๐ฎโ€. Wanita ini dikawini beliau. Dalam perkawinannya memperoleh seorang

anak yang diberi nama โ€๐€๐ฆ๐ฉ๐ฎ ๐Œ๐š๐ญ๐š๐ž๐ง๐šโ€. Tetapi anak ini ditinggal pergi oleh ayah-ibunya dalam keadaan masih kecil. Dalam keadaan seperti itu ๐Œ๐š๐ญ๐š๐ž๐ง๐š dipelihara oleh kakeknya bernama ๐๐š๐ฅ๐š๐ข๐ฅ๐จ ๐‹๐š๐ฆ๐š๐ฌ๐ฌ๐š hingga dewasa.

Pada saat ๐Œ๐š๐ญ๐š๐ž๐ง๐š telah beranjak dewasa turunlah sebuah rumah besar yang diberi nama โ€œ๐’๐š๐ฅ๐š๐ฌ๐ฌ๐šโ€ terbuat dari emas. Lantaran emas yang berkilauan itu maka alam sekitar seketika menjadi terang dan begitu luasnya sehingga tempat itu disebut โ€๐’๐š๐›๐›๐š๐ง๐  ๐‹๐จ๐š๐ง๐ โ€ yang artinya โ€๐“๐ž๐ซ๐š๐ง๐  ๐ฌ๐š๐ง๐ ๐š๐ญ ๐ฅ๐ฎ๐š๐ฌโ€.

Bersama dengan turunnya rumah sangat besar ini ada seseorang yang bergelar โ€œ๐‘๐š๐ฃ๐ž๐ง๐  ๐Œ๐š๐๐๐จ๐ฉ๐šโ€ di dalamnya, [1]

Referensi

  1. ^ a b c Hidayah, Zulyani (2015). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 221. ISBN 978-979-461-929-2.


Kembali kehalaman sebelumnya