Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Militer

Tentara AS yang duduk bersama anak-anak di Irak

Militer, juga dikenal secara kolektif sebagai angkatan bersenjata, adalah pasukan yang bersenjata lengkap dan sangat terorganisir yang terutama ditujukan untuk peperangan. Militer biasanya disahkan dan dikelola oleh negara berdaulat, dengan anggotanya dapat diidentifikasi melalui seragam militer yang khas. Mereka dapat terdiri dari satu atau lebih cabang militer seperti angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara, angkatan antariksa, marinir, atau penjaga pantai. Tugas utama militer biasanya didefinisikan sebagai pertahanan negara dan kepentingannya terhadap ancaman bersenjata eksternal.

Dalam penggunaan umum, istilah "angkatan bersenjata" dan "militer" seringkali sinonim, meskipun dalam penggunaan teknis terkadang terdapat perbedaan di mana angkatan bersenjata suatu negara dapat mencakup pasukan paramiliter lain seperti polisi bersenjata.

Kata lain yang sangat erat dengan militer adalah militerisme, yang artinya kurang lebih perilaku otoriter, agresif dan kaku, "seperti militer". Padahal pelakunya bisa saja seorang pemimpin sipil. Karena lingkungan tugasnya terutama di medan perang, militer memang dilatih dan dituntut untuk bersikap tegas dan disiplin. Dalam kehidupan militer memang dituntut adanya hierarki yang jelas dan para atasan harus mampu bertindak tegas dan berani karena yang dipimpin adalah pasukan bersenjata.

Sejarah militer

Sejarah militer adalah dokumentasi, secara tertulis maupun tidak, akan kejadian-kejadian dalam sejarah manusia yang masuk dalam kategori konflik. Dari perang antar dua suku, perang antar angkatan bersenjata, sampai perang dunia yang memengaruhi hidup sebagian besar manusia.

Konflik bersenjata pertama yang tercatat dalam sejarah adalah Perang Sumeria-Elam sekitar 2700-2600 SM. Teknologi militer juga berkembang, senjata dan pertahanan bermunculan, dalam Pertempuran Megiddo (abad ke-15 SM) busur campur pertama kali digunakan dan penghitungan mayat pertama kali dilakukan. Kereta perang digunakan pada Zaman Perunggu dan Zaman Besi, dan puncak penggunaannya terjadi sekitar tahun 1300 SM.

Penggunaan hewan untuk militer seperti Kuda dan Gajah juga mendominasi peperangan. Bangsa Mongol dikenal sebagai bangsa yang mahir menggunakan kuda dalam pertempuran, sementara penggunaan Gajah Perang pertama kali dilakukan di India. Seiring majunya teknologi militer, penemuan senjata api sangat mempengaruhi dunia militer, penemuan bubuk mesiu oleh bangsa Tiongkok kemudian menyebar ke Asia Barat dan secara efektif digunakan dalam peperangan besar menjadikan kunci kemenangan tiga negeri mesiu Islam.

Armada Kapal perang juga berkembang pesat bersamaan dengan Zaman Penjelajahan. Ekspedisi dagang dan militer disepanjang rute Samudra Hindia hingga selat Malaka menyebabkan konfiik panjang Utsmaniyah dan Portugal. Modernisasi militer setelah berakhirnya peperangan Napoleon menyebabkan ketegangan militer di Eropa, yang akhirnya meletus Perang Dunia Pertama. Pesawat tempur, kendaran lapis baja hingga penggunaan gas beracun untuk pertama kalinya digunakan dalam peperangan.

Pada Perang Dunia Kedua penggunaan Kapal Induk hingga senjata Nuklir untuk pertama kalinya. Hingga di era kontemporer, dunia militer memasuki era digital. Pertahanan militer untuk mencegah serangan non-fisik pada informasi, proses informasi, dan infrastruktur informasi yang dilakukan dari satu negara untuk mengganggu, merusak, atau menghancurkan negara lain.

Organisasi militer

Organisasi militer adalah penataan angkatan bersenjata dari suatu negara sehingga dapat mengajukan kemampuan militernya sebagai kebijakan pertahanan nasional yang diperlukan. Di beberapa negara, pasukan paramiliter dimasukkan dalam angkatan bersenjata suatu negara, meskipun tidak dianggap sebagai militer. Kekuatan bersenjata yang bukan merupakan bagian dari organisasi militer atau paramiliter, seperti pasukan pemberontak, sering kali meniru organisasi militer atau menggunakan struktur ad hoc, sementara organisasi militer formal cenderung menggunakan bentuk hierarki.

Penggunaan pangkat militer formal dalam struktur hierarkis mulai digunakan secara luas dalam Angkatan Darat Kekaisaran Romawi.

Di zaman modern, kendali eksekutif, manajemen dan administrasi organisasi militer biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertahanan, yang pada akhirnya mengelola formasi dan unit dalam pertempuran, dukungan dan layanan tempur baik di matra Darat, Laut dan Udara.

Organisasi militer terkenal yang pernah ada:

Sebagai bagian dari masyarakat

Dalam sebagian besar sejarah militer, angkatan bersenjata dianggap digunakan oleh para pemimpin masyarakat mereka, hingga baru-baru ini, oleh para kepala negara yang dimahkotai. Dalam demokrasi atau sistem politik lain yang dijalankan untuk kepentingan publik, angkatan bersenjata adalah kekuatan publik.

Hubungan antara militer dan masyarakat yang dilayaninya rumit dan terus berkembang. Banyak hal bergantung pada sifat masyarakat itu sendiri, dan apakah masyarakat memandang militer sebagai sesuatu yang penting, misalnya di masa ancaman atau perang, atau beban biaya yang memberatkan yang ditandai dengan pemotongan anggaran pertahanan di masa damai.

Salah satu hal yang sulit dalam hubungan antara militer dan masyarakat adalah kontrol dan transparansi. Di beberapa negara, informasi terbatas tentang operasi dan penganggaran militer dapat diakses oleh publik. Namun, transparansi di sektor militer sangat penting untuk memerangi korupsi. Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Anti-Korupsi Pertahanan Pemerintah yang diterbitkan oleh Transparency International UK pada tahun 2013.

Militer seringkali berfungsi sebagai masyarakat di dalam masyarakat, dengan memiliki komunitas militer, ekonomi, pendidikan, kedokteran, dan aspek-aspek lain dari masyarakat sipil yang berfungsi. Militer tidak terbatas pada negara itu sendiri, karena banyak perusahaan militer swasta (atau PMC) dapat digunakan atau disewa oleh organisasi dan tokoh sebagai keamanan, pengawalan, atau sarana perlindungan lain di mana polisi, lembaga, atau militer tidak ada atau tidak dipercaya.

Ideologi dan etika

Artikel utama: Militerisme

Ideologi militeris adalah sikap sosial masyarakat untuk dilayani sebaik-baiknya, atau menjadi penerima manfaat dari pemerintah, atau dipandu oleh konsep-konsep yang terkandung dalam budaya, doktrin, sistem, atau pemimpin militer.

Entah karena memori budaya, sejarah nasional, atau potensi ancaman militer, argumen militeris menegaskan bahwa penduduk sipil bergantung pada, dan dengan demikian, tunduk pada kebutuhan dan tujuan militernya untuk kemerdekaan yang berkelanjutan. Militerisme terkadang dikontraskan dengan konsep kekuatan nasional yang komprehensif, kekuatan lunak, dan kekuatan keras.

Sebagian besar negara memiliki hukum militer terpisah yang mengatur perilaku dalam perang dan selama masa damai. Salah satu eksponen awal adalah Hugo Grotius, yang karyanya, Tentang Hukum Perang dan Perdamaian (1625), memiliki dampak besar pada pendekatan kemanusiaan terhadap perkembangan peperangan. Temanya digaungkan oleh Gustavus Adolphus.

Etika peperangan telah berkembang sejak tahun 1945 untuk membatasi perlakuan militer terhadap tawanan dan warga sipil, terutama berdasarkan Konvensi Jenewa; tetapi jarang diterapkan pada penggunaan pasukan militer sebagai pasukan keamanan dalam negeri selama masa konflik politik yang mengakibatkan protes rakyat dan hasutan untuk pemberontakan rakyat.

Protokol internasional membatasi penggunaan, atau bahkan telah menetapkan larangan internasional, terhadap beberapa jenis senjata, terutama senjata pemusnah massal (WMD). Konvensi internasional mendefinisikan apa yang merupakan kejahatan perang, dan mengatur penuntutan atas kejahatan perang. Masing-masing negara juga memiliki hukum acara pidana militer yang rumit, contohnya adalah Hukum Acara Peradilan Militer Seragam Amerika Serikat yang dapat mengarah pada pengadilan militer bagi personel militer yang terbukti bersalah atas kejahatan perang.

Tindakan militer terkadang dianggap dibenarkan dengan memajukan tujuan kemanusiaan, seperti operasi bantuan bencana untuk membela pengungsi; tindakan semacam itu disebut humanisme militer.

Lihat pula

Pranala luar


Kembali kehalaman sebelumnya