Rano Karno (lahir 8 Oktober 1960) atau yang akrab di kenal dengan sapaan Si Doel adalah aktor, penyanyi, politikus, dan sutradara berkebangsaan Indonesia. Saat ini, ia menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat daerah pemilihan Banten III untuk masa jabatan 2019–2024. Kiprahnya di legislatif sebagai anggota DPR RI merupakan langkah pertamanya setelah menyelesaikan tugas Gubernur Banten pada 2017. Ia adalah kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sejak awal masa Reformasi setelah sebelumnya menyertai Golongan Karya (Golkar) sewaktu menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Utusan Golongan. Ia adalah putra dari aktor Indonesia, Soekarno M. Noor sekaligus adik dari aktor Indonesia, Tino Karno dan kakak dari pemeran Indonesia, Suti Karno.
Karier pemeranan Rano dimulai saat masih muda dengan mendapatkan peran di film Malin Kundang (Anak Durhaka) (1971). Namanya menjadi dikenal setelah menjadi pemeran utama film Si Doel Anak Betawi (1972). Rano terus berkarier sebagai aktor film dan meraih enam nominasi penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik Festival Film Indonesia dari tahun 1984 hingga 1992, memenangkan satu untuk perannya sebagai Giyon di film Taksi (1990). Setelah industri film Indonesia mengalami kemunduran di awal dekade 1990-an, Rano kembali memerankan tokoh Si Doel di sinetron Si Doel Anak Sekolahan (1994–2003) yang ia produseri sendiri. Sejak aktif menjadi politikus mulai pertengahan dekade 2000-an, pekerjaan Rano di dunia hiburan juga menurun.
Kehidupan awal
Rano Karno dilahirkan pada 8 Oktober 1960 di Jakarta,[1] putra dari aktor MinangkabauSoekarno M. Noer dan Lily Istiarti, dan dibesarkan di Kemayoran, Jakarta Pusat.[1][2] Karena pendapatan ayahnya yang rendah, ia dibesarkan dalam kemiskinan; dia kemudian berkelakar bahwa keluarganya punya satu piring untuk memberi makan lima orang, seperti lagu dangdut populer.[2] Meskipun keuangan keluarga tidak akan cukup untuk membiayai sekolahnya, ia dapat menyelesaikan sekolahnya setelah biaya dikurangi setengahnya.[2] Sebagai pelarian dari kemiskinan keluarganya, Karno pergi ke perpustakaan yang dikelola Balai Pustaka dan membaca karya-karya klasik sastra Indonesia, termasuk novel-novel seperti Salah Asuhan karya Abdul Muis dan cerita rakyat tradisional Malin Kundang.[2]
Karier
Karier di dunia hiburan
Kebiasaannya membaca kemudian membantunya mendapatkan pekerjaan akting pertamanya.[2] Pada usia sepuluh tahun, ia menghadiri audisi untuk produksi film Malin Kundang[2]. Sutradara, terkesan dengan pengetahuan Karno tentang cerita, memberikan dia peran.[2] Awalnya, ayahnya tidak mendukung pilihannya karena Noer yang lebih tua khawatir Karno akan terus miskin.[2]
Sejak umur sembilan tahun, Rano sudah diajak ayahnya membintangi film Lewat Tengah Malam, memerankan tokoh anak. Namanya mulai dikenal lewat film Si Doel Anak Betawi (1972) karya Sjuman Djaja yang diangkat dari cerita Aman Datoek Madjoindo. Dalam film itu, putra ketiga dari enam bersaudara pasangan Soekarno M. Noer (Minang) dan Lily Istiarti (Banten-Betawi) berperan sebagai pemeran utama. Sejak itu, prestasinya pun mulai kelihatan. Lewat film Rio Anakku (1973), Rano memperoleh penghargaan Aktor Harapan I PWI Jaya (1974). Kemudian, dalam Festival Film Asia 1974 di Taipei, Taiwan, ia meraih hadiah The Best Child Actor. Selanjutnya ia mendapat peran-peran remaja dan dewasa lewat film Wajah Tiga Perempuan (1976), Suci Sang Primadona (1977), Gita Cinta dari SMA (1979). Untuk mendukung niatnya terjun ke dunia film, Rano pun belajar akting di East West Player, Amerika Serikat.
Pada tahun 1990, Karno beralih ke penyutradaraan; melalui adaptasi serial Si Doel Anak Sekolahan, meskipun awalnya ditolak oleh studio karena terlalu "kedaerahan", sangat sukses dan berjalan selama enam musim.[2] Dari 1997 hingga 2002, ia menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dan dari 2002 hingga 2007, Karno menjabat sebagai Duta Niat Baik UNICEF, mempromosikan literasi.[1][2]
Ketika industri film Indonesia 'pingsan', Rano beralih ke sinetron. Si Doel Anak Sekolahan adalah sinetron paling monumental yang digarapnya bersama saudara-saudaranya dalam Karnos Film. Dalam sinetron itu, di samping menjadi sutradara, penulis cerita dan skenario, Rano juga ikut main menjadi Kasdullah atau Si Doel. Selain serial Si Doel Anak Sekolahan dari musim pertama sampai musim keenam, PT Karnos Film juga menghasilkan sinetron Kembang Ilalang dan Usaha Gawat Darurat.
Rano juga pernah terjun ke dunia tarik suara, pada tahun 1982. Album perdananya, Yang Sangat Kusayang terhitung cukup laku di pasaran. Pada tahun 1984, kemudian merilis album mereka Puspita dengan single hit Puspita ini yang dipengaruhi oleh ABBA dari lagu "I've Been Waiting for You".[3]
Buku pertama Rano, The Last Barongsai, diterbitkan pada tahun 2010;[2] pada tahun yang sama, ia merilis film lain, Satu Jam Saja.[4]
Karier politik
Di awal tahun 2007, Rano pernah berpamitan kepada insan film nasional, untuk lebih berkonsentrasi dalam 'karier baru'-nya sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI Jakarta.[5] Namun pertengahan 2007, muncul iklan keluarga Si Doel yang mendukung Fauzi Bowo. Hal ini sempat memunculkan rumor bahwa Rano mundur dari kancah Pilkada DKI setelah menerima uang miliaran rupiah dari Fauzi Bowo. Meski hal itu akhirnya ditepis oleh kedua pihak.[6]
Wakil Bupati Tangerang
Rano kembali mengejutkan publik di penghujung 2007 dengan menyatakan bahwa dirinya telah ditetapkan sebagai Calon Wakil Bupati (Cawabup) Tangerang sesuai dengan keputusan partai pendukung untuk mendampingi Calon Bupati Ismet Iskandar pada Pilkada Tangerang 2008.[7] Pasangan ini kemudian terpilih sebagai pemenang dan Rano menjadi Wakil Bupati Tangerang untuk periode 2008–2013.
Rano menikah dengan Dewi Indriati pada 8 Februari 1988 dan mengadopsi 2 orang anak, Raka Widyarma dan Deanti Rakasiwi. Sebelumnya Rano pernah menikah dan berakhir dengan perceraian setelah 2 tahun.
Rano Karno pernah diangkat sebagai duta khusus Indonesia dalam bidang pendidikan oleh UNICEF, sebuah badan di PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) yang bergerak dalam bidang pendidikan. Rano bisa menjadi duta UNICEF dari Indonesia, setelah direkomendasikan oleh Prof Dr Emil Salim, Mantan Menteri Kesehatan (alm.) Prof. Dr. Adhyatma, Ibu Prof. Singgih, Ibu Prof Murprawoto.[11]
Fidrus, Multa (15 December 2011). "Rano quits Tangerang post". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 June 2015. Diakses tanggal 1 January 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
"Rano's movie on Chinese-Indonesians". The Jakarta Post. 3 September 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2016. Diakses tanggal 1 January 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
"Rano Karno hospitalized for dengue". The Jakarta Post. 18 November 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2016. Diakses tanggal 1 January 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
"Rano Karno to run in Banten polls". The Jakarta Post. 7 July 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 September 2011. Diakses tanggal 1 January 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
"Si Doel, Wagub Banten" [Doel, Deputy Governor of Banten]. TokohIndonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 March 2016. Diakses tanggal 1 January 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Holmstrom, John. The Moving Picture Boy: An International Encyclopaedia from 1895 to 1995. Norwich, Michael Russell, 1996, p. 332.