"Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga." Matius 6:10 (Terjemahan Baru)
Konteks Alkitab
Ayat ini adalah bagian dari nas Alkitab dalam Matius 6 terutama ayat Matius 6:9–13 yang memuat Doa Bapa Kami. Nas ini merupakan sebagian dari rangkaian pasal Matius 5:1–7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Galatia 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri orang beriman (Roma 8:2–14; Galatia 5:16–25). Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam Khotbah Kristus (lihat Matius 5:6).[1]
Analisis
Ayat ini adalah bagian dari contoh suatu doa yang diajarkan oleh YesusKristus. Dengan contoh doa ini, Kristus menunjukkan apa saja yang harus menjadi pokok doa orang Kristen. Ada enam permohonan dalam doa itu: tiga yang pertama berkaitan dengan kekudusan dan kehendak Allah; tiga sisanya berkaitan dengan kebutuhan orang beriman sehari-hari. Singkatnya doa ini tidak berarti bahwa orang beriman harus berdoa secara singkat saja mengenai kebutuhannya. Kristus kadang-kadang berdoa sepanjang malam (Lukas 6:12).[1]
Doa melibatkan penyembahan kepada Bapa sorgawi.
1) Sebagai Bapa, Allah mengasihi kita, memperdulikan kita, dan dengan gembira menyambut persekutuan dan keakraban dengan kita; melalui Kristus kita dapat menghampiri Dia pada setiap saat untuk menyembah Dia dan membawa persoalan kita kepada-Nya (Matius 6:25–34).
2) Allah sebagai Bapa tidak berarti bahwa Dia seperti seorang Bapa manusiawi yang membiarkan anak-anak-Nya berbuat salah atau yang tidak mendisiplinkan mereka dengan benar. Allah adalah Bapa yang kudus yang harus menentang dosa. Allah tidak akan membiarkan dosa sekalipun di dalam diri mereka yang menyebut-Nya Bapa. Nama-Nya harus "dikuduskan".
3) Sebagai Bapa sorgawi, Ia dapat memberi berkat dan juga dapat menghukum, menahan atau memberi, bertindak dengan adil atau dengan murah hati. Cara Allah menanggapi kita sebagai anak-anak-Nya tergantung pada iman dan ketaatan kita kepada-Nya.[1]
Datanglah kerajaan-Mu
Doa orang Kristen haruslah berhubungan dengan Kerajaan Allah di bumi sekarang ini dan dengan perwujudannya pada masa yang akan datang.
1) Orang beriman harus berdoa untuk kedatangan Kristus yang kedua kalinya serta penegakan Kerajaan Allah yang abadi di langit baru dan bumi baru (Wahyu 21:1; bandingkan 2 Petrus 3:10–12; Wahyu 20:11; 22:20).
2) Orang beriman harus berdoa untuk kehadiran dan manifestasi rohani dari Kerajaan Allah sekarang ini. Hal ini termasuk penyataan kuasa Allah di antara umat-Nya agar menghancurkan pekerjaan Iblis, menyembuhkan orang sakit, menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang, meningkatkan kebenaran dan mencurahkan Roh Kudus atas umat-Nya.[1]
Sebagaimana bagian terakhir (Matius 6:13), frasa ini merupakan gema doa Yahudi Qaddish. Doa ini memuat permohonan agar Kerajaan Allah dimulai pada masa hidup pendoa itu. "Kerajaan" ini merupakan metafora Kerajaan Allah yang akan dibawa oleh MesiasYahudi. Pada beberapa tempat dalam Perjanjian Baru, YesusKristus menyatakan bahwa Ia membawa Kerajaan ini, dan Kerajaan ini adalah iman Kristen, bukan kekaisaran duniawi seperti yang dinanti-nantikan. Fowler mencatat bahwa sejumlah orang berargumen bahwa doa ini sudah ketinggalan zaman, karena ditujukan kepada pendengar pra-Kristen, bukan kepada mereka yang hidup pada saat Kekristenan sudah didirikan. Satu respons untuk argumen ini adalah bahwa Kekristen masih jauh dari keadaan universal, dan bahwa frasa ini memohon agar Kerajaan Kristus menyebar bagi mereka yang belum percaya. Bahkan orang-orang yang sudah percaya tidak pernah menjadi orang Kristen sempurna, dan sejumlah bagian hati mereka selalu tidak tersentuh, sehingga ayat ini merupakan permohonan untuk menerima adopsi penuh Kekristenan. Alternatif lain adalah biasa untuk melihat "Kerajaan" memiliki lebih dari satu makna dalam Perjanjian Baru, dan meskipun Yesus telah memulai suatu Kerajaan baru, ayat ini bersifat eskatologis, melihat ke depan kepada akhir zaman.[2]
Jadilah kehendak-Mu
Berdoa seperti ini berarti bahwa orang beriman sungguh-sungguh menginginkan kehendak dan maksud Allah terwujud dalam kehidupannya dan keluarganya sesuai dengan rencana-Nya yang abadi. Orang beriman terutama dapat mengetahui kehendak Allah di dalam Firman-Nya yang telah dinyatakan, yaitu Alkitab, dan melalui pimpinan Roh Kudus di dalam hatinya (bandingkan Roma 8:4–14). Kehendak Allah terlaksana bila orang beriman berdoa agar "kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya" datang di antara mereka (Matius 6:33).[1]
Frasa "jadilah kehendak-Mu" ini tidak dijumpai pada doa versi Injil Lukas, sehingga Hill menduga bahwa bagian ini dicatat oleh penulis Injil Matius untuk membentuk struktur lipat tiga yang indah pada doa ini.[3]
Masih menjadi perdebatan mengenai ciri eskatologis petisi atau permohonan ketiga ini. Kehendak Allah dapat merujuk kepada kuasa Allah, perwujudan pemerintahan-Nya, dan kemudian permohonan di ayat 13 merupakan suatu addendum atau tambahan agar kuasa Allah diwujudkan di bumi seperti yang nyata di sorga, suatu rujukan jelas kepada akhir zaman. Penafsiran kedua adalah bahwa permohonan ini menyerukan manusia untuk mematuhi kehendak Allah, perintah-perintah-Nya dan ajaran-ajaran etika-Nya. Permohonan untuk tingkah laku manusia yang sepatutunya, bukan untuk intervensi ilahi.
Frasa asli dalam bahasa Yunaninya bersifat rancu. Dapat berarti "hal-hal di dunia seharusnya menjadi seperti sebagaimana di sorga" atau dapat dibaca sebagai pernyataan agar "hal-hal ini seharusnya terjadi di dunia maupun di sorga". Penafsiran pertama lebih umum diterima, dan memberikan informasi yang langka mengenai sorga, menyatakan jelas bahwa dalam keadaan itu kehendak Allah sepenuhnya tergenapi. Tidak jelas apakah frasa ini dimaksudkan sekadar untuk mengubah permohonan terakhir, atau ketiga-tiganya.[4]