Eter (medium)

Eter: dahulu dihipotesiskan bahwa Bumi bergerak melalui suatu "medium" eter yang membawa cahaya

Eter (bahasa Inggris: luminiferous aether, eter pembawa cahaya) adalah medium yang dahulu didalilkan sebagai medium perambatan cahaya.[1] Konsep eter dibuat untuk menjelaskan kemampuan cahaya–yang tampaknya bersifat seperti gelombang–merambat melalui ruang hampa, sesuatu yang harusnya tidak bisa dilakukan gelombang. Asumsi bahwa ruang berisi eter, bukannya ruang bersifat hampa, memberikan medium teoretis yang diperlukan oleh teori gelombang cahaya.

Hipotesis eter merupakan topik yang cukup diperdebatkan sepanjang sejarahnya, karena hipotesis tersebut memerlukan keberadaan suatu materi tak terlihat dan tak terhingga yang tidak berinteraksi dengan objek fisik. Dengan ditelusurinya sifat cahaya, khususnya pada abad ke-19, sifat-sifat fisika yang diperlukan oleh eter menjadi semakin kontradiktif. Pada akhir 1800-an, keberadaan eter dipertanyakan, meskipun tidak ada teori fisika yang diusulkan untuk menggantikannya.

Hasil negatif dari percobaan Michelson-Morley (1887) menyiratkan bahwa eter tidak ada, penemuan yang dikonfirmasi dalam percobaan-percobaan berikutnya selama 1920-an. Ini menyebabkan banyak usaha teoretis untuk menjelaskan perambatan cahaya tanpa eter. Terobosan hadir dalam bentuk teori relativitas, yang bisa menjelaskan mengapa percobaan tidak bisa melihat eter, tetapi ditafsirkan secara lebih luas sebagai tidak diperlukannya keberadaan eter. Percobaan Michelson–Morley, beserta radiasi benda hitam and efek fotolistrik, merupakan percobaan penting dalam perkembangan fisika modern, yang terdiri di antaranya oleh relativitas dan teori kuantum, yang menjelaskan sifat partikel dari cahaya.

Konsep eter

Lihat pula

Referensi

Sitasi

  1. ^ Buku sains abad 19 A Guide to the Scientific Knowledge of Things Familiar memberikan ringkasan singkat mengenai pemikiran ilmiah dalam bidang ini pada masa itu.

Pranala luar