Bandar Udara A. A. Bere Tallo Atambua sudah ada sejak zaman kolonialisme Jepang, yaitu sekitar tahun 1940-an. Namun Bandara tersebut masih berlandas rumput dengan ukurannya 800×23 meter. Pada tahun 1972 diperbaiki panjangnya menjadi 900×23 meter dengan perkerasan batu.
Tahun 1974 landing pertama pesawat Merpati dan 1979 diikuti dengan pendaratan pesawat dari maskapai DAS dan MAF. Perkembangannya dari tahun ke tahun bandara udara ini terus dibenahi hingga saat ini panjangnya mencapai 1200×30 meter.[4]
Bandara Masa Kini
Landasan Bandar udara A. A. Bere Tallo mulai tahun 2011 diperpanjang 200 meter dari kondisi sebelumnya 1200×30 meter menjadi 1400×30 meter. Dan tahun 2012 ditambah lagi 200 meter dari 1400×30 meter menjadi 1.600 meter, dengan total dana sebesar Rp 8.5 miliar, bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011/2012. Lebar landasan bandar udara A.A.Bere Tallo tetap 30 meter, meskipun idealnya telah mencapai panjang 1.400 meter atau 1.600 meter, maka lebarnya seharusnya 45 meter.
Pesawat yang beroperasi di Bandar Udara A.A.Bere Tallo adalah Merpati jenis KS.212 berkapasitas 20 seat (sudah tidak aktif lagi), Susi Air berkapasitas 12 seat, dan Wings Air. Pemerintah daerah mengharapkan kedepan bisa dapat melayani pesawat besar dengan kapasitas 60 seat ke atas. Jadwal penerbangan bandara ini yaknu Wings Air 2 kali sehari tujuan Kupang pada pukul 10:00 dan 12:00 WITA dengan tarif yang bersahabat, yakni Rp300.000 per penerbangan.
Bandar A.A.Bere Tallo pun kini telah dilengkapi dengan fasilitas kecanggihan komputer peralatan navigasi untuk dapat mencatat dan merekam setiap penerbangan pesawat dari Kupang - Atambua dan sebaliknya. Adapun lampu landasan di areal Bandar Udara A.A.Bere Tallo. Bandar Udara A.A.Bere Tallo meski kelihatannya kecil tetapi indah dan cantik. Misinya, yakni menciptakan pelayanan publik serta utamakan keselamatan dan tidak boleh ada kecelakaan penerbangan.[4]