Yusuf bin Tasyfin
Yusuf juga merupakan salah satu pendiri Marrakesh (Arab Murakush, merupakan asal kata Maroko). Kota ini tempatnya dipilih dan diawali oleh Abu Bakar bin Umar pada 1070, tetapi awal 1071 ia harus berangkat untuk memadamkan pemberontakan di Sahara. Marrakesh diselesaikan oleh Yusuf, yang kemudian menjadikannya ibu kota daerah Murabitun. Sebelumnya orang-orang Murabitun merupakan pengembara padang pasir, dan pendirian kota ini menandai mereka telah menetap dan mengikuti cara hidup urban. Menurut buku karangan Abd Allah pada abad ke-14 "Roudh el-Kartas" dan terjemahan Prancisnya oleh A.Beaumier's, Yusuf adalah orang yang "berkulit cokelat, tinggi sedang, kurus, sedikit berjenggot, bersuara lembut, bermata hitam, berhidung rajawali, rambut ala Muhammad tumbuh hingga telinganya, alisnya bergabung, berambut ikal"[1] NasabYusuf bin Tasyfin dilahirkan di Gurun Sahara yang saat ini masuk dalam wilayah Maroko. Nama lengkap dari Yusuf bin Tasyfin ialah Yusuf bin Tasyfin bin Ibrahim. Yusuf bin Tasyfin digelari Al-Mushalihi As-Sonhaji Al Lamtuni Al-Humairi. Nama panggilan Yusuf bin Tasyfin ialah Abu Ya'qub. Julukan yang diberikan oleh umat Islam kepadanya ialah 'Raja orang yang berhijab'.[2] KepribadianYusuf bin Tasyfin memiliki kulit berwarna sawo matang. Tubuh Yusuf bin Tasyfin agak kurus dengan suara yang lembut.[2] Yusuf bin Tasyfin dikenal sebagai seorang pemimpin yang hidup dalam kesederhanaan. Dalam bertindak sebagai pemimpin, ia bersikap adil dan bijak. KepemimpinanYusuf bin Tasyfin merupakan salah satu tokoh yang berperan sebagai pendidik umat Islam dan pembangun negara. Ia menjadi salah satu tokoh yang mengembangkan konsep pencapaian masa keemasan Islam sesuai dengan syariat Islam.[3] Pada tahun 1061, Yusuf bin Tasyfin (1061–1106 M) meneruskan kepemimpinan atas sebuah kelompok gerakan agama di Afrika Utara yang disebut Murabithun. Sebelumnya, kelompok tersebut dipimpin oleh seorang ulama Mazhab Maliki dari Maroko Utara yaitu Abdullah bin Yasin. Murabithun merupakan sebutan bagi kelompok mereka yang melakukan dakwah kepada suku Berber dengan menetap di sekitar sungai Senegal dan mendirikan tempat ibadah dan mengajari masyarakat sekitar tentang agama Islam.[4] Kelompok Murabithun kemudian berubah dari gerakan keagamaan menjadi gerakan militer.[5] Sejak kepemimpinan Yusuf bin Tasyfin, Kelompok Murabithun berkembang menjadi Dinasti Murabithun yang terdiri dari masyarakat suku Berber.[4] Pada tahun 1062, Dinasti Murabithun menjadi sebuah kerajaan dengan Kota Marrakesh sebagai pusat pemerintahannya.[6] Namun pada masa kekuasaan Yusuf bin Tasyfin, Dinasti Murabithun tetap menjadi bagian dari Kekhalifahan Abbasiyah.[7] Kekuasaan Dinasti Murabithun diperluas oleh Yusuf bin Tasyfin hingga mencakup Fes, Tlemsan, Aljazair hingga mencapai Pegunungan Kabyles. Dinasti Murabithun menjadi dinasti suku Berber yang pertama kali berhasil menguasai sebagian besar wilayah bagian barat di Afrika Utara.[4] Penaklukkan AndalusiaYusuf dikenal dunia karena penaklukkan wilayah Andalusia di seberang utara Maroko. Hal ini karena ekspansi bangkitnya kekuatan kerajaan Kristen yang melakukan reconquista atau penaklukkan kembali wilayah-wilayah yang dikuasai raja-raja muslim. Pada tahun 1091, raja berdaulat terakhir Andalus, al-Mu'tamid, melihat taifa (kerajaan kecil) Seville yang diwarisi, yang dikuasainya sejak 1069, terancam direbut oleh raja León yang semakin kuat, Alfonso VI. Periode Taifa terjadi setelah runtuhnya Kekhalifahan Umayyah. Sebelumnya, para emir telah melancarkan serangkaian serangan agresif terhadap kerajaan-kerajaan tetangga sesama muslim, untuk mengumpulkan lebih banyak wilayah untuk dirinya sendiri, tetapi aspirasi dan kemampuan militernya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan raja Leon, yang atas nama Kristen, pada tahun 1085, merebut Toledo dan memungut parias, atau upeti, dari para pangeran/raja Muslim di tempat-tempat seperti Granada, termasuk al-Mu'tamid dari Seville. Upeti dari para emir memperkuat ekonomi kerajaan Kristen dan merugikan ekonomi Muslim. Inilah keadaan yang menyebabkan penaklukan Almoravid dan kutipan terkenal, yang menegur putranya, Rashid, yang menasihatinya untuk tidak menemui Yusuf bin Tasyfin, di mana al-Mu'tamid berkata: ![]() "Saya tidak ingin dicap oleh keturunan saya sebagai orang yang menyerahkan al-Andalus sebagai mangsa bagi orang-orang kafir. Saya benci nama saya dikutuk di setiap mimbar Muslim. Dan, bagi saya, saya lebih suka menjadi penggembala unta di Afrika daripada menjadi penggembala babi di Castile." Maka al-Mu'tamid pun mengundang Yusuf ke Andalusia untuk selamatkan kerajaan dari penaklukkan Alfonso VI sehingga pecahlah pertempuran besar yang dikenal sebagai Pertempuran Zalaqah. Yusuf datang ke al-Andalus dengan pasukan sebanyak 15.000 orang, bersenjata lembing dan belati, sebagian besar prajuritnya membawa dua pedang, perisai, pelindung dada dari kulit terbaik dan kulit binatang, dan ditemani oleh penabuh genderang untuk memberikan efek psikologis. Kavaleri Yusuf mencakup 6.000 pasukan dari Senegal yang menunggangi kuda Arab. Pada tanggal 23 Oktober 1086, pasukan Almoravid, disertai oleh 10.000 pejuang Andalusia dari provinsi-provinsi Muslim setempat, secara meyakinkan menghentikan Reconquista, secara signifikan mengalahkan pasukan Kristen terbesar yang pernah dibentuk hingga saat itu. Berkat pertolongan Yusuf, Islam masih bertahan hingga 300 tahun kemudian di Semenanjung Iberia (Spanyol).[8] ![]() Perpecahan yang terjadi antara raja-raja muslim di Spanyol kemudian mempermudah Dinasti Murabithun (alMoravid) untuk menaklukkan wilayah Spanyol.[9] Kota Sevilla berhasil ditaklukkan oleh Dinasti Murabithun pada tahun 1091 M dan menggantikan kekuasaan dari Dinasti Abbadiyah.[10] Kekuasaan Dinasti Murabithun yang dirintis oleh Yusuf bin Tasyfin hanya dapat bertahan sekitar setengah abad karena penerusnya merupakan raja-raja yang lemah.[11] Pada tahun 1118 M, Kota Zaragoza ditaklukkan oleh pasukan Kristen.[12] Namun pada tahun 1143, seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Murabithun di Afrika Utara maupun di Spanyol dikuasai oleh Dinasti Muwahhidun.[6] Dinasti Murabithun yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfin berakhir setelah kekuasaan Dinasti Murabithun digantikan oleh Dinasti Muwahhidun pada tahun 1147 M.[13] KematianYusuf bin Tasyfin meninggal di Marrakesh. Ia meninggal pada tahun 500 H.[7] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
Bibliografi
|