X-Press Pearl adalah kapal kontainer kelas Super Eco 2700 yang terdaftar di Singapura. Kapal ini mulai beroperasi pada Februari 2021 dengan panjang sekitar 186 meter dan dioperasikan oleh X-Press Feeders.[2]
Pada tanggal 20 Mei 2021, kapal ini mengalami kebakaran di lepas pantai Kolombo, Sri Lanka. Api semakin membesar hingga pada 27 Mei, kapal dinyatakan terbakar habis dan mengalami kerusakan total. Meskipun masih mengapung, petugas pemadam kebakaran Sri Lanka berhasil mengendalikan api pada malam hari tanggal 27 Mei 2021.[3] Setelah terbakar selama 12 hari, kapal akhirnya tenggelam pada 2 Juni saat sedang ditarik ke perairan yang lebih dalam.[4][5] Insiden ini disebut sebagai bencana lingkungan laut terburuk dalam sejarah Sri Lanka karena tumpahan bahan kimia berbahaya yang dibawanya.[6][7][8]
Menurut X-Press Feeders, operasi penyelamatan untuk mengangkat bangkai kapal dimulai pada November 2021. Seluruh aktivitas di lokasi diperkirakan akan rampung pada April 2023. Namun, proses penyelamatan sempat tertunda akibat musim hujan barat daya yang berlangsung dari akhir April hingga November 2022.[9]
Sejarah konstruksi dan operasional
X-Press Pearl dibangun oleh Zhoushan Changhong International Shipyard Co. Ltd di Zhoushan, Tiongkok, untuk perusahaan pelayaran X-Press Feeders yang berbasis di Singapura, bersama dengan kapal saudaranya, X-Press Mekong.[10][11]Kapal kontainer ini memiliki bobot mati sebesar 37.000 ton (DWT) dan mampu mengangkut hingga 2.743 TEU (unit ekuivalen dua puluh kaki). Kapal ini diluncurkan pada 28 September 2020 dan resmi diserahkan pada 10 Februari 2021.[12][13]
X-Press Pearl dioperasikan dalam rute Selat–Timur Tengah (SMX) oleh X-Press Feeders, dengan jalur pelayaran dari Port Klang (Malaysia), melewati Singapura dan Jebel Ali (Dubai, UEA), menuju Pelabuhan Hamad di Qatar. Rute kepulangannya mencakup Hazira (India) dan Kolombo (Sri Lanka) sebelum kembali ke Malaysia. Kapal ini telah menyelesaikan tiga pelayaran, dengan kunjungan ke Kolombo pada 17 Maret dan 18 April. Kebakaran terjadi tak lama setelah kapal tiba di Kolombo untuk kunjungan ketiganya pada 19 Mei[14]
Api
X-Press Pearl membawa sebanyak 1.486 kontainer saat berangkat dari Pelabuhan Hazira pada 15 Mei 2021 menuju Kolombo. Muatannya termasuk 25 ton asam nitrat (yang dapat digunakan untuk pupuk dan bahan peledak), berbagai bahan kimia lainnya, kosmetik, serta pelet polietilena berdensitas rendah (LDPE). Kapal tiba di lepas pantai Kolombo pada 19 Mei.[15][16] Sebelumnya, pada 11 Mei, awak kapal menemukan adanya kebocoran pada salah satu kontainer bermuatan asam nitrat yang dimuat di Jebel Ali. Mereka sempat meminta izin untuk menurunkannya di Pelabuhan Hamad dan Hazira, namun ditolak karena pelabuhan tersebut tidak memiliki fasilitas atau keahlian khusus untuk menangani zat kimia tersebut. Akhirnya, kapal tetap melanjutkan perjalanan menuju Kolombo.[17][18]
X-Press Pearl tiba di pelabuhan Kolombo pada malam 19 Mei dan berlabuh di luar pelabuhan sambil menunggu giliran sandar. Tidak ada pemberitahuan darurat terkait kebocoran yang disampaikan kepada otoritas pelabuhan. Esoknya, pada 20 Mei, agen kapal meminta untuk menangani ulang kontainer tersebut. Kepala Pelabuhan Kolombo, Nirmal de Silva, menyatakan bahwa pelabuhan memiliki kemampuan untuk menangani situasi semacam ini.[19]
Pada hari yang sama, kebakaran pertama dilaporkan terjadi di atas kapal dan berhasil dipadamkan oleh awak menggunakan sistem pemadam kebakaran internal. Namun, kemudian diketahui bahwa kapal terbakar sekitar 95 mil laut barat laut dari Pelabuhan Kolombo. Angkatan Laut Sri Lanka dan Otoritas Pelabuhan ikut naik ke kapal untuk menyelidiki penyebab kebakaran, yang dicurigai berasal dari reaksi kimia muatan.[20][21] Saat insiden terjadi, ada 25 awak di atas kapal. Meskipun awalnya dikaitkan dengan kebocoran asam, Kepala Pelabuhan menyatakan bahwa api mulai muncul dari palka nomor 2, tempat kontainer disimpan. Ia menyebutkan bahwa penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap penyebab pastinya.[22][19]
Api terus menyala sepanjang hari itu, menyebabkan kontainer-kontainer mulai jatuh ke laut. Otoritas Perlindungan Lingkungan Maritim Sri Lanka (MEPA) mengklasifikasikan insiden ini sebagai tumpahan minyak Tingkat II karena kebakaran yang makin memburuk.[27] India pun mengirim bantuan berupa kapal pemadam kebakaran, kapal tunda, pesawat pengintai maritim, serta tim tanggap darurat. Nelayan setempat diminta menjauh dari area sekitar kapal.[28][29]
Ketua MEPA, Dharshani Lahandapura, menyampaikan pada 26 Mei bahwa terdapat sekitar 378 ton minyak di kapal, dan diperkirakan separuhnya berpotensi bocor ke laut setelah api padam. Pemasangan pembatas minyak tertunda karena cuaca buruk, namun otoritas siap melakukan pembersihan jika minyak mencapai pantai.[30] Keesokan harinya, puing-puing yang terbakar dan sebagian muatan kapal mulai terdampar di pantai Negombo.[31] Pada 29 Mei, meskipun api utama telah padam, kapal masih mengeluarkan asap dan tubuh kapal masih utuh. Kapal tunda pemadam kebakaran tetap menyemprotkan air, dan Angkatan Udara Sri Lanka menjatuhkan bubuk kimia kering dari udara. Kapal pengendali polusi milik India, ICG Samudra Prahari, juga bergabung dalam operasi pemadaman.[32] Pada pagi hari 30 Mei, kebakaran sebagian besar telah berhasil dipadamkan, dan air masih terus disemprotkan ke kapal. X-Press Feeders menyatakan bahwa tim penyelamat sedang merencanakan proses penarikan kapal.[14] Pada 1 Juni, tim penyelamat berhasil naik ke kapal untuk melakukan pemeriksaan awal, dan mereka menemukan ruang mesin telah tergenang air serta asap masih muncul dari ruang kargo 1, 2, dan 3 secara berkala.[33][34]
Operasi penyelamatan
Pada tanggal 21 Mei 2021, Angkatan Laut Sri Lanka mengerahkan dua kapal patroli laut lepas, yaitu kapal Sagara dan Sindurala, beserta sebuah pesawat dalam operasi penyelamatan untuk memadamkan kebakaran di kapal X-Press Pearl. Meskipun kondisi cuaca di sekitar lokasi cukup buruk, upaya pemadaman berjalan dengan lancar.[35] Api berhasil dikendalikan pada hari yang sama, dan proses pendinginan terus dilakukan agar api tidak menyebar lebih jauh.[36][37] Pada tanggal 22 Mei, Angkatan Udara Sri Lanka turut serta dengan mengerahkan helikopter Bell 212 untuk mendukung operasi penyelamatan.[38][39] Dari total 25 awak kapal yang telah dievakuasi, dua orang sedang dirawat di rumah sakit karena mengalami luka-luka.[40] Selanjutnya pada tanggal 25 Mei, India memberikan bantuan dengan mengirimkan kapal penjaga pantai ICG Vaibhav, pesawat pengintai ICG Dornier, dan kapal tunda bernama Tug Water Lilly. Pada tanggal 29 Mei, kapal penanggulangan polusi milik India yang bernama Samudra Prahari tiba untuk memperkuat tim di lapangan. India menamai misi bantuan ini dengan sebutan Operasi Sagar Araksha Dua.[41]
Namun pada tanggal 2 Juni 2021, X-Press Feeders menyampaikan bahwa meskipun tim penyelamat berhasil naik ke atas kapal dan memasang kabel penarik, upaya untuk menarik kapal ke perairan yang lebih dalam tidak berhasil.[42]
apal tersebut tetap berada di kedalaman sekitar 21 meter, sebagian besar bagiannya telah tenggelam, dan lokasi kejadian masih terus diawasi oleh kapal khusus.[43]
Kerusakan lingkungan
Otoritas Perlindungan Lingkungan Laut Sri Lanka menyatakan bahwa mereka tengah menilai dampak lingkungan dan mengumpulkan bukti terkait insiden X-Press Pearl. Rencana telah disusun untuk mengajukan klaim ganti rugi sementara.[44] Sejak tanggal 27 Mei, butiran resin plastik dari kargo yang tumpah mulai terdampar di berbagai pantai di Sri Lanka.[45] Selain itu, butiran plastik jenis LDPE juga ditemukan di wilayah daratan sekitar pesisir.[46] Menurut keterangan pihak MEPA, terdapat tiga kontainer di atas kapal yang masing-masing berisi sekitar dua 26.000 kilogram (57.000 pon) biji plastik.[47][48]
Jurnalis Laurel Wamsley dari NPR menggambarkan kejadian ini sebagai sebuah bencana lingkungan besar pada bulan Juni 2021.[42]
Para ahli kesehatan dan pihak MEPA juga mengingatkan adanya potensi hujan asam ringan akibat emisi gas nitrogen dioksida dari kebakaran kapal.[49] Pemerintah Sri Lanka pun menetapkan larangan menangkap ikan di wilayah pesisir dari Kalutara hingga Negombo, sebagai langkah pencegahan atas bahaya pencemaran. Sekitar lima ribu enam ratus kapal nelayan tidak dapat beroperasi, dan pemerintah menjanjikan kompensasi bagi para nelayan yang terdampak.[50] MEPA juga mengimbau masyarakat untuk tidak menyentuh puing-puing dari kapal yang terkontaminasi zat beracun.[51][52]
Pihak kepolisian telah menerima laporan dan membuka penyelidikan atas dugaan kelalaian yang menyebabkan insiden ini. Sebuah tim ahli dibentuk untuk menilai kerusakan lingkungan jangka panjang. Sementara itu, bangkai ikan dan penyu terus terdampar di pantai dan sedang diperiksa untuk mengetahui apakah kematian mereka berkaitan dengan tumpahan minyak.[14] Dari 1.486 kontainer, sebanyak 81 di antaranya tergolong berbahaya dan mengandung sekitar lima ton asam nitrat.[53]
Pada awal Juni 2021, dilaporkan bahwa kapal X-Press Pearl telah tenggelam, yang memicu kekhawatiran akan dampak buruk terhadap kehidupan laut.[54] Pada tanggal 2 Juni, upaya penarikan kapal menjauh dari pantai harus dibatalkan setelah bagian buritan kapal menyentuh dasar laut. Menurut Kapten Angkatan Laut Sri Lanka Indika de Silva, belum dapat dipastikan apakah masih ada sisa minyak bahan bakar di kapal, namun otoritas setempat terus memantau kemungkinan tumpahan.[55]
Pemerintah Sri Lanka telah menginstruksikan tim penyelamat untuk mengevakuasi sisa minyak bunker apabila masih ada yang tersisa. Perusahaan X-Press Feeders juga menyewa organisasi tanggap tumpahan minyak untuk mendukung upaya pembersihan. Selain itu, perusahaan telah melibatkan SMIT Salvage sejak krisis ini dimulai. Hingga tanggal 3 Juni, kapal masih mengapung sebagian dengan bagian belakangnya berada di dasar laut pada kedalaman 21 meter (69 ft) [56][57]
Kepala Eksekutif X-Press Feeders, Shmuel Yoskovitz, secara terbuka menyampaikan permintaan maaf kepada rakyat Sri Lanka atas kerugian lingkungan dan dampaknya terhadap mata pencaharian warga. Dalam sebuah wawancara, ia menyatakan penyesalan yang mendalam atas insiden ini.Dikutip dalam sebuah wawancara dengan Channel News Asia Singapura.[58] Pemerintah terus mengoordinasikan pembersihan, mengumpulkan butiran plastik dan puing-puing dari kapal dalam operasi yang disebut sebagai perburuan nurdle terbesar di negara itu. Sekitar tiga puluh empat kontainer telah diisi dengan puing-puing, termasuk butiran plastik.[59] Sampai tanggal 8 Juni, otoritas berhasil mengumpulkan lebih dari seribu tujuh puluh lima ton material, termasuk pasir tercemar.[60]
Hingga pertengahan Juni 2021, lebih dari empat puluh ekor penyu ditemukan mati di sepanjang pantai.[61][62] Selain penyu, sejumlah ikan, paus, dan setidaknya enam lumba-lumba juga dilaporkan terdampar dengan luka bakar pada tubuh mereka. Spesies laut lainnya juga terkena dampak serius akibat penyebaran butiran plastik yang meluas di perairan sekitar Sri Lanka.[63][64][65]
Investigasi
Penyelidikan terhadap kebakaran di kapal kontainer X-Press Pearl dimulai pada tanggal 30 Mei.[66] Inspektur Jenderal Polisi C.D. Wickramaratne menginstruksikan agar penyelidikan dilimpahkan kepada Departemen Investigasi Kriminal Sri Lanka[67] Pihak berwenang juga memperingatkan adanya kemungkinan tindakan hukum terhadap X-Press Feeders, selaku pemilik kapal.[68] Pada tanggal 31 Mei, seorang juru bicara kepolisian menyatakan bahwa tim khusus yang terdiri dari sepuluh petugas telah mulai merekam pernyataan dari kapten kapal dan kepala teknisi X-Press Pearl.[69][70] Pemeriksaan terhadap kepala kapal dilakukan selama dua hari, fokus pada perencanaan penyimpanan kontainer di atas kapal. Kapal tersebut diketahui membawa berbagai jenis bahan berbahaya, termasuk natrium hidroksida atau soda api yang disimpan di palka, serta sedikitnya satu kontainer berisi asam nitrat yang dilaporkan bocor di dek. Selain itu, perekam data perjalanan atau kotak hitam juga berhasil ditemukan untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut.[71][72] Pada tanggal 16 Juni 2021, Ketua agen pelayaran lokal bernama Arjuna Hettiarachchi yang mewakili kapal X-Press Pearl dan diidentifikasi sebagai tersangka utama dalam kasus ini, diberikan jaminan oleh Pengadilan Tinggi Kolombo.[73][74]
Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 31 Oktober, OpenFacto yang merupakan kolektif peneliti asal Perancis dalam bidang sumber terbuka, menerbitkan laporan investigasi yang melacak asal-usul kontainer berisi asam nitrat. Kontainer tersebut diketahui berasal dari Iran dan diduga dijual oleh perusahaan pialang bernama ChemiPakhsh Paykan.[75][76] Bahan kimia tersebut diproduksi oleh Bahan kimia tersebut diproduksi oleh Esfahan Chemical Industries, sebuah afiliasi dari Kementerian Pertahanan Iran yang saat ini dikenai sanksi internasional.[77]
Dampak ekonomi
Nelayan lokal di Sri Lanka diperintahkan untuk tetap berada di darat akibat polusi yang ditimbulkan oleh insiden kapal X-Press Pearl. Kebijakan ini diperkirakan berdampak signifikan terhadap perekonomian lokal. Denzil Fernando, selaku kepala serikat nelayan regional, menyatakan bahwa larangan penangkapan ikan tersebut akan memengaruhi sekitar 4.300 keluarga yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan.[8] Sementara itu, Rob Hawes yang merupakan kepala adjuster kerugian kelautan dari perusahaan Crawford and Company memperkirakan bahwa kerugian dari kargo X-Press Pearl dapat mencapai antara 30 juta hingga 50 juta dolar Amerika. Angka ini belum termasuk kerugian atas nilai kapal itu sendiri.[78]