Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. Informasi dalam artikel ini hanya boleh digunakan untuk penjelasan ilmiah; bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis. Wikipedia tidak memberikan konsultasi medis. Jika Anda perlu bantuan atau hendak berobat, berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan profesional.
Vaginitis atau vulvovaginitis, adalah peradangan terhadap vagina dan vulva.[1][2][3] Hal ini dapat mengakibatkan keputihan, gatal dan nyeri, sensasi terbakar, dan bau tidak sedap pada vagina dan vulva akibat iritasi atau infeksi. Dalam beberapa kasus, vaginitis dapat menyebabkan komplikasi saat kehamilan.[4]
Tiga penyebab utama peradangan ini adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteriosis vagina, jamur pada vagina, dan trikomoniasis.[5] Hal lain yang bisa menjadi penyebab di antaranya adalah alergi terhadap zat tertentu, misalnya spermisida, sabun, atau kadar hormon estrogen yang rendah pada masa menyusui atau setelah menopause.[5] Vaginitis dapat dipicu beberapa penyebab yang berbeda pada saat yang bersamaan, dan tergantung pada usia.[5][6] Perempuan usia pra-remaja memiliki risiko mengalami vulvovaginitis yang cukup besar karena masih rendahnya hormon estrogen dan anatomi labia minora yang belum berkembang secara sempurna.[7][8]
^"Overview of Vaginitis". Merck Manuals Professional Edition. May 2018. Diakses tanggal 14 October 2018.
^Beyitler, İ; Kavukcu, S (April 2017). "Clinical presentation, diagnosis and treatment of vulvovaginitis in girls: a current approach and review of the literature". World Journal of Pediatrics. 13 (2): 101–105. doi:10.1007/s12519-016-0078-y. PMID28083751. S2CID23511706.
Joesoef MR, Schmid GP, Hillier SL (1999). "Bacterial vaginosis: review of treatment options and potential clinical indications for therapy". Clin. Infect. Dis. 28 Suppl 1: S57–65. doi:10.1086/514725. PMID10028110. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Ozkinay E; et al. (2005). "The effectiveness of live lactobacilli in combination with low dose estriol to restore the vaginal flora after treatment of vaginal infections". IBJOG. 112 (2): 234–240, quiz 440–1. doi:10.1111/j.1471-0528.2004.00329.x. PMID15663590.
Reed BD, Slattery ML, French TK (1989). "The association between dietary intake and reported history of Candida vulvovaginitis". J Fam Pract. 29 (5): 509–15. PMID2553850. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)