Tri Mumpuni
PendidikanTri Mumpuni melakukan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Pertanian, ia mengambil jurusan Sosial Ekonomi serta studi keberlanjutan di Universidad da Costa Rica pada tahun 1992 dan Chiang Mai University, Thailand pada tahun1993. Kehidupan awal dan masa mudaTri Mumpuni lahir di Semarang pada tanggal 6 Agustus 1964. Ia merupakan anak dari pasangan Wiyatno dan Gemiarsih.[1] Kedua orang tuanya mengajarkan untuk berbagi dan memberi. Pada kelas 4 SD, ia sudah ikut ibunya keliling ke kampung-kampung mengobati orang yang terkena penyakit koreng. Dari pengalaman itulah, ia mendapat pelajaran bahwa dari proses hubungan manusia itu uang bukan segala-galanya.[1] Sewaktu masih muda, ia sudah terbiasa melihat dan membantu ibunya yang aktif dalam kegiatan sosial. Ia juga bercita-cita sebagai dokter, bidang yang sama sekali bertolak belakang dengan keadaannya sekarang ini.[2] KontribusiIa dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan kemandirian masyarakat di kawasan terpencil melalui pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) yang telah diakui baik di dalam negeri maupun di luar negeri.[2] Dirinya tidak jarang berhari-hari tinggal di satu desa yang jauh dari akses infrastruktur dan informasi, hanya untuk memastikan kesiapan masyarakat membangun listrik mikrohidro.[2] Latar belakang dan langkah-langkah pembangunanIde awal pembangunan PLTMH berawal dari seringnya Tri Mumpuni bersama suaminya, Iskandar Budisaroso Kuntoadji berkeliling ke desa-desa dan melihat sumber air yang melimpah namun belum ada kabel distribusi listrik dilokasi tersebut, barulah ia melakukan tindakan.[1] Sebelum diadakan pembangunan, ia dan suami membicarakannya kepada kepala desa setempat guna mendiskusikan kemungkinan membangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan aliran sungai, yakni menghasilkan listrik dari sebuah turbin.[1] Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Tri Mumpuni adalah mengumpulkan data untuk melihat kemungkinannya secara teknis serta menghitung rencana anggaran biaya kemudian mencari sumber dana untuk pembangunan pembangkit listrik.[3] Setelah itu, ia bersama Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) mengirimkan tim sosial untuk membangun komunitas yang baik beberapa minggu dengan masyarakat agar terjalin hubungan yang baik. Langkah awal yang didekati adalah tokoh agama atau tokoh adat setempat.[3] Barulah kemudian masyarakat membentuk organisasi yang akan mengurus turbin, dengan menentukan ketua hingga operator yang tahu bongkar pasang mesin dan organisasi tersebut harus diberi pengetahuan tentang pengoperasian mesin hingga perawatannya.[3] Selanjutnya, agar pembangkit listrik tenaga air itu dapat menjalankan fungsinya terus-menerus maka daerah tangkapan air di hulu harus dipertahankan seluas 30 kilometer persegi. Tidak boleh ada penebangan hutan dan vegetasi.[3] Manfaat pengabdianHingga sekarang Puni (sapaaan akrabnya) dan suaminya sudah berhasil menerangi 65 lokasi dengan tenaga mikrohidronya.[2] Bagi alumnus IPB ini listrik bukan tujuan utamanya, tetapi bagaimana membangun potensi desa supaya mereka berdaya secara ekonomi dan lainnya. Dengan begitu, mereka bisa mengenali peradabannya dan membangun peradabannya.[4] Bahkan, tak sedikit orang yang menawarinya untuk masuk partai politik dalam negeri. Namun, ia dengan tegas menolak tawaran itu karena di Indonesia belum pernah ada anggota dewan yang dipuji oleh rakyat. Kini, di luar negeri, aktivitasnya semakin luas. Filipina menjadi satu negara yang memasuki tahap implementasi pengembangan listrik mikrohidro, sedangkan Rwanda dan Kenya masih dalam tahap pelatihan.[2] Sekarang, ia banyak mendapat pembiayaan dari pihak dalam maupun luar negeri. Prestasi
Sejarah pembangunanTri Mumpuni pertama kali membangun PLTMH pada tahun 1997 Dusun Palanggaran dan Cicemet, enklave di Gunung Halimun, Sukabumi, Jawa Barat, yang mereka terangi dengan listrik tahun 1997. Untuk mencapai tempat itu harus berjalan kaki sembilan jam atau naik motor yang rodanya diberi rantai sebab jalan setapaknya licin. “Uang dari listrik dipakai membangun jalan berbatu yang bisa dilalui kendaraan beat. Ini membuka peluang membantu 10 dusun lain,” kata Puni dan yang banyak membantu adalah kedutaan Jepang.[1] Ia sama sekali tidak mendapat bantuan dari manapun. Awalnya masyarakat masih susah dimintai iuran. Namun setelah enam bulan berlalu, Puni kembali lagi ke Dusun Palanggaran. Hal tak disangka pun terjadi. Di desa tersebut sudah memiliki kas sebesar Rp 23 juta. Uang dari listrik dipakai membangun jalan berbatu yang bisa dilalui kendaraan kendaraan beroda empat. Ini membuka peluang membantu 10 dusun lain.[1] Lain-lain dan kutipanDalam acara Kick Andy, edisi Jum'at, 6 Juli 2012 ia punya satu semboyan:
Ia merupakan ibu yang baik, rendah hati, dan bersahaja.[1] Ia adalah tokoh yang diidolakan oleh Amilia Agustin.[8] Ia pun juga mendapat pujian dari Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dalam acara pertemuan Presidential Summit on Entrepreneurship:
Lihat jugaReferensi
Pranala luar |