Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Stadhouder

Willem Sang Pendiam merupakan seorang Stadhouder selama era Revolusi Belanda melawan Kekaisaran Spanyol.

Stadhouder (pelafalan dalam bahasa Belanda: [ˈstɑtˌɦʌudər] ) adalah jabatan politik dan militer penting di Republik Belanda yang ada dari abad ke-16 hingga abad ke-18. Kata "stadhouder" berasal dari bahasa Belanda yang secara harfiah berarti "pengganti tempat" atau "wakil". Awalnya, stadhouder adalah wakil dari penguasa feodal yang ditugaskan untuk mengurus wilayah tertentu. Namun, seiring waktu, jabatan ini menjadi sangat berpengaruh di Republik Belanda, bahkan hampir menyerupai peran seorang raja meskipun negara ini adalah republik.

Jabatan ini sering dipegang oleh keluarga Oranye-Nassau, yang membuatnya hampir seperti posisi turun-temurun. Stadhouder memainkan peran besar dalam sejarah Belanda, terutama dalam perjuangan kemerdekaan melawan Spanyol dan menjaga persatuan di antara provinsi-provinsi yang otonom.

Sejarah

Asal-usul Jabatan Stadhouder

Jabatan stadhouder pertama kali muncul pada abad pertengahan di wilayah yang sekarang menjadi Belanda. Saat itu, wilayah ini dikuasai oleh penguasa feodal seperti Adipati Burgundy. Stadhouder bertugas sebagai wakil penguasa untuk mengelola administrasi lokal, menjaga ketertiban, dan memimpin pasukan militer di provinsi tertentu. Jabatan ini pada awalnya bersifat administratif dan tidak terlalu menonjol.

Stadhouder di Republik Belanda

Segalanya berubah pada tahun 1581, ketika provinsi-provinsi di Belanda Utara menyatakan kemerdekaan dari Spanyol melalui Deklarasi Abjuration. Mereka membentuk Republik Belanda, sebuah negara baru yang tidak lagi berada di bawah kekuasaan raja. Dalam sistem baru ini, jabatan stadhouder tetap ada, tetapi perannya berkembang. Stadhouder tidak lagi menjadi wakil raja asing, melainkan diangkat oleh provinsi-provinsi untuk memimpin militer dan membantu pemerintahan.

Keluarga Oranye-Nassau menjadi identik dengan jabatan ini. Tokoh seperti Willem van Oranje (dikenal sebagai Willem yang Diam) memimpin perjuangan melawan Spanyol dan menjadi simbol kemerdekaan Belanda. Sejak saat itu, stadhouder dari keluarga Oranye-Nassau sering dianggap sebagai pemimpin informal negara, meskipun kekuasaan mereka tidak mutlak.

Periode Tanpa Stadhouder

Ada dua masa dalam sejarah Republik Belanda ketika jabatan stadhouder sengaja ditiadakan. Masa ini disebut Periode Tanpa Stadhouder (Stadhouderloze Tijdperk):

  1. 1650–1672: Setelah kematian Stadhouder Willem II, para regent (penguasa lokal) dan Staten-Generaal (parlemen umum) memutuskan untuk tidak mengangkat stadhouder baru. Mereka ingin kekuasaan penuh berada di tangan mereka. Namun, periode ini berakhir ketika Republik menghadapi krisis militer besar (dikenal sebagai "Tahun Bencana" 1672), dan Willem III dari Oranye diangkat kembali sebagai stadhouder.
  2. 1702–1747: Setelah Willem III meninggal tanpa ahli waris langsung, jabatan ini kembali kosong. Krisis politik dan militer pada tahun 1747 akhirnya membuat rakyat menuntut pengangkatan Willem IV sebagai stadhouder.

Kedua periode ini menunjukkan bahwa meskipun stadhouder tidak selalu ada, kehadiran mereka sering dianggap penting untuk stabilitas negara.

Akhir Jabatan Stadhouder

Jabatan stadhouder berakhir pada tahun 1795. Saat itu, pasukan Prancis Revolusioner menyerbu Republik Belanda dan menggulingkannya. Republik Belanda digantikan oleh Republik Batavia, sebuah negara boneka Prancis. Setelah itu, sistem pemerintahan berubah total, dan jabatan stadhouder tidak pernah dipulihkan.

Peran dan Kewenangan

Militer

Peran utama stadhouder adalah sebagai panglima tertinggi pasukan Republik Belanda. Mereka bertanggung jawab untuk:

  • Memimpin tentara dalam perang.
  • Merencanakan strategi militer.
  • Melindungi negara dari ancaman luar.

Keberhasilan militer stadhouder, seperti saat melawan Spanyol atau Prancis, sering meningkatkan dukungan rakyat terhadap mereka.

Politik

Meskipun Republik Belanda adalah republik, stadhouder memiliki pengaruh politik yang besar. Mereka:

  • Menjadi penutup antara provinsi-provinsi yang sering berbeda pendapat.
  • Memiliki hak untuk mengangkat pejabat tertentu.
  • Mempengaruhi kebijakan luar negeri.

Namun, kekuasaan mereka tidak mutlak. Stadhouder harus bekerja sama dengan Staten-Generaal dan dewan provinsi, yang mengendalikan keuangan dan kebijakan dalam negeri. Konflik antara stadhouder dan Staten-Generaal sering terjadi, terutama soal perang atau pembagian kekuasaan.

Simbol Nasional

Stadhouder, terutama dari keluarga Oranye-Nassau, menjadi simbol persatuan bagi rakyat Belanda. Mereka membantu membangun identitas nasional di tengah perbedaan antarprovinsi dan melindungi kemerdekaan negara dari ancaman asing.

Stadhouder Terkenal

  1. Willem Sang Pendiam (1533–1584), Stadhouder pertama dari keluarga Oranye-Nassau dan "Bapak Bangsa Belanda". Memimpin perlawanan melawan Spanyol, mendirikan dasar Republik Belanda. Ia dibunuh oleh seorang pembunuh bayaran Spanyol pada tahun 1584, tetapi warisannya diteruskan oleh anak-anaknya.
  2. Maurits dari Nassau (1567–1625), Putra Willem Sang Pendiam, stadhouder dan pemimpin militer hebat. Mereformasi tentara Belanda dengan taktik modern, memenangkan banyak pertempuran melawan Spanyol. Ia juga terlibat konflik politik dengan Johan van Oldenbarnevelt, yang berakhir dengan eksekusi Oldenbarnevelt.
  3. William III dari Inggris (1650–1702), Stadhouder dan kemudian Raja Inggris, Skotlandia, dan Irlandia. Memimpin perang melawan Prancis, terlibat dalam Revolusi Agung di Inggris (1688), dan memperkuat posisi Belanda di Eropa.

Lihat pula

Daftar referensi

  • Israel, Jonathan I. (1995). The Dutch Republic: Its Rise, Greatness, and Fall 1477–1806. Oxford: Clarendon Press.
  • Troost, Wouter (2005). William III, The Stadholder-king: A Political Biography. Ashgate Publishing.
  • Rowen, Herbert H. (1988). The Princes of Orange: The Stadholders in the Dutch Republic. Cambridge University Press.

Bibliografi

  • Ashley, M. (1966). The Glorious Revolution of 1688. London: Hodder & Stoughton Ltd. ISBN 978-0340008966.
  • Ward, A. W., ed. (1922). The Cambridge History of British Foreign Policy I. Cambridge University Press.

Lainnya

  • Van Dale Etymologisch Woordenboek (Dutch etymology, in Dutch)

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya