Satuan![]() Tujuh satuan pokok SI.
Satuan atau satuan ukur (bahasa Inggris: unit of measurements) digunakan untuk memastikan kebenaran pengukuran atau sebagai nilai standar bagi pembanding alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya untuk melindungi kepentingan umum. Digunakan dalam berbagai disiplin ilmu untuk mendefinisikan berbagai pengukuran, rumus dan data. Sistem Satuan InternasionalSistem satuan yang paling sering digunakan di dunia internasional, khususnya di Indonesia adalah Sistem Satuan Internasional (SI). Sistem satuan SI terdiri dari tujuh satuan pokok—detik untuk waktu, meter untuk panjang, kilogram untuk massa, ampere untuk arus listrik, kelvin untuk suhu termodinamik, mol untuk jumlah zat, dan kandela untuk intensitas cahaya—yang menjadi "fondasi" dari sistem satuan ini, sementara semua satuan untuk besaran lainnya diturunkan dari besaran pokok tersebut. Sejak redefinisi tahun 2019, semua satuan pokok SI berdasarkan pada konstanta fisika yang bernilai tetap dan universal, sehingga tidak ada lagi satuan yang menggunakan artefak fisik yang dapat berubah nilainya jika diberikan kondisi tertentu. Satuan ukur tradisional di IndonesiaSatuan di bawah ini berlaku di Indonesia pada zaman dahulu.[1]
Di Indonesia, satuan sudah dikenal sejak zaman Majapahit. Jarak dan luas permukaan bidang diukur menggunakan rentang tangan dan kaki sedangkan untuk berat dan volume masyarakat memakai patokan bumbung hingga batok kelapa. Menurut budayawan Mojokerto Putut Nugroho, satuan ukuran mulai dikenal secara luas di wilayah Indonesia pada abad antara 9 dan 10 masehi yang dibuktikan berdasarkan budaya masyarakat Mataram Kuno di wilayah Jawa Tengah yang menggunakan satuan depa dan hasta untuk bidang berupa panjang dan lebar. Satuan ini dinamakan depa siwa (2,5 meter – 3 meter) dan masih dipakai di Bali dengan nama depa agung. Satuan hasta juga menggunakan lengan. Yakni jarak antara siku dengan ujung jari. Satu hasta, jika dibandingkan dengan ukuran yang dikenal sekarang sama dengan 40 – 45 sentimeter. Selain hasta dan depa, dikenal juga ukuran satu tombak. Satuan-satuan ini digunakan masyarakat secara luas untuk berbagai urusan dari mengukur rumah hingga bidang sawah.[2] Tak hanya soal jarak, penduduk saat itu juga mengenal berbagai ukuran berat dan volume. Seperti satuan catu yang berupa batok kelapa dan satuan batang menggunakan satu ruas bambu.Satu catu sama dengan 300 – 400 mililiter atau cc. Ukuran ini biasanya dipakai untuk aktivitas perdagangan seperti menimbang beras. Pada akhir era Majapahit (abad 15 masehi), muncul ukuran sukat yang setara dengan 4 catu. Objek yang diukur dengan sukat berupa benda cair seperti arak, tuak, serbat (minuman degan) dan juga zat padat dalam jumlah banyak. Satuan turunan dari catu juga menciptakan satuan bernama nalih yang setara dengan 8 sukat. Selain itu, muncul juga ukuran berdasarkan genggaman tangan dengan nama agem dan atau rakut.[2] Satuan ukuran pada zaman Majapahit tidak hanya terkait kebutuhan transaksional. Terdapat ukuran untuk proses pembuatan produk logam dan emas berdasarkan berapa kali tempaan dan ububan.[2] Selain itu, di dalam budaya Bali, juga terdapat satuan ukur. Untuk satuan panjang, terdapat depa siwa (2,5 meter – 3 meter) dan masih dipakai di Bali dengan nama depa agung. Selain depa agung, juga terdapat satuan lain seperti:
Penggunaan satuan ukur tersebut pada dasarnya menyesuaikan anatomi tubuh dari pemilik rumah (orang yang dituakan atau yang tinggal di rumah tersebut) apabila digunakan di dalam pembangunan rumah adat Bali.[3] Budaya lain yang memiliki satuan ukur sendiri adalah budaya Minangkabau, Nias, Melayu, Toraja, Sasak, Dayak dan suku-suku lainnya.[4] Satuan-satuan tersebut pada dasarnya umumnya mencakup mencakup satuan ukur dimensi atau panjang serta massa atau beban (kg) serta besaran turunan terkait.[5][6] Simbol satuan ukurA
BC
D
EF
G
H
I
JK
L
M
N
O
P
Q
R
S
TV
WSimbol lainnya
Lihat pulaReferensi
|