Sapindaceae
Suku lerak-lerakan atau Sapindaceae memiliki sejumlah anggota yang penting dari daerah Asia tropika. Sebagian besar tumbuh di daerah tropika. Famili ini terdiri dari 130 marga dengan 1.100 jenis. Beberapa anggotanya yang penting. Famili Sapindaceae sekarang mencakup spesies yang sebelumnya ditempatkan di Aceraceae dan Hippocastanaceae:[2][3] Dua genus terbesar dalam famili ini adalah Serjania yang terdiri dari 230 spesies dan ditemukan di Amerika Serikat bagian selatan hingga Amerika Selatan tropis serta Paullinia yang terdiri dari 220 spesies di daerah tropis dan subtropis Amerika.[3] Karakter MorfologiAkar, Batang, dan DaunFamili ini memiliki perawakan semak atau pohon (jarang tanaman merambat) dengan susunan daun berselang-seling atau berlawanan. Banyak yang memiliki daun majemuk menyirip (dengan anak daun dari setiap daun majemuk tersusun di sepanjang kedua sisi sumbu pusat). Daunnya jarang majemuk menjari (anak daun memancar dari puncak tangkai daun) atau tunggal.[4][5] Bunga, Buah, dan BijiBunga tersusun dalam percabangan dengan susunan aktinomorfik (simetris radial), namun beberapa spesies mempunyai susunan zigomorfik (simetris bilateral). Ukuran bunga kecil dan berwarna kehijauan atau putih. Daun pelindung berjumlah 4 atau 5 yang terkadang menyatu di pangkalnya. Biasanya ada dua lingkaran benang sari yang masing-masing terdiri dari 5 benang sari, tetapi terkadang lebih sedikit. Cakram nektar di pangkal putik (struktur betina) sering mengeluarkan banyak nektar yang dapat menarik bagi serangga. Ovarium terdiri dari 3 karpel dan memiliki 1 tangkai putik. Ovula biasanya 1 atau 2 di setiap sel, naik dari plasenta aksial. Buah matang sebagai skizokarp yang terpisah menjadi 2 segmen bersayap atau kapsul. Buah bila non-skizokarp berupa kapsul, atau beri, atau buah berbiji, atau kacang, atau samara.[3][4][6] Biji biasanya dengan testa keras berwarna hitam atau cokelat, yang dalam satu kasus mengandung stomata, sering kali dengan aril atau sarcotesta berdaging yang mencolok tanpa endosperma.Bijinya yang keras dapat melewati saluran pencernaan burung dan mamalia tanpa membahayakan. Bentuk bijinya adalah elipsoid hingga sub-bulat. Funikulus sering membengkak. Albumen umumnya tidak ada. Radikula pendek dan inferior dan sering dipisahkan oleh lipatan dalam di testa yang membentuk kantong radikular.[3][7][8] AnatomiBatangTidak terdapat rongga sekretori atau saluran resin. Jaringan pembuluh primer dalam silinder, tanpa berkas terpisah, atau terdiri dari dua atau lebih cincin berkas (hanya pada liana Serjania dan Paulinia); kolateral. Floem internal tidak ada. Penebalan sekunder berkembang dari cincin kambium konvensional atau anomali yang terjadi di kambium konsentris. Xilem aksial tanpa trakeid; dengan serat libriform; hampir selalu termasuk serat bersepta. Serat tanpa penebalan spiral. Parenkim paratrakeal, atau apotrakeal dan paratrakeal.[3] DaunUmumnya, stomata anomositik dengan helaian daun tanpa rongga sekretori. Sebagian mesofil mengandung sel minyak eterik bulat, sel lendir, dan idioblas sklerenkim yang biasanya mengandung kristal.[3] PemanfaatanMakananBuah leci (Litchi chinensis), lengkeng (Dimocarpus longan), rambutan (Nephelium lappaceum), ceri Senegal (Lepisanthes senegalensis), dan mamoncillo (Melicoccus bijugatus) banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dunia. Khusus untuk buah akye (Blighia sapida), yang tampak seperti telur orak-arik saat dimasak, adalah buah nasional Jamaika, namun, buah ini beracun jika tidak dimasak pada tahap kematangan yang tepat—yaitu, setelah buah terbuka secara alami dan masih segar. Hanya daging buah di sekitar biji yang dimakan.[5] Penghasil Sabun dan MinyakBuah dari Sapindus saponaria menghasilkan saponin (zat kimia yang menghasilkan busa sabun dalam air) dijadikan sebagai sabun. Nama genus Sapindus berarti "sabun orang Indian". Biji buah prem liar (Pappea capensis) dan pohon kesambi (Schleichera oleosa) menjadi sumber minyak makassar. Spesies ini juga disenangi oleh kutu lak (Laccifer lacca), serangga yang menghasilkan lak.[5] Tanaman HiasBeberapa spesies Sapindaceae ditanam sebagai tanaman hias. Pohon hujan emas (Koelreuteria paniculata), pohon kecil dari Tiongkok, Korea, dan Jepang, umumnya dibudidayakan di daerah beriklim sedang karena kelompok bunga kuningnya yang besar dan buahnya yang menyerupai gelembung yang mencolok. Tanaman ketipes (Cardiospermum halicacabum) ditanam karena buahnya yang kecil seperti balon. Hopbush (Dodonaea viscosa) dibudidayakan di daerah yang lebih hangat karena dedaunannya yang berwarna-warni. Pohon maple juga ditanam sebagai tanaman hias dan pohon peneduh di daerah beriklim sedang.[5] Racun Ikan dan StimulanMasyarakat adat terkadang menghancurkan daun dan cabang Paullinia, Serjania, dan genus terkait dan membuangnya ke kolam atau sungai kecil untuk membuat ikan pingsan. Biji guarana (Paullinia cupana) digiling untuk membuat minuman yang mengandung tiga kali lebih banyak kafein daripada yang ditemukan dalam secangkir kopi. Guarana juga menjadi bahan populer dalam minuman energi yang dimulai pada abad ke-20. Sama halnya dengan kulit pohon yoco (P. yoco) memiliki sifat stimulan yang serupa.[3] Referensi
|