Samarra
Samarra (bahasa Arab: سامراء) adalah sebuah kota yang dibangun di tepi sungai Tigris, Irak. Pembangunan kota Samarra dengan permukiman tetap dimulai sejak tahun 221 H atau 836 M oleh Kekhalifahan Abbasiyah. Samarra pernah menjadi kantor pusat militer Kekhalifahan Abbasiyah selama masa pemerintahan Khalifah Al-Mu'tashim dan sebagai ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah selama masa pemerintahan Khalifah Al-Watsiq. Pada abad ke-9 Masehi, Samarra merupakan sentra produksi gelas di kawasan Irak. Salah satu bangunan bersejarah di Samarra ialah Masjid Agung Samarra. Sejarah![]() Samarra merupakan salah satu kota dengan permukiman tertua di dunia. Artefak-artefak yang ditemukan di bawah tanah Samarra diperkirakan dibuat pada 6000 SM.[1] Pada abad ke-8 M, Samarra menjadi salah satu permukiman tetap yang terletak di jalur penghubung Kota Bagdad.[2] Lokasi Samarra berada di tepi sungai Tigris dengan jarak sekitar 125 km dari Bagdad.[3] Nama Samarra berasal dari frasa bahasa Arab yaitu Surra Man Ra'a atau Saamraah. Frasa bahasa Arab yaitu Surra Man Ra'a berarti orang yang melihatnya menjadi senang. Sedangkan dalam bahasa Persia, frasa Saamraah berarti jalan Saam.[4] Samarra mulai dibangun sebagai sebuah kota pada tahun 221 H atau 836 M dalam wilayah kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah.[5] Pembangunan Samarra Abbasiyah dimulai pada masa pemerintahan Al-Mu'tashim selaku khalifah.[5] Al-Mu'tashim memiliki garis keturunan orang Turki dari jalur ibunya.[6] Al-Mu'tashim membangun Kota Samarra sebagai pusat permukiman bagi Al-Mawali Turki yang mulai mendominasi jabatan pemerintahan di Kekhalifahan Abbasiyah. Tujuannya untuk menghindari konflik antara bangsa Arab dan Al-Mawali Turki akibat kecemburuan sosial dan kebencian yang timbul setelah Al-Mu'tashim melakukan perekrutan massal terhadap Al-Mawali Turki dalam pemerintahannya.[7] Dalam catatan perjalanan Ibnu Batutah, sebagian besar wilayah Samarra Abbasiyah telah menjadi reruntuhan dan hanya menyisakan sebagian kecil saja sebagai Kota Samarra modern.[4] Di Irak, Kota Samarra terletak di bagian tengah negara.[1] FungsiFungsi pemerintahanKetika Dinasti Abbasiyah mulai dikelola oleh Al-Mawali Turki, Kota Samarra menjadi salah satu pusat kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah selain Bagdad.[8] Pada masa Khalifah Al-Mu'tashim, Kota Samarra dijadikan sebagai kantor pusat militer Kekhalifahan Abbasiyah.[9] Jumlah prajurit yang bermukim di Kota Samarra pada masa Khalifah Al-Mu'tashim sebanyak 250.000 orang.[10] Setelah Al-Watsiq menjadi khalifah menggantikan Al-Mu'tashim, ia berusaha menghilangkan pengaruh dari wazir-wazir keturunan Turki. Al-Watsiq menjadikan Samarra sebagai ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah menggantikan Bagdad. Namun khalifah-khalifah berikutnya tetap dikendalikan oleh wazir-wazir keturunan Turki. Kota Samarra tidak lagi menjadi ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah setelah Khalifah Al-Mu`tadhid (870-892 M) menetapkan kembali Bagdad sebagai ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah.[11] Fungsi keagamaanKota Samarra menjadi salah satu kote penting bagi para penganut Syiah yang mengutamakan rasionalitas dalam beragama.[12] Dalam ajaran Syiah, diyakini bahwa Imam Mahdi dilahirkan pada tahun 255 H atau 256 H. Imam Mahdi diyakini masih hidup dan sedang bersembunyi di suatu tempat. Salah satu tempat persembunyian Imam Mahdi yang diyakini oleh penganut Syiah yaitu sebuah ruang bawah tanah yang terletak di Samarra. Ruang bawah tanah ini diyakini terletak di dalam rumah dari ayah Imam Mahdi.[13] PerekonomianPada abad ke-9 M, Samarra merupakan salah satu sentra produksi gelas di wilayah Irak. Kualitas gelas buatan pengrajin Kota Samarra sangat tinggi dan peninggalannya masih dapat ditemukan pada beberapa museum di dunia.[14] Bangunan bersejarahMasjid Agung SamarraMasjid Agung Samarra mulai dibangun sekitar tahun tahun 833 M dan selesai pada tahun 842 M.[6] Bentuk Masjid Agung Samarra menyerupai benteng pertahanan karena tidak memiiki simbol apapun yang menandakannya sebagai masjid.[6] Namun arsitektur Islam ditemukan pada menara Masjid Agung Samarra yang berbentuk pilin. Secara simbolik, bentuknya bermakna perjalanan jiwa menuju ke Tuhan.[15] Masjid Agung Samarra telah ditetapkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2007.[16] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|