Ranu Darungan
Ranu Darungan atau disebut juga Ranu Linggo Rekisi adalah sebuah danau vulkanik (maar) yang terletak di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jawa Timur, Indonesia. Danau ini terletak pada ketinggian sekitar 830 m dpl. di lereng selatan Gunung Semeru, dan termasuk ke dalam wilayah Dusun Darungan, Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Memiliki keanekaragaman jenis hayati yang tinggi, kini area Ranu Darungan dan sekitarnya telah dijadikan sebagai lokasi wisata minat khusus dengan keberadaan Taman Anggrek (Orchidarium) Darungan dan jalur pengamatan anggrek dan burung (birdwatching). GeologiRanu Darungan merupakan sebuah danau vulkanik, bagian dari G. Semeru.[2] Di lingkungan kompleks pegunungan vulkanik Tengger-Semeru, khususnya di kawasan TNBTS, terdapat enam buah danau vulkanis (maar, ranu) yang tersebar terpencar-pencar di area tersebut, yakni Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, Ranu Darungan dan Ranu Pakis atau Ranu Kuning,[2][3] serta Ranu Tompe yang ditemukan belakangan.[4][5] Kompleks vulkanik ini diperkirakan terbangun selama kala Oligosen hingga Miosen.[3] RagamhayatiKawasan Ranu Darungan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Beraneka jenis anggrek hidup di tanah dan pepohonan hutan di sekitar Ranu Darungan; tercatat setidaknya 25 spesies anggrek terestrial dari 17 marga dengan dominasi tiga spesies yaitu Calanthe triplicata, Corybas pictus, dan Corymborkis veratifolia. Sementara anggrek epifit ditemukan sebanyak 18 spesies dari 10 marga dengan dominasi sejenis Appendicula, dan jenis-jenis Eria seperti E. monostachya dan E. multiflora. Ditemukan pula satu spesies anggrek saprofit yaitu Cystorchis aphylla.[6] Penelitian yang lain mendapatkan sebanyak 52 spesies anggrek epifit dari 21 marga, dengan kelimpahan jenis berturut-turut dari yang tertinggi E. monostachya, Thrixspermum pensile, E. verruculosa, Bulbophyllum biflorum, B. ecornutum, dan E. lamonganensis.[7] Kawasan ini pun kaya akan jenis-jenis burung. Penelitian yang dilakukan pada 2019 mendapatkan 67 spesies burung dari 34 suku dan 14 bangsa; yang merupakan sepertiga dari total jumlah spesies burung yang tercatat dari TNBTS. Dari temuan itu, sebanyak 20 suku termasuk bangsa burung petengger (Passeriformes); sementara suku yang terbanyak spesiesnya di area adalah familia Muscicapidae, yang diwakili oleh 14 spp.[8] Dalam pada itu jenis ragamhayati yang lain yang pernah diteliti di lingkungan Ranu Darungan, di antaranya adalah terna atau herba tumbuhan bawah, herpetofauna, dan juga artropoda tanah.[9] [10] [11] [12] [13] Wisata minat khususMempertimbangkan kekayaan jenis-jenis hayati tersebut, pengelola TNBTS dan Ditjen PHKA pada tahun 2022 menetapkan area Ranu Darungan dan sekitarnya sebagai lokasi wisata minat khusus, yakni dengan membangun Taman Anggrek (Orchidarium) Darungan dan jalur-jalur pengamatan anggrek dan burung di wilayah Resort Darungan TNBTS. Orchidarium seluas 2.800 m² tersebut dimaksudkan sebagai sarana konservasi jenis-jenis anggrek sekaligus menyediakan sarana penelitian untuk mengembangkan pengetahuan tentang anggrek, khususnya yang hidup di kawasan TNBTS. Sementara itu di luar area Orchidarium, tersedia tiga jalur yang melintasi hutan untuk kegiatan pengamatan anggrek di alam; jalur yang sama dapat pula dimanfaatkan untuk melakukan pengamatan jenis-jenis burung (birdwatching) di lokasi.[5][14] Catatan kaki![]() Wikimedia Commons memiliki media mengenai Ranu Darungan.
|