Psikososial
Psikososial adalah pendekatan psikolog yang menggabungkan dua aspek penting dalam kehidupan manusia, yaitu psikologis (mental, emosional, dan perilaku individu) dan sosial (hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosial). Psikososial mencakup bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku dalam konteks hubungan sosial serta bagaimana lingkungan sosial memengaruhi peningkatan dan kesejahteraan mental seseorang. Pendekatan semacam ini digunakan dalam berbagai profesi di bidang kesehatan dan pekerja sosial, serta oleh peneliti yang bergerak di bidang ilmu medis dan sosial.[1] Latar belakangPendekatan psikososial dicetuskan pada abad ke-19, ketika psikiater Adolf Meyer berpendapat bahwa untuk memahami gangguan jiwa yang dialami seseorang, maka ia perlu memahami bagaimana orang tersebut berperan di dalam lingkungannya. Hubungan antara kesehatan mental dan lingkungan pertama kali dibahas secara umum oleh Erik Erikson dalam bukunya, Childhood and Society, yang diterbitkan pada tahun 1950. Adapun istilah "psikososial" sendiri digagas oleh Gordon Hamilton, yang digunakan untuk mereferensikan konsep "diagnosis sosial" terhadap pasien pada tahun 1941.[2] Studi mengenai psikososial dikembangkan lebih lanjut dalam model perawatan pasien oleh Florence Hollis pada tahun 1964.[3] Menurut negaraIndonesiaDalam ranah ilmu kesehatan dan sosial, permasalahan psikologis dan sosial di Indonesia merupakan isu kompleks yang timbul dari interaksi antara kondisi mental individu dan lingkungan sosial, budaya, serta ekonomi mereka. Fenomena ini dapat diamati melalui beberapa kasus, seperti perundungan, sebuah perilaku sosial agresif yang umum terjadi di kalangan pelajar dan menimbulkan dampak psikologis serius seperti kecemasan dan trauma. [4]Contoh lainnya adalah pernikahan dini, yang meskipun merupakan praktik budaya di beberapa wilayah, secara ilmiah terbukti menghambat kematangan emosional dan mental, serta membatasi kesempatan sosial. [5]Selain itu, stigma terhadap kesehatan mental yang kuat di masyarakat seringkali menghalangi individu yang menderita depresi atau kecemasan untuk mencari pertolongan, yang berujung pada isolasi sosial. Kasus penyalahgunaan narkoba juga menunjukkan keterkaitan antara faktor sosial seperti tekanan teman sebaya dengan ketergantungan psikologis yang merusak hubungan keluarga dan memicu tindakan kriminal. [6]Terakhir, penggunaan media sosial secara masif memunculkan isu-isu seperti perbandingan diri dan perundungan siber, yang secara langsung berkorelasi dengan munculnya kecemasan, depresi, dan gangguan citra tubuh. [7]Berbagai kasus ini menegaskan bahwa setiap permasalahan individu harus dipahami sebagai bagian tak terpisahkan dari konteks sosialnya.[8] Lihat pulaReferensi
|