Polytron
PT Hartono Istana Teknologi merupakan sebuah perusahaan elektronik asal Indonesia, yang dimiliki oleh konglomerat rokok asal Kabupaten Kudus, PT Djarum. Perusahaan ini memproduksi aneka perangkat elektronik dengan merek Polytron dan Digitec.[3] Sejarah![]() PT Hartono Istana Teknologi awalnya didirikan dengan nama PT Indonesian Electronic & Engineering di tahun 1975, sebagai diversifikasi pertama dari bisnis keluarga Hartono di luar pabrikan rokok kretek. Dengan modal awal Rp 50 juta,[4] perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh Djarum, tanpa adanya keterlibatan pihak luar, entah itu sebagai agen tunggal atau pemegang saham. Pada tahun 1977 perusahaan memulai bisnis elektroniknya dengan merakit pesawat televisi lewat komponen yang didatangkan dari Phillips-MBLE, Belgia dan Singapura dengan bantuan 14 karyawan. Meskipun awalnya sempat tertatih-tatih dalam memperkenalkan produksinya, semangat mereka untuk menerapkan transfer teknologi tidak kunjung padam, yang dibuktikan dengan adanya lembaga riset dan pengembangan di internal perusahaan.[5] Pada tahun 1979 perusahaan meluncurkan produk Polytron yang pertama, berupa televisi hitam putih yang menggunakan daya akumulator. Produk Polytron awal diposisikan sebagai brand ala Eropa, sebagai hasil kerjasama mereka dengan Philips dan Salora (kini Nokia). Salah satu kelebihan yang ditawarkan adalah lewat suara yang bagus, mengingat biaya pengembangan teknologi visual yang saat itu masih mahal. Fokus ke kelebihan audio ini melahirkan produk kedua perusahaan di tahun 1984, yaitu boombox Grand Compo.[6] Dalam rangka efisiensi, perusahaan kemudian mulai mengimpor komponennya dari Hong Kong.[5] Memasuki tahun 1992, PT Hartono Istana Electronics sudah mampu memproduksi 250.000 unit televisi dari kapasitas produksi 900.000 unit/tahun dalam ukuran 14 hingga 20 inci yang pemasarannya ditujukan bagi masyarakat menengah ke bawah.[7] Sebagian produksinya juga ada yang diekspor ke luar negeri, terutama Eropa secara singkat meskipun tidak menggunakan merek Polytron.[8] Produk Polytron saat itu meliputi pesawat TV, audio-video dan antena parabola.[7] Akhir 1980-an diwarnai dengan masuknya jenama pesawat televisi asal Jepang dan Korea Selatan ke pasar Indonesia, yang berakibat penurunan penjualan drastis pada sejumlah merek pesawat televisi asal Eropa. Menyiasati masalah tersebut, PT Hartono Istana Electronics kemudian melempar dua merek baru untuk pesawat televisinya. Ada Digitec yang dimunculkan dengan nuansa ala produk Jepang, seperti lewat varian "Ninja" dan "Sumo".[9] Adapun merek lainnya, Oke!, menargetkan pasar lebih rendah dengan gaya Amerika.[10] Sedangkan Polytron kini lebih diposisikan bagi masyarakat menengah, lewat varian bergaya Barat seperti "Polyvision"[9] dan "Bazzoke".[11] Strategi ini cukup berhasil meningkatkan penerimaan masyarakat pada produk perusahaan di tengah gempuran elektronika asing.[12] Perusahaan kemudian berusaha mengembangkan pasar regional dengan memasarkan Polytron di sejumlah negara tetangga, seperti Filipina.[8] Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada akhir 1990-an sempat menekan kinerja perusahaan. Jatuhnya nilai tukar rupiah membuat kesulitan perusahaan mengimpor komponen elektroniknya, belum lagi harga jual yang meroket sehingga tidak terjangkau masyarakat. Akibatnya, produksi elektroniknya sempat berhenti sementara,[9] ditambah terpaksa mem-PHK sejumlah karyawannya.[13] Setelah ekonomi Indonesia mulai membaik, Polytron kembali menggencarkan pemasarannya di layar kaca, lewat sejumlah iklan yang positif. Hal ini berhasil mengembalikan angka penjualan perusahaan secara perlahan.[9] Sejak 2000-an, PT Hartono Istana Teknologi hanya menggunakan merek Polytron pada elektronika produksinya, yang kemudian cakupan produknya diperluas dari hanya pesawat televisi dan audio. Fokus bisnisnya kini juga lebih ke pasar domestik.[8] Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam perlengkapan elektronik. Barang yang dihasilkan oleh PT Hartono Istana Teknologi ialah speaker, televisi, lemari es (sejak akhir 2000), mesin cuci (sejak 2010), AC (sejak awal 2000), ponsel cerdas (sejak 2011) dan masih banyak lagi. Polytron memiliki 2 pabrik masing-masing di Kudus seluas 70.000 m2 dan di Sayung, Demak 130.000 m2 (merupakan pabrik lemari es terbesar di Jawa Tengah) dengan karyawan lebih dari 10.000 orang, 11 kantor perwakilan, 5 dealer resmi dan 50 pusat layanan yang meliputi seluruh Indonesia. Polytron juga mempunyai divisi Research and Development (pengembangan produk) dengan total 500 orang ahli dalam berbagai bidang teknologi, yang diharapkan selalu siap merespon perkembangan teknologi di pasar Indonesia.[14][15] Polytron resmi terjun ke industri kendaraan listrik dengan meluncurkan dua model motor listrik terbarunya, Polytron EV Fox dan Polytron EV T-Rex, pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023.[16] Pada tahun yang sama, di bulan September 2023, perusahaan kembali menghadirkan produk Digitec dalam bentuk pesawat televisi LED berharga terjangkau.[17] Memasuki Mei 2025, perusahaan meluncurkan produk termutakhirnya, yaitu mobil listrik Polytron G3 yang merupakan rebadge Skyworth K EV. Dirakit di Indonesia melalui PT Handal Indonesia Motor, kehadiran mobil ini sekaligus menandai HUT Polytron ke-50.[18] Namun, tidak semua inovasi produknya berhasil, seperti upaya Polytron memasarkan ponsel sejak 2011 terpaksa dihentikan pada 2018 akibat tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi smartphone yang sangat cepat.[19] Slogan
Referensi
Pranala luar |