Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Periode Istimewa

Periode Istimewa
Periodo especial
Warga Kuba menggunakan kereta kuda untuk transportasi (1994)
NegaraKuba
Lokasi{{{location}}}
Periode1991–2000
Dampak secara demografi
  • Tingkat kematian di antara lansia meningkat sebesar 20% dari tahun 1982 hingga 1993
  • Nutrisi turun dari 3.052 kalori per hari pada tahun 1989 menjadi 2.099 kalori per hari pada tahun 1993. Laporan lain menunjukkan angka yang lebih rendah lagi, 1.863 kalori per hari.
Akibat

Periode Istimewa (bahasa Spanyol: Período especial), bernama resmi Periode Istimewa pada Masa Damai (Período especial en tiempos de paz), adalah periode perluasan krisis ekonomi di Kuba yang dimulai pada 1991[1] utamanya karena pembubaran Uni Soviet dan Comecon. Tekanan ekonomi Periode Istimewa berada pada masa terberatnya pada awal sampai pertengahan 1990-an. Kondisi ini mulai membaik saat menjelang akhir dasawarsa tersebut, kala Venezuela pimpinan Hugo Chávez menjadikan Kuba sebagai sekutu diplomatik dan mitra dagang utama Kuba, dan secara khusus setelah tahun 2000 kala hubungan Kuba dengan Rusia menghangat, dengan ditunjang kebijakan di bawah kepemimpinan Vladimir Putin.

Kelangkaan pada Periode Istimewa meliputi kekurangan ekstrem jatah pangan pembagian pada harga yang disubsidi oleh negara, penipisan energi yang besar, dan penyusutan ekonomi yang awalnya terlalu bergantung pada impor-impor dari Uni Soviet.[2] Periode tersebut secara radikal mengubah masyarakat dan ekonomi Kuba, karena kondisi ini memaksa kembalinya pertanian organik menyingkirkan industrialisasi, pengurangan pemakaian kendaraan bermesin, dan memburuknya kondisi industri, kesehatan dan proporsi diet di seluruh negeri. Orang-orang terpaksa hidup tanpa banyak barang dan jasa yang awalnya tersedia pada permulaan abad ke-20.

Kondisi terakhir

Kekecewaan publik terhadap kondisi ekonomi mendorong pemerintah Kuba untuk membangkitkan kembali antusiasme rakyat terhadap sosialisme. Upaya revitalisasi ideologis ini dimulai setelah kembalinya Elián González, karena kepulangan Elián dipandang sebagai keberhasilan diplomatik besar setelah bertahun-tahun mengalami krisis dan kemunduran internal. Castro mengumumkan sebuah "Pertempuran Gagasan" yang bertujuan menekankan pengembangan manusia, mengesampingkan pertumbuhan ekonomi, dan kembali ke semangat ideologis tahun 1960-an. Hal ini berarti penekanan pada pendidikan, layanan kesehatan, perencanaan ekonomi terpusat, dan mobilisasi massa penduduk.[3][4]

Pengaruh terhadap budaya

Sebuah jalan di Trinidad, Kuba, tahun 2006

Perubahan ideologis selama Periode Khusus membawa dampak pada masyarakat dan budaya Kuba, tidak hanya pada negara itu sendiri. Tinjauan menyeluruh mengenai dampak-dampak ini dalam hal ideologi, seni, dan budaya populer dapat ditemukan dalam buku karya Ariana Hernandez-Reguant berjudul Cuba in the Special Period. Sebagai akibat dari meningkatnya perjalanan dan pariwisata, budaya populer berkembang dengan cara-cara baru. Lisa Knauer, dalam volume tersebut, menggambarkan sirkulasi rumba antara New York dan Havana serta pengaruh timbal balik di antara keduanya. Antonio Eligio Tonel telah menjelaskan jaringan seni kontemporer yang membentuk pasar seni Kuba, dan Esther Whitfield menjelaskan saluran-saluran di mana sastra Kuba menjangkau dunia penutur bahasa Spanyol yang lebih luas selama periode tersebut. Di tempat lain, Deborah Pacini, Marc Perry, Geoffrey Baker, dan Sujatha Fernandes banyak menulis tentang musik rap Kuba sebagai hasil dari pertukaran transnasional tersebut.[5]

Dalam beberapa tahun terakhir—bukan pada 1990-an yang merupakan periode yang dikaitkan dengan Periode Khusus—reggaeton telah menggantikan timba sebagai genre pilihan di kalangan anak muda, dengan tetap mengambil gerakan tari eksplisit yang bersifat seksual yang berasal dari timba.[6][7]

Dibanding musik timba yang merupakan genre Kuba yang berkembang dari lagu tradisional dan jazz, menekankan identitas kulit hitam dan seksualitas melalui tarian sensual serta lirik yang mencerminkan situasi sosial-budaya saat itu dengan nuansa humor [Hernandez-Reguant 2006], hip hop Kuba berkembang sebagai gerakan yang sadar sosial dan sangat dipengaruhi oleh genre sejenis dari Amerika. Karena itu, hip hop bukanlah produk dari Periode Khusus, seperti halnya timba, melainkan hasil dari globalisasi [Fernandes 2004].

Revolusi dan pemblokiran seluruh impor dari AS telah membuat penyebaran musik Amerika menjadi sulit selama tahun 1960-an dan 1970-an, karena sering kali dicap sebagai "musik musuh" dan akibatnya perlahan menghilang dari ruang publik. Namun semuanya berubah pada 1990-an, ketika rapper Amerika secara rutin datang ke Kuba, wisatawan membawa CD, dan siaran dari stasiun Amerika Utara—yang bisa diterima dengan jelas di Kuba—membawa suara musik tersebut. Meskipun begitu, hip hop beredar melalui jaringan informal, sehingga menciptakan sebuah gerakan bawah tanah kecil-kecilan dari penggemar rap yang sebagian besar berada di lingkungan timur Havana dan menarik perhatian para sarjana dan jurnalis asing. Akhirnya, para rapper diberikan ruang dalam jaringan budaya negara. Kekurangan sumber daya untuk membeli peralatan elektronik dalam memproduksi beat dan trek memberikan nuansa mentah pada rap Kuba yang sejajar dengan musik "old school" di AS.[8]

Referensi

  1. ^ Henken, Ted (2008). Cuba: A Global Studies Handbook. ABC-CLIO. hlm. 438. ISBN 9781851099849. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 24 January 2023. Diakses tanggal 30 June 2014 – via Google Books.
  2. ^ Garth, Hanna (23 Maret 2017). ""There is no food": Coping with Food Scarcity in Cuba Today". Society for Cultural Anthropology. Diarsipkan dari asli tanggal 13 Juni 2017. Diakses tanggal 9 Agustus 2020.
  3. ^ Veltmeyer, Henry; Rushton, Mark (2012). The Cuban Revolution as Socialist Human Development. Brill. hlm. 318. ISBN 9789004210431.
  4. ^ Kapcia, Antoni (2014). Leadership in the Cuban Revolution The Unseen Story. Bloomsbury Publishing. hlm. 161-162. ISBN 9781780325262.
  5. ^ Baker, Geoffrey. "¡Hip hop, Revolución! Nationalizing Rap in Cuba". Ethnomusicology. 49 (3): 369.
  6. ^ Hernandez-Reguant, Ariana. "A Macho Sound for Black Sex." dalam Kamari Clarke dan Deborah Thomas, Globalization and Race, Duke University Press. Fairley, Jan. "'Como hacer el amor con ropa' (Seperti bercinta dengan pakaian): Menari reggaeton dan hip-hop di Kuba." Dalam Reading Reggaeton (segera terbit, Duke University Press), 2.
  7. ^ "Dancing Reggaeton – Perreo – Dancing Perreo". www.reggaeton-in-cuba.com. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 19 July 2008. Diakses tanggal 8 February 2008.
  8. ^ Pacini-Hernandez, Deborah dan Reebee Garofalo. "The emergence of rap Cubano: An historical perspective." Dalam Music, Space, and Place, penyunting Whitely, Bennett, dan Hawkins, 89–107. Burlington, Vermont: Ashgate, 2004.

Sumber lainnya

  • Chavez, L. (2005). Capitalism, God, and a Good Cigar; Cuba Enters the Twenty-First Century. Durham and London: Duke University Press.
  • Chiddister, Diane. (2006, April 27). Film shows many ways Cuba reacted to peak oil crisis Yellow Springs News. Retrieved July 12, 2014 (originally retrieved October 18, 2006)
  • Heinberg, R. (2003). The Party's Over: Oil, War and the Fate of Industrial Societies. Canada: New Societies Publishers
  • Hernandez-Reguant, A., ed. (2009). Cuba in the Special Period. Culture and Ideology in the 1990s. New York: Palgrave -Mac Millan.
  • Lopez, M. Vigil. (1999). Cuba; Neither Heaven Nor Hell. Washington, D.C.: The Ecumenical Program of Central America and the Caribbean (EPICA).
  • Pineiro-Hall, E. (2003) Seattle Delegation US Women and Cuba@ 5th International Women’s Conference, University of Havana.
  • Sierra, J.A. Time Table of Cuba 1980–2005, Retrieved December 12, 2006
  • Zuckerman, S. (2003). Lessons From Cuba: What Can We Learn From Cuba's Two-Tier Tourism Economy?, Retrieved November 26, 2006

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya