Parafimosis adalah kondisi medis yang terjadi ketika kuluppenis terperangkap di belakang kepala penis dan tidak dapat dikembalikan ke posisi semula yang menyelubungi ujung penis. Kondisi ini jarang terjadi,[3] tetapi perlu dianggap sebagai keadaan darurat secara medis jika kondisi tersebut berlangsung selama beberapa jam atau tidak ada tanda-tanda aliran darah, karena dapat menyebabkan gangren.[3][4][5]
Penyebab
Parafimosis biasanya disebabkan oleh tenaga medis atau orang tua yang melakukan kesalahan saat sedang menarik kulup penis untuk melakukan pemeriksaan, pembersihan, katerisasi uretra, atau sistoskopi.[3][5] Kondisi ini dapat dicegah dengan mengembalikan kulup penis seperti semula jika sudah tidak perlu dibuka. Fimosis merupakan faktor risiko yang dapat mengarah pada parafimosis.[4]
Gejala
Gejalanya berupa pembengkakan dan rasa sakit di pangkal kepala penis. Bisa saja kemudian diikuti oleh kesulitan berkemih. Jika dibiarkan semakin parah, maka gangrene bisa mulai terjadi.
Pengobatan
Salah satu teknik reduksi paraphimosis
Paraphimosis sering kali dapat diobati secara efektif dengan manipulasi manual pada jaringan kulup yang bengkak. Cara ini melibatkan penekanan pada glans penis dan mengembalikan kulup ke posisi normalnya. Hal ini bisa dibantu degan memberi pelumas, kompres dingin, dan anestesi lokal jika diperlukan. Jika metode ini gagal, pita jaringan edematosa yang menghalangi kembalinya kulup dapat diatasi secara bedah melalui sayatan dorsal,[3][6] atau sirkumsisi.[7][8][9][10][11]
Metode alternatif lainnya, yang dikenal sebagai teknik Dundee, dilakukan dengan membuat beberapa tusukan kecil pada kulup yang bengkak menggunakan jarum halus, kemudian cairan edema dikeluarkan melalui tekanan manual.[8] Pengobatan dengan sirkumsisi dapat dipilih sebagai upaya terakhir.[12] Beberapa pakar menyarankan agar sirkumsisi (peunyunatan) elektif ditunda sampai paraphimosis teratasi.[3]
Metode non-invasif lainnya adalah dengan mengaplikasikan gula pasir ke area yang bengkak untuk menarik cairan hipotonik keluar dari jaringan edematosa menuju gula basah melalui gradien osmotik, sehingga mengurangi pembengkakan dan memungkinkan reduksi manual.[6]
^ abcdeJeffrey M Donohoe; Jason O Burnette; James A Brown (October 7, 2009). "Paraphimosis". eMedicine. Patients with severe paraphimosis that proves refractory to conservative therapy will require a bedside emergency dorsal slit procedure to save the penis. A formal circumcision can be performed in the operating room at a later date... At a later date, a formal circumcision can be performed as an outpatient procedure.Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "emedicine-donohoe" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
^ abHina Z Ghory; Rahul Sharma (April 28, 2010). "Phimosis and Paraphimosis". eMedicine. Patients with phimosis, both physiologic and pathologic, are at risk for developing paraphimosis when the foreskin is forcibly retracted past the glans and/or the patient or caretaker forgets to replace the foreskin after retraction.
^ abChoe JM (2000). "Paraphimosis: Current Treatment Options". American Family Physician. 62 (12): 2623–6, 2628. PMID11142469. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-08-07. Diakses tanggal 2018-06-29. If a severely constricting band of tissue precludes all forms of conservative or minimally invasive therapy, an emergency dorsal slit should be performed. This procedure should be performed with the use of a local anesthetic by a physician experienced with the technique... Circumcision, a definitive therapy, should be performed at a later date to prevent recurrent episodes, regardless of the method of reduction used.
^ abKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama AFP2000
^Santucci RA, Terlecki RP (April 15, 2009). "Phimosis, Adult Circumcision, and Buried Penis". eMedicine. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal March 3, 2025. Diakses tanggal September 19, 2024. Reduction of the foreskin under sedation is almost always possible. However, in some situations, a dorsal slit or circumcision is required
^Zderic S, Platcher N, Kirk J (2008). Pediatric Urology for the Primary Care Provider. SLACK Incorporated. hlm. 80. ISBN978-1-55642-785-5.
^Ghory HZ, Sharma R (April 28, 2010). "Phimosis and Paraphimosis". eMedicine. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal November 24, 2010. Diakses tanggal September 19, 2024.