PanklastitPanklastit adalah kelas bahan peledak Sprengel yang mirip dengan oksilikuit. Bahan ini pertama kali diusulkan pada tahun 1881 oleh Eugène Turpin, seorang kimiawan Prancis. Bahan ini merupakan campuran dinitrogen tetroksida cair yang berfungsi sebagai oksidator dengan bahan bakar yang sesuai, misalnya karbon disulfida, dalam rasio volume 3:2. Bahan bakar lain yang digunakan adalah nitrobenzena. Bahan bakar alternatif yang memungkinkan adalah misalnya nitrotoluena, bensin, nitrometana, atau halokarbon.[1] Panklastit sensitif terhadap guncangan dan sulit ditangani, sehingga harus segera dicampur sebelum digunakan; selain itu, dinitrogen tetroksida sangat korosif dan meledak jika terkena beberapa bahan kimia. Meskipun kecepatan ledakan dan kecepatan detonasinya sebanding dengan TNT, panklastit hampir tidak berguna saat ini. Selama Perang Dunia I, karena kekurangan bahan peledak lainnya, Prancis menggunakan beberapa campuran kelas panklastit, yang mereka sebut anilit, dalam bom pesawat kecil. Pencampuran bahan kimia tersebut dipicu oleh aliran udara yang memutar baling-baling di hidung bom setelah dijatuhkan, mencampur bahan kimia yang sebelumnya terpisah di dalamnya. Campuran yang dihasilkan sangat sensitif sehingga bom tidak memerlukan sumbu untuk meledak saat terjadi benturan. Pada tahun 1880-an, Jerman menguji torpedo dengan hulu ledak panklastit. Karbon disulfida dan nitrogen tetroksida disimpan dalam kompartemen kaca terpisah, yang pecah ketika torpedo diluncurkan dan bahan kimianya tercampur, dan kemudian diledakkan oleh sekering kontak. Referensi
|