Nizham al-Mulk
Nizham al-Mulk (bahasa Arab: نظام الملك, lahir 10 April 1018 – wafat 14 Oktober 1092), adalah seorang wazir atau perdana menteri Kesultanan Seljuk dan cendekiawan keturunan Persia.[2][3] Nama aslinya adalah Abu Ali al-Husain bin Ali bin Ishaq bin al-Abbas at-Thusi (أبو علي الحسين بن علي بن إسحاق بن العباس الطوسي). Ia menjabat wazir (perdana menteri) pada masa pemerintahan Alp Arslan dan Malik Syah I. Pada masa Nizham al-Mulk inilah aliran Asy'ariyah (Sunni) menjadi kuat berkembang karena dijadikan aliran resmi negara, dan keilmuan Al-Ghazali mendapat dukungan penuh darinya.[4] Ia memegang kekuasaan selama 20 tahun semenjak meninggalnya Alp Arslan pada tahun 1072.[5] PeranDia seorang yang cerdas, penguasa, pakar, religius, terhormat, dan pemimpin majlis ulama gira'ah dan ulama fikih. Dia membangun banyak sekolah (madrasah) terkenal di Baghdad, Naisabur, dan Thus. Dia sangat menjunjung tinggi ilmu. Dia sangat dekat dengan para siswa, mendiktekan hadits dan mempunyai reputasi luar biasa. Ayahnya termasuk pemimpin Baihaq. Dia tumbuh dan belajar ilmu Nahwu, menulis dan membuat syair. Dia mengabdi di Ghaznah dan seiring dengan berubahnya zaman, dia diangkat menjadi menteri pada masa pemerintahan Sultan Alp Arsalan dan putranya Malik Syah.[6] Ia juga membendung ekspansi kekuatan Dinasti Fatimiyah di wilayah Suriah. Ibnu Khallikan berkata, “Nizham Al Mulk menghadap Khalifah Al Muqtadi Billah dan dia pun menyambutnya seraya berkata, “Wahai Hasan, Allah telah meridhaimu sebagaimana Amirul Mukminin meridhaimu'.” Hal ini dikarenakan Nizham membantu tetap pertahankan posisi kekhalifahan Abbasiyah dari gempuran kekuatan syiah dari berbagai arah. Sebuah pendapat mengatakan, “Nizham selalu dalam keadaan mempunyai wudhu, selama mempunyai wudhu dia selalu melakukan shalat sunnah, senantiasa berpuasa hari Senin dan Kamis, memperbarui gedung di Khawarizm, Thus dan Bimaristana dengan biaya lima puluh dinar. Dia juga membangun sekolah di Marwa, Harah, Balkh, Bashrah dan Ashfahan. Dia adalah orang yang murah hati, baik, penuh semangat dan dikenal patuh kepada orang-orang shalih. Sebuah pendapat mengatakan bahwa dia bersedekah sebanyak seratus dinar setiap hari.[6] Menjelang akhir hayat Nizham mengepung benteng Alamut di wilayah Iran yang dikenal dengan aliran Hasyasyin (asal kata Assasin dalam bahasa Inggris), yang merupakan aliran syiah kebatinan dengan prajurit pembunuh rahasianya. Namun Nizham gagal dan kembali ke Baghdad. KematianNizham wafat dalam keadaan puasa pada bulan Ramadhan dalam perjalanan dari Isfahan (Iran) ke Baghdad (Irak). Seorang pengikut Syiah Bathiniyah Hasyasyin yang berpenampilan sebagai seorang sufi mendatanginya. Dia menceritakan sebuah cerita dan Nizham mendengarkannya. Orang itu lalu tiba-tiba menikamnya dengan sebilah pisau tepat di jantungnya, kemudian dia kabur. Orang-orang menangkap dan membunuh pembunuh Nizham itu pada tahun 485 H / 1092 M di dekat Nahawand (7 tahun sebelum pecah Perang Salib). Kata terakhir yang terucap dari mulut Nizham adalah, “Jangan kalian bunuh pembunuhku. Aku telah memaafkannya. Tiada Tuhan selain Allah.”[6] Referensi
Bahan bacaan
Pranala luar![]() Wikimedia Commons memiliki media mengenai Nizham al-Mulk.
|