Nāder Shāh Afshār (bahasa Persia: نادر شاه افشار; juga disebut Nāder Qoli Beg - نادر قلی بیگ atau Tahmāsp Qoli Khān - تهماسپ قلی خان) (lahir Agustus 1688[5] – meninggal 20 Juni 1747) adalah salah satu penguasa Iran yang paling kuat dalam sejarah Iran, memerintah sebagai ShahPersia dari tahun 1736 sampai tahun 1747 ketika ia dibunuh dalam sebuah pemberontakan. Karena kejeniusannya dalam bidang militer[14] yang dibuktikan dalam berbagai pertempuran militer di sepanjang kampanyenya, seperti pertempuran Herat, Mihmandust, Murche-Khort, Kirkuk, Yeghevard, Celah Khyber, Karnal dan Kars, beberapa sejarawan kemudian menjulukinya sebagai Napoleon Persia, Pedang Persia,[15] atau Aleksander Kedua. Nader Shah adalah seorang Iran yang berasal dari bangsa Turkmen suku Afshar dari Khorasan di timur laut Iran,[16] yang telah memasok kekuatan militer untuk dinasti Safawiyah sejak zaman Shah Ismail I.[17]
Nader naik ke tampuk kekuasaan selama periode kekacauan di Iran setelah adanya pemberontakan oleh HotakiPashtun yang menggulingkan Shah Sultan Husayn yang dianggap lemah, sementara musuh bebuyutan Safawiyah, yakni Utsmaniyah, serta Rusia telah merebut wilayah Persia untuk diri mereka sendiri. Nader menyatukan kembali wilayah Persia dan menyingkirkan para penjajah. Ia menjadi begitu kuat sehingga ia memutuskan untuk menggulingkan anggota terakhir dari dinasti Safawiyah, yang telah memerintah Iran selama lebih dari 200 tahun, dan menjadi Shah sendiri pada 1736. Banyaknya kampanye militer yang ia lakukan menciptakan sebuah imperium yang besar dan luas, mencakup apa yang sekarang merupakan bagian dari Iran, Armenia, Azerbaijan, Georgia, Kaukasus Utara, Irak, Turki, Turkmenistan, Afganistan, Uzbekistan, Bahrain, Pakistan, Oman dan Teluk Persia, tetapi pengeluaran militernya memiliki efek merusak pada ekonomi Persia.[18]
Nader mengidolakan Jenghis Khan dan Timur Lenk, penakluk sebelumnya dari Asia Tengah. Dia meniru kehebatan militer mereka dan kekejaman mereka (khususnya di masa pemerintahannya). Kemenangannya selama kampanye-kampanye militernya secara singkat membuatnya menjadi penguasa paling kuat di Asia Barat, memerintah atas apa yang bisa dibilang kekaisaran yang paling kuat di dunia,[19] tetapi kekaisarannya dan dinasti Afshariyah yang ia dirikan dengan cepat hancur setelah ia dibunuh pada 1747.[20] Titik balik dalam karier militernya dimulai dari kampanye kedua dan ketiga melawan bangsa Lezgia yang pada saat itu sedang memberontak, serta kelompok etnis lain dari Dagestan di bagian barat laut wilayahnya. Nader Shah digambarkan sebagai "penakluk militer Asia terakhir yang paling hebat".[21]
^Michael Axworthy's biography of Nader, The Sword of Persia (I.B. Tauris, 2006), pp. 165, 279
^Michael Axworthy's biography of Nader, The Sword of Persia (I.B. Tauris, 2006), pp. 165
^Michael Axworthy's biography of Nader, The Sword of Persia (I.B. Tauris, 2006), p. 17
^ abTanggal lahir yang sebenarnya dari Nader tidak diketahui tetapi 6 Agustus adalah "paling mungkin" menurut Axworthy hlm. 17 dan The Cambridge History of Iran (Vol. 7 hlm. 3); penulis biografi lainnya mendukung Nadir lahri tahun 1688.
^Michael Axworthy's biography of Nader, The Sword of Persia (I.B. Tauris, 2006), pp. 17–19: "His father was of lowly but respectable status, a herdsman of the Afshar tribe ... The Qereqlu Afshars to whom Nader's father belonged were a semi-nomadic Turcoman tribe settled in Khorasan in north-eastern Iran ... The tribes of Khorasan were for the most part ethnically distinct from the Persian-speaking population, speaking Turkic or Kurdish languages. Nader's mother tongue was a dialect of the language group spoken by the Turkic tribes of Iran and Central Asia, and he would have quickly learned Persian, the language of high culture and the cities as he grew older. But the Turkic language was always his preferred everyday speech, unless he was dealing with someone who knew only Persian."
^Stephen Erdely and Valentin A. Riasanovski. The Uralic and Altaic Series, Routledge, 1997, ISBN0-7007-0380-2, p. 102