Memento mori![]() Memento mori (berasal dari bahasa Latin yang bermakna 'ingatlah bahwa Anda [akan] mati'[2]) adalah sebuah kiasan artistik atau simbolis sebagai pengingat bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak terhindarkan.[2] Konsep ini berakar pada filsuf kuno klasik dan Kristen. Konsep ini juga muncul dalam seni dan arsitektur penguburan dari periode abad pertengahan dan seterusnya. Ragam hias yang paling umum adalah tengkorak yang sering disertai dengan satu tulang atau lebih. Sering kali ini saja sudah cukup untuk menunjukkan kiasan tentang kematian. Akan tetapi, ragam hias lain seperti peti mati, jam pasir dan bunga layu juga menandakan ketidakkekalan kehidupan manusia. Sering kali, bentuk-bentuk ragam hias ini berfungsi dalam sebuah karya yang subjek utamanya adalah sesuatu yang lain, seperti sebuah lukisan, tetapi vanitas adalah genre artistik di mana tema kematian adalah subjek utama. Danse Macabre dan Kematian yang dipersonifikasikan juga dianggap lebih langsung membangkitkan kiasan tentang kematian. ![]() SejarahZaman klasikFilsuf Democritus mempraktikkan kehidupan yang menyendiri dan mengunjungi makam.[3] Dalam karya Plato tentang Phaedo (memuat cerita tentang kematian Socrates), diperkenalkan gagasan bahwa praktik filsafat yang tepat adalah "segala sesuatu tentang kematian".[4] Salah satu tema utama dalam pemikiran Stoikisme kuno klasik adalah tentang kematian. Dalam surat-surat Seneca, ditemukan banyak perintah untuk merenungkan tentang kematian.[5] Filsuf Stoik Epictetus memberi tahu murid-muridnya bahwa ketika mencium anak, saudara laki-laki, atau teman mereka, mereka harus mengingat bahwa semua orang-orang dekat mereka ini tidak kekal. Selain itu, ia juga mengingatkan agar membatasi kesenangan mereka, seperti halnya "mereka yang berdiri di belakang manusia dalam kemenangan mereka dan mengingatkan mereka bahwa mereka adalah tidak abadi".[6] Pemikir Stoik lainnya Marcus Aurelius mengajak pembaca untuk "merefleksikan betapa tidak kekal namun berartinya semua hal fana ini" dalam karyanya, Meditasi.[7][8] Dalam beberapa kisah tentang kemenangan Romawi Kuno, seorang rekan atau budak publik berdiri di belakang atau di dekat jenderal yang menang selama pawai kemenangannya dan mengingatkannya tentang kematian.[9] Versi peringatan ini diterjemahkan menjadi "Ingat, Caesar, engkau fana", misalnya dalam Fahrenheit 451. Konsep serupa di berbagai budayaDalam BuddhismePraktik Buddhis maraṇasati mengajarkan untuk bermeditasi tentang kematian. Kata tersebut merupakan gabungan kata dalam bahasa Pāli dari maraṇa 'kematian' (kata yang sama dalam rumpun bahasa Indo-Eropa dari kata Latin mori) dan sati 'perhatian-penuh' sehingga sangat mirip dengan istilah memento mori. Kata ini pertama kali digunakan dalam kitab-kitab Buddhis awal, kitab-kitab dalam Suttapiṭaka dari Tripitaka Pali, dengan isi yang paralel dengan isi dalam kitab Āgama dari aliran-aliran "Buddhisme Utara". Referensi
Pranala luar![]() Wikimedia Commons memiliki media mengenai Memento mori.
|