Mbah Surip
Mbah Surip (lahir Urip Achmad Rijanto; 6 Mei 1957 – 4 Agustus 2009)[1] adalah seorang penyanyi Indonesia. Ia dikenal lewat singelnya "Tak Gendong" dan "Bangun Tidur". KarierMbah Surip pernah mendapatkan penghargaan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk kategori menyanyi terlama. Ia pernah ikut membintangi beberapa film dan beberapa kali tampil di televisi.[2] Sebelum menjadi seniman, Mbah Surip mengaku pernah menjalani berbagai macam profesi. Mbah Surip dikenal dengan pengakuannya di media massa yang sering terdengar bercanda. Dia mengaku pernah bekerja di bidang pengeboran minyak serta tambang berlian. Dia juga mengklaim memiliki gelar Doktorandus, Insinyur, dan MBA, serta pernah mengadu nasib di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania, dan California. Menurut Mbah Surip, dia menciptakan lagu Tak Gendong saat berada di Amerika Serikat, bertemakan kerja sama saling bahu membahu dan belajar salah.[3] Kehidupan pribadiMasa kecil dan pendidikanUrip adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dari Sukotjo (alm.) dan Rasminah (alm.) yang beserta keluarga besarnya tinggal di Jalan Magersari Gang Buntu, Magersari, Mojokerto, Jawa Timur. Kehidupan masa kecilnya tergolong sulit karena dia harus bekerja membantu orang tuanya yang berjualan kikil sejak kecil. Ia sempat bekerja sebagai pedagang asongan, seperti menjual es lilin dan kacang goreng keliling kampungnya. Walaupun demikian, dia menyelesaikan sekolahnya di SD Negeri Purwotengah II (1970), Sekolah Teknik Mojokerto (1978). Ia pernah kuliah di Universitas Sunan Giri (Unsuri) Jawa Timur di Mojokerto tahun 1979. Namun tidak diketahui, apakah kuliah hingga lulus dan diwisuda atau tidak.[4] Keluarga dan pekerjaan awalSetelah lulus kuliah, Urip menikah dengan Minuk Sulistyowati dan dikaruniai empat anak, antara lain Tita, Farid (yang kemudian menjadi manajer Urip di Jakarta), Krisna, dan Ivo Winda. Meski sudah memiliki empat anak, saat itu Urip masih belum memiliki pekerjaan tetap. Urip sempat bekerja sebagai tukang sobek karcis di bioskop Indra di daerah alun-alun kota Mojokerto dan juga di bioskop Indra di daerah lainnya yang sekarang sudah tutup. Pada awal tahun 80-an, Urip memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Diduga karena Urip pergi merantau terlalu lama, istrinya yang berada di Mojokerto akhirnya memutuskan untuk bercerai dengannya dan menikah dengan lelaki lain. Setelah perceraian tersebut, Urip memutuskan untuk tetap menduda, tidak menikah lagi hingga ia menghembuskan napasnya yang terakhir secara mendadak. Setelah populerOleh kerabatnya, Urip dikenal sebagai orang yang bersahaja, baik sebelum maupun sesudah populer. Dia sering menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halamannya di Mojokerto untuk menabur bunga di makam kedua orangtuanya di TPU Losari, Gedeg, Mojokerto.[5] KematianMbah Surip tutup usia pada hari Selasa, 4 Agustus 2009 pukul 10.30 WIB, di puncak kepopuleran kancah musik Indonesia. Ia meninggal dunia akibat gagal jantung dalam perjalanan menuju RS Pusdikkes, Kramat Jati, Jakarta Timur.[6] Menurut bagian rekam medik RS Pusdikkes, jenazah Mbah Surip sempat berada selama satu jam di RS Pusdikkes.[7] Jenazah kemudian langsung diambil oleh kerabat yang membawanya yaitu Mamiek Prakoso. Menurut berita, serangan jantung tersebut disebabkan kebiasaan merokok Mbah Surip yang berat. Kejadian tersebut diberitakan karena Mbah Surip tiba-tiba meminum air dingin, sehingga menyebabkan jantungnya bekerja labil.[butuh rujukan] Jenazah Mbah Surip dimakamkan pada hari yang sama, Selasa malam tanggal 4 Agustus 2009, di pemakaman keluarga W.S. Rendra, di Depok, Jawa Barat yang lokasinya berdekatan dengan lokasi Bengkel Teater Rendra di Kampung Rawa RT 002/05 Cipayung Jaya, Cipayung, Depok, Jawa Barat.[8] Diskografi album
Singel-non album
Sinetron
AnekdotBerikut ini beberapa anekdot tentang Mbah Surip seputar kematiannya:
Penghargaan dan nominasi
Referensi
Pranala luar
|