Mary Anning
Mary Anning (21 Mei 1799 – 9 Maret 1847) adalah seorang paleontolog dan kolektor fosil amatir berkebangsaan Inggris yang dikenal secara internasional karena menemukan fosil hewan laut dari periode Jurasik di sepanjang Selat Inggris perairan Lyme Regis, Dorset, Inggris Barat Daya.[2] Mary Anning berjasa atas penemuan beberapa spesimen reptil Mesozoikum besar yang berperan dalam perkembangan awal paleontologi. Penggaliannya menyediakan spesimen untuk dipelajari oleh para ilmuwan dan menjadi bagian dari sejarah geologi Bumi. Fosil-fosil yang ditemukan oleh Anning juga menjadi bagian dari kajian ilmiah tentang kehidupan prasejarah.[3][4] Anning mencari fosil di Blue Lias dan tebing Charmouth Mudstone, terutama selama bulan-bulan musim dingin ketika tanah longsor membuka lapisan batuan yang mengandung fosil.[5][6] Fosil yang ia temukan mencakup kerangka ichthyosaurus pertama yang teridentifikasi dengan benar saat ia berusia dua belas tahun. Selain itu, ia menemukan dua kerangka plesiosaurus yang hampir lengkap. Penemuan lainnya mencakup kerangka pterosaurus pertama yang ditemukan di luar Jerman, serta berbagai fosil ikan.[7][8] Dalam penelitiannya, Anning juga mengamati bahwa koprolit, yang saat itu dikenal sebagai batu bezoar, sebenarnya merupakan feses yang telah membatu. Selain itu, ia menemukan bahwa fosil belemnit masih mengandung kantung tinta yang telah membatu, menunjukkan kemiripan dengan cephalopoda modern. Temuan ini memberikan kontribusi bagi pemahaman ilmiah tentang kehidupan prasejarah dan proses fosilisasi.[9][10] Sepanjang hidupnya, Anning menghadapi kesulitan keuangan. Sebagai seorang perempuan, ia tidak dapat bergabung dengan Geological Society of London dan tidak selalu mendapatkan penghargaan penuh atas kontribusi ilmiahnya.[2][4][11] Namun, temannya, ahli geologi Henry De la Beche, melukis Duria Antiquior, ilustrasi pertama yang beredar luas tentang kehidupan prasejarah berdasarkan rekonstruksi fosil, yang sebagian besar didasarkan pada fosil-fosil yang ditemukan oleh Anning. Ia kemudian menjual cetakan ilustrasi tersebut untuk membantu keuangan Anning.[12][13] BiografiJenis kelamin dan kelas sosial Anning mencegahnya untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam komunitas ilmiah Inggris pada abad ke-19, yang pada saat itu didominasi oleh para pria Anglikan terpandang. Ia mengalami kesulitan finansial sepanjang hidupnya. Keluarganya yang miskin dan dianggap sebagai pengingkar agama menjadi sasaran diskriminasi hukum. Ayahnya, seorang pembuat lemari, meninggal dunia ketika ia berusia sebelas tahun. Anning mulai dikenal oleh kalangan geolog Britania, Eropa, dan Amerika setelah menulis mengenai masalah anatomi dan pengumpulan fosil. Meskipun demikian, sebagai seorang wanita, ia tetap tidak memenuhi syarat untuk bergabung dengan Geological Society of London, dan masih belum mendapat pengakuan penuh atas karya-karya ilmiahnya. Dalam sebuah surat, ia menulis: "Dunia ini telah memperlakukan saya dengan sangat tidak baik, dan hal itu membuat saya mencurigai semua orang".[14] Satu-satunya tulisan ilmiahnya yang diterbitkan semasa hidupnya muncul dalam Magazine of Natural History pada tahun 1839, yang ditujukannya kepada editor majalah tersebut untuk mempertanyakan penemuan fosilnya yang diklaim oleh orang lain.[15] Mary Anning melakukan pencarian fosil di wilayah tebing Blue Lias, terutama saat musim dingin ketika terjadi tanah longsor yang memunculkan fosil baru dan harus cepat diambil sebelum menghilang ke dalam lautan. Pekerjaan ini cukup berbahaya, bahkan ia nyaris kehilangan nyawanya pada tahun 1833 dalam longsor yang menewaskan anjingnya, Tray. Penemuannya termasuk fosil ichthyosaurus pertama yang sukses diidentifikasi, fosil plesiosaurus pertama di luar Jerman, dan membuktikan bahwa korpolit, yang pada saat itu dikenal dengan batu bezoar, merupakan fosil kotoran hewan purba. Ia juga berhasil membuktikan bahwa belemnoidea memiliki kantung tinta seperti sefalopoda modern. Ketika geolog Henry De la Beche melukis Duria Antiquior, lukisan pertama yang menjelaskan mengenai kehidupan prasejarah berdasarkan rekonstruksi fosil, ia merujuk pada fosil yang ditemukan oleh Anning. Penemuan BesarIchthyosaurusMary Anning membuat penemuan besar pertamanya pada usia sekitar 12 tahun, tak lama setelah kematian ayahnya. Pada tahun 1811 (beberapa sumber menyebutkan tahun 1810 atau 1809), kakaknya, Joseph, menemukan tengkorak fosil sepanjang 1,2 meter tetapi tidak berhasil menemukan sisa tubuhnya.[16] Beberapa bulan kemudian, setelah diberikan petunjuk oleh Joseph, Anning menemukan seluruh kerangka fosil yang memiliki panjang sekitar 5,2 meter. Fosil tersebut kemudian digali pada November tahun yang sama dengan bantuan pekerja lokal dan dilaporkan oleh media setempat pada 9 November, yang awalnya mengira bahwa fosil tersebut adalah seekor buaya.[17] Meskipun beberapa fosil ichthyosaurus telah ditemukan sebelumnya di Lyme Regis dan daerah lain, temuan keluarga Anning adalah yang pertama mendapat perhatian dari komunitas ilmiah di London. Fosil ini dibeli oleh seorang bangsawan setempat dan akhirnya dipajang oleh William Bullock di London, yang akhirnya menarik perhatian luas. Pada masa itu, banyak orang di Inggris masih meyakini tafsir harfiah dari Kitab Kejadian yang menyatakan bahwa Bumi hanya berusia beberapa ribu tahun dan spesies tidak mengalami evolusi atau punah.[18] Sir Everard Home menulis enam makalah ilmiah tentang fosil ini mulai tahun 1814 untuk Royal Society, tetapi tidak pernah menyebutkan siapa yang menemukannya. Bahkan dalam makalah pertamanya, ia secara keliru mengklaim bahwa pembersihan dan persiapan fosil dilakukan oleh staf museum Bullock, bukan oleh Anning.[19] Awalnya, Home mengira fosil tersebut adalah sejenis ikan, kemudian menganggapnya memiliki kemiripan dengan platipus, dan akhirnya pada tahun 1819 menyimpulkan bahwa fosil tersebut merupakan bentuk peralihan antara salamander dan kadal, yang ia beri nama Proteo-Saurus. Namun, Charles Konig, seorang asisten kurator di British Museum, telah lebih dulu mengusulkan nama Ichthyosaurus (kadal ikan), yang akhirnya menjadi nama resmi spesimen tersebut.[20] Mary Anning menemukan beberapa fosil ichthyosaurus lain antara tahun 1815 dan 1819, termasuk kerangka hampir lengkap dengan berbagai ukuran. Pada tahun 1821, William Conybeare dan Henry De la Beche menganalisis spesimen yang ditemukan oleh Anning dan lainnya. Mereka menyimpulkan bahwa ichthyosaurus adalah jenis reptil laut yang belum dikenal sebelumnya dan mengidentifikasi setidaknya tiga spesies berdasarkan struktur gigi mereka. Tahun itu juga, Anning menemukan fosil sepanjang 6,1 meter yang kemudian diberi nama Ichthyosaurus platydon (sekarang dikenal sebagai Temnodontosaurus platyodon). Penelitian pada 1980-an menunjukkan bahwa spesimen pertama yang ditemukan oleh Joseph dan Mary Anning juga merupakan bagian dari spesies yang sama.[21] Pada tahun 2022, dua cetakan plester dari fosil ichthyosaurus pertama yang ditemukan oleh Anning—yang hancur akibat pengeboman London dalam Perang Dunia II—ditemukan dalam koleksi di Peabody Museum of Natural History di Yale University, AS, dan Natural History Museum di Berlin, Jerman. Cetakan ini, meskipun mungkin merupakan reproduksi sekunder, dianggap memiliki nilai historis penting dan kemungkinan besar dibuat dari spesimen yang dilelang oleh Anning pada tahun 1820.[22] Plesiosaurus![]() Pada tahun 1821, dalam makalah yang ditulis bersama Henry De la Beche tentang anatomi ichthyosaurus, William Conybeare menamai dan mendeskripsikan genus Plesiosaurus (kadal dekat), yang menurutnya lebih mirip reptil modern dibandingkan ichthyosaurus. Deskripsi ini didasarkan pada beberapa fosil, termasuk spesimen OUMNH J.50146, yang terdiri dari bagian sirip dan tulang belakang yang diperoleh oleh Letnan Kolonel Thomas James Birch. Christopher McGowan berhipotesis bahwa spesimen ini sebenarnya lebih lengkap dan dikumpulkan oleh Anning pada musim dingin 1820/1821, meskipun tidak ada catatan langsung dari Anning yang mengonfirmasi temuan ini.[23] Pada tahun 1823, Anning menemukan kerangka plesiosaurus yang jauh lebih lengkap, spesimen NHMUK OR 22656. Ketika Conybeare mempresentasikan analisisnya di Geological Society pada tahun 1824, ia kembali tidak menyebutkan nama Anning, meskipun Anning yang mengumpulkan kedua kerangka tersebut dan membuat sketsa spesimen kedua yang digunakan dalam presentasinya. Presentasi ini berlangsung dalam pertemuan yang sama dengan paparan William Buckland tentang Megalosaurus, yang kemudian menjadi sensasi dalam dunia ilmiah.[24] Namun, fosil plesiosaurus ini sempat menimbulkan kontroversi. Georges Cuvier, seorang ahli anatomi ternama Prancis, mencurigai bahwa leher panjang plesiosaurus dengan 35 vertebra adalah hasil manipulasi fosil dari berbagai spesies yang berbeda. Tuduhan ini berisiko menghancurkan reputasi Anning sebagai penjual fosil. Kontroversi ini akhirnya diselesaikan dalam pertemuan khusus Geological Society pada awal tahun 1824, yang menyimpulkan bahwa fosil tersebut asli. Cuvier kemudian mengakui bahwa ia telah terburu-buru dalam membuat kesimpulan.[25] Pada tahun 1830, Anning menemukan lagi kerangka plesiosaurus yang hampir lengkap. Spesimen ini kemudian diberi nama Plesiosaurus macrocephalus oleh William Buckland dan dideskripsikan dalam makalah Richard Owen pada tahun 1840. Sekali lagi, Owen menyebutkan kolektor kaya yang membeli fosil tersebut tetapi tidak menyebutkan Anning yang menemukannya.[26] Penemuan Fosil Ikan dan PterosaurusAnning juga menemukan spesimen ikan purba Dapedium politum, yang dijelaskan dalam literatur ilmiah tahun 1828. Pada Desember tahun yang sama, ia menemukan sebagian kerangka pterosaurus pertama di luar Jerman. William Buckland mendeskripsikannya sebagai Pterodactylus macronyx (kemudian dinamai ulang menjadi Dimorphodon macronyx oleh Richard Owen) pada tahun 1829. Tidak seperti biasanya, Buckland kali ini mengakui peran Anning dalam makalahnya.[27] Fosil pterosaurus ini menarik perhatian besar saat dipamerkan di British Museum.[28] Pada Desember 1829, Anning juga menemukan fosil ikan Squaloraja, yang menarik perhatian karena memiliki karakteristik peralihan antara hiu dan pari.[29] Kontribusi dalam Studi Fosil Invertebrata dan Jejak FosilSelain fosil vertebrata, Anning juga membuat kontribusi penting terhadap paleontologi awal. Pada tahun 1826, ia menemukan ruang yang berisi tinta kering di dalam fosil belemnit. Ia menunjukkan temuannya kepada Elizabeth Philpot, yang kemudian berhasil menghidupkan kembali tinta tersebut untuk menggambar ilustrasi fosil ichthyosaurusnya. Hal ini mendorong seniman lokal lain untuk melakukan hal yang sama. Anning juga mencatat bahwa ruang tinta fosil ini mirip dengan kantung tinta pada cumi-cumi dan sotong modern, yang kemudian digunakan oleh William Buckland untuk menyimpulkan bahwa belemnit dari periode Jurassic menggunakan tinta sebagai mekanisme pertahanan, sebagaimana cephalopoda modern.[30] Mary Anning juga menyadari bahwa fosil berbentuk aneh yang disebut "batu bezoar" sering ditemukan di bagian perut fosil ichthyosaurus. Saat batu ini dipecahkan, ditemukan sisa-sisa ikan yang telah membatu, yang mengarah pada kesimpulan bahwa batu bezoar ini sebenarnya adalah kotoran fosil (koprolit) dari reptil laut purba.[16] Pengakuan dan peninggalanEponimSatu-satunya orang yang menamakan sebuah spesies dengan nama Anning semasa hidupnya, adalah naturalis berkebangsaan Swiss-Amerika, Louis Agassiz. Pada awal 1840-an, dia menamakan dua ikan purba dengan nama Anning – Acrodus anningiae, dan Belenostomus anningiae – dan lainnya dengan nama temannya Elizabeth Philpot. Agassiz berterima kasih atas bantuan yang diberikan para wanita kepadanya dalam memeriksa spesimen purba ikan selama kunjungannya ke Lyme Regis pada tahun 1834. Setelah kematian Anning, spesies lainnya, termasuk ostracod Cytherelloidea anningi, dan dua genera, genus reptilia therapsid, dan moluska bivalvia genus Anningella, dinamakan dengan namanya untuk menghormatinya. Pada 2012, genus plesiosaurus Anningasaura dinamai dengan nama Anning dan spesies Ichthyosaurus anningae dinamai menurut namanya pada tahun 2015.[31] Pada 1991 Anning Paterae, sekelompok gunung berapi dangkal di belahan bumi utara Venus[32] dan pada 1999, (3919) Maryanning, sebuah asteroid dinamai dengan namanya.[33] Pada 2018, kapal penelitian dan survei baru diluncurkan sebagai Mary Anning untuk Universitas Swansea.[34] Patung Mary Anning![]() Pada Agustus 2018, sebuah kampanye berjudul "Mary Anning Rocks" dibentuk oleh seorang siswi berusia 11 tahun dari Dorset, Evie Swire, didukung oleh ibunya Anya Pearson.[35] Kampanye ini dibuat untuk mengenang Anning di halamannya di Lyme Regis dengan mendirikan patung dan menciptakan warisan pembelajaran atas namanya.[36] Kampanye crowdfunding dimulai tetapi ditunda karena pandemi virus corona;[37] Kampanye tersebut dilanjutkan pada November 2020, dipimpin oleh badan amal Mary Anning Rocks.[38] Sampai dengan Januari 2021, kampanye Evie Swire menghasilkan komisi untuk pematung Denise Dutton.[38][39][40] Patung itu diberikan izin perencanaan oleh Dewan Dorset untuk ruangan yang menghadap Black Ven, yang di mana Anning menemukan semua penemuannya. Alice Roberts dan Evie Swire meresmikan patung tersebut pada 21 Mei 2022, bertepatan dengan peringatan 223 tahun kelahiran Anning.[41][42] Dalam budaya pop dan karya fiksiMary Anning muncul di manga web Learn Even More with Manga!, berasal dari permainan video 2015 Fate/Grand Order. Penggambarannya dalam manga tersebut menghadirkan beberapa fitur dari kehidupan Anning, seperti peralatan pengumpul fosil, fosil, dan ichthyosaurus dan plesiosaurus versi hidup.[43] Film Ammonite, disutradarai oleh Francis Lee, dan berdasarkan segmen kehidupan dan warisan Anning, ditayangkan perdana di Festival Film Internasional Toronto 2020 pada 11 September 2020.[44] Kate Winslet menggambarkan Anning dan Saoirse Ronan menggambarkan Charlotte Murchison, dengan keduanya terlibat dalam sebuah hubungan lesbian fiksi. Film ini dirilis pada 13 November 2020 di AS dan 26 Maret 2021 di Inggris.[45] Kehidupan Akhir dan WarisanMary Anning meninggal dunia akibat kanker payudara pada usia 47 tahun, tepatnya pada 9 Maret 1847.[46] Dalam beberapa tahun terakhir hidupnya, aktivitasnya dalam penelitian fosil mengalami penurunan akibat penyakit yang dideritanya. Penggunaan laudanum yang semakin meningkat sebagai pereda nyeri menimbulkan kesalahpahaman di kalangan masyarakat Lyme Regis, yang menyebabkan munculnya gosip mengenai dugaan masalah konsumsi alkohol.[47] Namun, komunitas geologi tetap menghormati kontribusinya yang luar biasa. Ketika diagnosis kankernya diketahui pada tahun 1846, anggota Geological Society menggalang dana untuk membantu biaya pengobatannya. Selain itu, Dewan Museum Kabupaten Dorset yang baru dibentuk menjadikan Anning sebagai anggota kehormatan. Setelah meninggal, ia dimakamkan pada 15 Maret 1847 di halaman gereja St. Michael, gereja paroki setempat. Sebagai bentuk penghormatan, anggota Geological Society turut menyumbang untuk pembuatan jendela kaca patri yang dipasang pada tahun 1850. Kaca patri tersebut menggambarkan enam perbuatan belas kasih, yaitu memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, memberi pakaian kepada yang membutuhkan, memberikan tempat tinggal bagi tunawisma, mengunjungi tahanan, serta merawat orang sakit. Sebuah inskripsi pada kaca patri itu berbunyi:[48] "Jendela ini dipersembahkan untuk mengenang Mary Anning dari paroki ini, yang meninggal pada 9 Maret 1847, dan didirikan oleh pendeta serta beberapa anggota Geological Society of London untuk mengenang jasanya dalam memajukan ilmu geologi, serta kebajikan hati dan integritas hidupnya."[49] Setelah wafatnya Anning, Presiden Geological Society saat itu, Henry De la Beche, menyampaikan sebuah eulogi yang dibacakan dalam pertemuan resmi dan diterbitkan dalam publikasi triwulanan organisasi tersebut. Ini merupakan eulogi pertama yang diberikan kepada seorang perempuan, sebuah penghormatan yang biasanya hanya diberikan kepada anggota resmi Geological Society, yang baru mulai menerima perempuan sebagai anggota pada tahun 1904. Dalam pidatonya, De la Beche menekankan kontribusi besar Anning terhadap ilmu pengetahuan meskipun ia berasal dari kelas sosial yang kurang diuntungkan secara ekonomi. Ia menyatakan: "Saya tidak dapat mengakhiri catatan tentang kehilangan yang kita alami tanpa menyinggung seseorang yang, meskipun tidak berasal dari kelas sosial yang lebih mudah secara ekonomi dan harus mencari nafkah dari kerja kerasnya, telah memberikan kontribusi besar melalui bakat dan penelitian tak kenal lelahnya terhadap pemahaman kita tentang Enalio-Saurians dan bentuk kehidupan organik lainnya yang terkubur di sekitar Lyme Regis."[50] Mary Anning juga menjadi subjek sebuah artikel anonim yang diterbitkan pada Februari 1865 dalam majalah sastra All the Year Round yang didirikan oleh Charles Dickens. Artikel yang berjudul "Mary Anning, The Fossil Finder" ini sempat dikaitkan dengan Dickens sendiri. Namun, penelitian yang dilakukan oleh sejarawan paleontologi Michael A. Taylor dan Hugh S. Torrens pada tahun 2014 mengungkap bahwa artikel tersebut sebenarnya ditulis oleh Henry Stuart Fagan. Mereka juga menyoroti bahwa tulisan Fagan mengandung banyak ketidakakuratan karena sebagian besar isinya merupakan plagiarisme dari karya Henry Rowland Brown dalam edisi kedua buku panduan The Beauties of Lyme Regis (1859). Artikel tersebut menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi Anning, khususnya skeptisisme dari masyarakat sekitarnya. Fagan mengakhiri artikelnya dengan pernyataan yang mencerminkan perjuangan dan pencapaian Anning: "Putri seorang tukang kayu telah mendapatkan namanya sendiri, dan dia memang layak mendapatkannya."[51] Catatan kaki
Referensi
Bacaan lanjutan
Pranala luar![]() Wikimedia Commons memiliki media mengenai Mary Anning.
|