Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Madilog

Madilog
PengarangTan Malakaa
Judul asliMadilog
PenerjemahTed Sprague (dalam bahasa Belanda)
NegaraIndonesia
BahasaIndonesia
SubjekFilsafat (sintesis Materialisme dialektis dan Logika)
Diterbitkan1943
Halaman568 (edisi Indonesia pertama)[1]
a Penerbitan pertama, Malaka menggunakan nama pena "Iljas Hussein".

Madilog oleh Iljas Hussein (nama pena Tan Malaka), pertama kali diterbitkan pada tahun 1943, edisi pertama resmi tahun 1951, adalah magnum opus dari Tan Malaka, pahlawan nasional Indonesia dan merupakan karya paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Indonesia modern. Madilog adalah akronim bahasa Indonesia yang merupakan kependekan dari Materialisme Dialektika Logika. Ini adalah sintesis materialisme dialektis Marxis dan logika Hegelian. Madilog ditulis di Batavia di mana Malaka bersembunyi selama pendudukan Jepang di Indonesia, menyamar sebagai tukang jahit.

Esai Tan Malaka "Naar de Republiek Indonesië" (Menuju Republik Indonesia) terbit tahun 1924, lebih dulu dibanding tulisan Mohammad Hatta "Indonesia Vrije" (Indonesia Merdeka) pada 1928. Menuju Republik Indonesia menjadi dasar rumusan identitas bangsa, sementara Madilog bisa disebut kelanjutan sekaligus titik balik gagasan Tan Malaka tentang membangun karakter Indonesia modern.

Meski dipengaruhi Marxisme, Madilog tidak mengikuti Marxisme mentah-mentah. Ia lebih merupakan pemikiran nasionalis Tan Malaka, yang terinspirasi dari dialektika Hegel, materialisme Feuerbach, pemikiran Marx tentang logika ilmiah, dan positivisme logis.

Buku ini menawarkan cara baru berpikir bagi orang Indonesia, yang hidup tersebar di banyak pulau dengan bahasa dan budaya berbeda, namun masih terikat pada cara pikir mistis. Dalam tiga bab pertama, Tan Malaka menegaskan bahwa kelas sosial di Indonesia berbeda dengan di Eropa, sehingga Marxisme ala Eropa tidak bisa diterapkan begitu saja di Indonesia.

Sejarah

Madilog ditulis oleh Tan Malaka di Rawajati, dekat sebuah pabrik sepatu di Kalibata, Pantjoran, Batavia. Malaka tinggal di sana antara tahun 1942 dan 1943 sebagai penjahit, sambil memeriksa kondisi kota dan kampung-kampung di Batavia, dari tempat ia pergi lebih dari 20 tahun sebelumnya. Dia menghabiskan 720 jam menulis Madilog, lebih dari 8 bulan dari Juli 1942 hingga Maret 1943, menghabiskan sekitar 3 jam sehari untuk buku itu dan Gabungan Aslia, yang ditulis pada waktu yang sama.[2] Publikasi harus ditunda karena kekurangan uang dan berada di bawah pengawasan ketat Keibodan Jepang selama Perang Dunia II, dari tahun 1942 hingga 1945, ketika kemerdekaan Indonesia dideklarasikan.

Saat menulis Madilog, Malaka menjabat sebagai Ketua Badan Pembantoe Pembelaan (BPP) dan sebagai Kepala Badan Pembantoe Pradjoerit Pekerdja (BP3), untuk membantu pekerja paksa (Romusha). Dia akhirnya terpilih sebagai wakil untuk Banten ke Congres Angkatan Moeda (Belanda: Congres van de Jonge Generatie), tetapi pelantikannya dibatalkan. Di Banten, ia bertemu dengan beberapa aktivis pemuda nasionalis Indonesia seperti Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, yang dikenal sebagai anggota Persatuan Perdjuangan di Surakarta pada tahun 1948.

Buku Madilog memperkenalkan ide Madilog. Ini pertama kali diterbitkan sendiri pada tahun 1943, menggunakan nama pena Iljas Hussein, dan panjangnya 568 halaman. Pada era pasca kemerdekaan, Madilog diterbitkan oleh Penerbit Widjaya, pada tahun 1951, di Jakarta. Madilog diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Ted Sprague dan diterbitkan pada tahun 1962 di Den Haag.[3]

Catatan

  1. ^ Madilog di Marxist Archive (dalam bahasa Indonesia)
  2. ^ "Tan Malaka - MADILOG | Rowland Book Collections | download on Z-Library". en.z-lib.gs. Diakses tanggal 2025-02-22.
  3. ^ Poeze, Harry A. 1999. "Tan Malaka: Pergulatan Menuju Republik 1925-1945". Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. p. xvii. ISBN 9794440523. [1]
Kembali kehalaman sebelumnya