Al-Asaad dianggap sebagai seorang pelopor arkeologi Suriah. Ia memegang gelar diploma dalam bidang sejarah dan pendidikan dari Universitas Damaskus.[3] pada masa kariernya, ia mengadakan ekskavasi dan restorasi Palmyra. Dari 1963 dan seterusnya, ia menjabat sebagai kepala barang-barang antik di Palmyra selama 40 tahun, pensiun pada 2003 untuk menjadi seorang ekspert pada departemen museum dan barang-barang antik.[3]
Pada Mei 2015, Tadmur (kota saat ini dari Palmyra) dan kota kuno yang dipulihkan Palmyra berada dibawah kekuasaan Negara Islam Irak dan Syam (bahasa Inggris: Islamic State of Iraq and the Levant, disingkat ISIL). Al-Asaad membantu mengevakuasi museum kota tersebut sebelum diambil alih ISIL.[3] Al-Asaad adalah salah satu orang yang ditangkap pada waktu itu, dan ISIL berupaya untuk membujuk al-Asaad agar menyerahkan artefak-artefak kuno yang ia sembunyikan.[4] Ia dibunuh di Tadmur pada 18 Agustus 2015. Jenazahnya dikabarkan disimpan di Tadmur, dan kemudian di kota kuno Palmyra.[4][5][6][7][8]
Tanggapan terhadap kematiannya
Yasser Tabbaa, seorang spesialis seni rupa dan arsitektur Islam di Suriah dan Irak, berkata mengenai al-Asaad: "Ia adalah seorang otoritas paling berpengaruh pada situs arkeologi yang diyakini paling berpengaruh di Suriah.”[9]
UNESCO dan direktur jenderalnya Irina Bokova ikut menanggapi pembunuhan al-Asaad, dengan berkata “Mereka membunuhnya karena ia tidak menyerahkan komitmen dalamnya pada Palmyra. Tempat dimana ia mendedikasikan hidupnya.”[11]
Asaad, Khaled (1980). Nouvelles découvertes archéologiques en Syrie (dalam bahasa French). Damascus: Direction général des antiquités et des musées. OCLC602249622. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Gawlikowski, Michael; Asaad, Khaled (1995). Palmyra and the Aramaeans. ARAM periodical. Vol. 7. Oxford: The ARAM Society for Syro-Mesopotamian Studies. OCLC68075497.