Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kemarau basah

Kemarau basah adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kondisi cuaca ketika curah hujan tetap tinggi atau di atas normal pada periode yang seharusnya merupakan musim kemarau. Fenomena ini biasanya terjadi akibat anomali iklim, misalnya pengaruh suhu muka laut yang lebih hangat dari biasanya.

Dampak

Kemarau basah dapat meningkatkan risiko gagal panen pada tamanan yang membutuhkan musim kemarau untuk masa pengeringan. Sebagai contoh, penanaman padi gunung di daerah Kalimantan biasanya membutuhkan sinar matahari terik di sepanjang bulan Agustus untuk membantu proses pembukaan lahan.[1] Dalam kondisi normal, pada bulan Juni hingga Juli, petani padi gunung biasa membuka lahan baru dengan menebang pohon kecil. Semak-semak yang tersisa dibiarkan mengering pada bulan Agustus. Namun, akibat kemarau basah, Juni hingga Agustus cenderung sering hujan. Akibatnya, proses penanaman padi gunung harus diundur sampai Desember atau Januari. Akibatnya, semak-semak yang sudah ditebas tidak kering-kering. Proses pengeringan semak tersebut merupakan tahapan penting dalam proses penanaman padi gunung. Ladang yang sudah dibersihkan akan dibakar, agar abu dan arang sisa pembakaran tersebut menjadi pupuk alami pada lahan pertanian. Secara umum, metode ini digunakan sebab Pulau Kalimantan tidak punya gunung api aktif. Tanahnya tak sesubur Pulau Jawa.

Selain itu, kemarau basah dapat mengakibatkan kondisi lahan menjadi terlalu lembap, hingga menyebabkan gagal panen pada komoditas-komoditas seperti jagung, kacang-kacangan dan kedelai. Beberapa jenis hama dan penyakit juga lebih mudah berkembang dalam kondisi lembab. Perubahan pola hujan ini juga menyebabkan para petani kesulitan untuk merencanakan siklus aktivitasnya.[2]

Contoh kasus

Menurut data BMKG, Indonesia pernah mengalami beberapa kemarau basah dalam satu dekade terakhir, yaitu pada tahun 2010, 2013, 2016, 2020, 2022, dan kini terindikasi muncul kembali pada 2025.[1] Polanya menunjukkan tren yang semakin sering dan durasi yang lebih panjang.

Jika dibandingkan dengan periode normal, periode musim kemarau pada tahun 2025 diprediksi lebih pendek daripada biasanya di 43 persen wilayah.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Sucipto (30 Juni 2025) "Keresahan Petani Padi Gunung di Kalimantan akibat Cuaca Tak Menentu" Kompas. hal 10
  2. ^ Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri (28 Mei 2025) "Musim Kemarau Basah : Fenomena, Penyebab, dan Dampaknya di Indonesia" BMKG
Kembali kehalaman sebelumnya