Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kecanduan internet

Kecanduan internet
Informasi umum
Spesialisasi

Gangguan kecanduan internet (Internet addiction disorder, IAD), atau yang umum dikenal sebagai kecanduan interet, penggunaan internet problematik, atau penggunaan internet patologis, adalah penggunaan internet secara kompulsif yang prolematik, terkhususnya pada sosial media, yang mempengaruhi kebiasaan seseorang dalam jangka waktu lama. Kaum muda terkhususnya terancam mengembangkan gangguan ini,[1] dimana studi kasus telah menunjukkan bahwa performa akademik siswa menurut seiring mereka menghabiskan lebih banyak waktu daring.[2] Beberapa mengalami akibat kesehatan dari gangguan ini, dari kekurangan tidur,[3] seiring mereka begadang hingga larut malam berselancar, mengobrol dan bermain permainan video.[4]

Peningkatan penggunaan internet pada usia 16-19 tahun di negara-negara EU.

Penggunaan internet secara berlebihan tidak diakui sebagai sebuah gangguan oleh DSM-5 Asosiasi Psikiatris Amerika dan ICD-11 Organisasi Kesehatan Dunia.[5] Namun, kecanduan permainan video hadir pada ICD-11.[6] Kontroversi mengenai diagnosis mencakup apakah gangguan ini adalah sebuah entitas klinisnya sendiri (jenis gangguannya sendiri), atau merupakan sebuah manifestasi dari gangguan-gangguan psikiater yang telah ada. Definisi dari gangguan kecanduan internet tidak terstandardisasi maupun disetujui, mempersulit lebih lanjut proses perkembangan rekomendasi yang didasari oleh bukti.

Banyak model teoritis berbeda telah dikembangkan dan diterapkan selama beberapa tahun untuk menjelaskan lebih baik faktor-faktor yang mendorong gangguan ini. Model-model seperti model perilaku-kognitif Internet patologis telah digunakan untuk menjelaskan IAD selama lebih dari 20 tahun. Model-model yang lebih baru, seperti model Person-Affect-Cognition-Execution, telah dikembangkan belakangan-belakangan ini dan mulai lebih banyak digunakan dalam studi klinis.[7]

Pada 2011, istilah "gangguan kecanduan Facebook", FAD, muncul.[8] FAD dicirikan dengan penggunaan Facebook secara kompulsif. Sebuah studi tahun 2017 menelaah hubungan antara penggunaan secara berlebihan dengan narsisisme, melaporkan bahwa "FAD sangat berhubungan secara signifikan dan positif dengan sifat narsisisme dan variabel-variabel kesehatan mental negatif (gejala depresi, kegelisahan dan stres)".[9][10]

Pada 2020, dokumenter The Social Dilemma melaporkan kekhawatiran ahli kesehatan mental dan mantan-mantan karyawan perusahaan-perusahaan sosial media mengenai dorongan penggunaan adiktif dari sosial media. Sebagai contoh, saat sebuah pengguna belum membuka Facebook selama beberapa waktu, Facebook akan meragamkan notifikasinya, mencoba untuk memancing pengguna tersebut untuk kembali. Dokumenter ini juga menimbulkan kekhawatiran mengenai hubungan antara penggunaan sosial media dan bunuh diri pada remaja dan anak-anak.[11]

Selain itu, pada 2020, studi-studi telah menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kelaziman IAD sejak pandemi COVID-19.[12] Studi-studi yang menitikberatkan pada kemungkinan hubungan antara COVID-10 dan IAD telah melihat bagaimana isolasi secara paksa (karena social distancing) dan stres karenanya dapat barangkali menyebabkan tingkat penggunaan Internet yang lebih tinggi.[12]

Mematikan notifikasi sosial media dapat membantu mengurangi penggunaan sosial media.[13] Bagi beberapa pengguna, perubahan dalam penelusuran daring dapat berguna dalam mengkompensasi masalah-masalah mengatur diri sendiri. Sebagai contoh, sebuah studi yang melibatkan 157 pelajar daring pada kursus-kursus daring terbuka besar-besaran menelaah dampak intervensi semacam itu. Studi tersebut melaporkan bahwa memberi dukungan dalam regulasi diri dihubungkan dengan berkurangnya waktu yang dihabiskan daring, terkhususnya pada hiburan.[14]

Referensi

  1. ^ Tomczyk Ł, Solecki R (July 2019). "Problematic internet use and protective factors related to family and free time activities among young people". Educational Sciences: Theory & Practice. 19 (3): 1–13. doi:10.12738/estp.2019.3.001.
  2. ^ "emigration-plummets-to-lowest-figure-recorded-apr-2-1984-1-p". Human Rights Documents online. doi:10.1163/2210-7975_hrd-1326-0318. Diakses tanggal September 28, 2022.
  3. ^ Tereshchenko S, Kasparov E, Smolnikova M, Shubina M, Gorbacheva N, Moskalenko O (October 2021). "Internet Addiction and Sleep Problems among Russian Adolescents: A Field School-Based Study". International Journal of Environmental Research and Public Health. 18 (19): 10397. doi:10.3390/ijerph181910397. PMC 8507923. PMID 34639694.
  4. ^ Wallace P (January 2014). "Internet addiction disorder and youth: There are growing concerns about compulsive online activity and that this could impede students' performance and social lives". EMBO Reports. 15 (1): 12–6. doi:10.1002/embr.201338222. PMC 4303443. PMID 24398129.
  5. ^ "Internet Addiction". Psychology Today (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2024-09-02.
  6. ^ "Addictive behaviour". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-09-01.
  7. ^ Jhone, Jin-Ho; Song, In Han; Lee, Mi-Sun; Yoon, Ji Young; Bhang, Soo-Young (2021-12-16). "Is the I-PACE (Interaction of Person-Affect-Cognition-Execution) model valid in South Korea? The effects of adverse childhood experiences (ACEs) on internet gaming disorder and the mediating effect of stress on adolescents". Journal of Behavioral Addictions. 10 (4): 967–982. doi:10.1556/2006.2021.00081. ISSN 2062-5871. PMC 8987428. PMID 34935634.
  8. ^ Summers, Amy (May 2, 2011). "Facebook Addiction Disorder — The 6 Symptoms of F.A.D." AdWeek. Diakses tanggal 2011-05-02.
  9. ^ Brailovskaia, J.; Margraf, J. (2017). "Facebook Addiction Disorder (FAD) among German students—A longitudinal approach". PLOS ONE. 12 (12): 2423–2478. Bibcode:2017PLoSO..1289719B. doi:10.1371/journal.pone.0189719. PMC 5730190. PMID 29240823.
  10. ^ Zhao, Nan; Zhou, Guangyu (9 February 2021). "COVID-19 Stress and Addictive Social Media Use (SMU): Mediating Role of Active Use and Social Media Flow". Frontiers in Psychiatry. 12: 635546. doi:10.3389/fpsyt.2021.635546. PMC 7899994. PMID 33633616.
  11. ^ Watch The Social Dilemma. www.netflix.com (Film) (dalam bahasa Inggris). Netflix Official Site. Diakses tanggal 2022-04-13.
  12. ^ a b Li, Yang‐Yang; Sun, Yan; Meng, Shi‐Qiu; Bao, Yan‐Ping; Cheng, Jia‐Lu; Chang, Xiang‐Wen; Ran, Mao‐Sheng; Sun, Yan‐Kun; Kosten, Thomas; Strang, John; Lu, Lin; Shi, Jie (19 March 2021). "Internet Addiction Increases in the General Population During COVID‐19: Evidence From China". The American Journal on Addictions (dalam bahasa Inggris). 30 (4): 389–397. doi:10.1111/ajad.13156. ISSN 1055-0496. PMC 8251395. PMID 33738888.
  13. ^ Kane, Suzanne (December 6, 2018). "Portion-Control in Social Media? How Limiting Time Increases Well-Being". World of Psychology (dalam bahasa American English). Diarsipkan dari asli tanggal August 14, 2020. Diakses tanggal 2019-04-29.
  14. ^ Pogorskiy, Eduard; Beckmann, Jens F. (2023). "From procrastination to engagement? An experimental exploration of the effects of an adaptive virtual assistant on self regulation in online learning". Computers and Education: Artificial Intelligence. 4: 100111. doi:10.1016/j.caeai.2022.100111. S2CID 254612244.
Kembali kehalaman sebelumnya