Harry Setyawan (18 Oktober 1975 – 25 April 2021) adalah seorang perwira angkatan laut yang terakhir kali berdinas militer menjabat Komandan Satuan Kapal Selam Koarmada II. Ia juga memegang beberapa jabatan di TNI Angkatan Laut.
Masa kecil
Harry Setyawan lahir pada 18 Oktober 1975[1] sebagai anak tertua dari tiga bersaudara.[2] Ayahnya seorang perwira angkatan udara sedangkan ibunya, Ida Farida, adalah seorang ibu rumah tangga.[2]
Setelah lulus SMA pada tahun 1994, Harry Setyawan bergabung dengan Akademi Angkatan Laut Indonesia (AAL).[5] Saat menjalani pendidikan di AAL, Harry menjadi peserta dari Cutty Sark Tall Ship Race di Mallorca sebagai kru KRI Arung Samudera. Ia bersama dengan kru lainnya berhasil memenangkan perlombaan tersebut.[6] Harry lulus dari AAL pada tahun 1997.[5]
Pada 16 Mei 2014, Setyawan diangkat menjadi Komandan KRI Nanggala (402), menggantikan Wirawan Ady Prasetya.[7] Adi memegang komando selama setahun, karena pada 12 Agustus 2015 ia digantikan oleh Indra Agus Wijaya. Dia kemudian ditunjuk sebagai perwira pendidikan dan latihan dalam satuan tugas proyek pengadaan kapal selam kelas Jang Bogodi Korea Selatan.[8] Proyek tersebut membuahkan kapal selam baru untuk Indonesia yang diberi nama KRI Nagapasa (403).[9] Harry diangkat sebagai komandan kapal selam tersebut pada tanggal 2 Agustus 2017[10] dan kapal selam tersebut tiba di Indonesia dua puluh enam hari kemudian.[11] Harry memimpin kapal selam tersebut selama kurang dari setahun karena pada tanggal 2 Februari 2018 dia dimutasi ke Pangkalan Angkatan Laut Ranai.[12]
Komandan Pangkalan Angkatan Laut Ranai
Setelah masa jabatannya di KRI Nagapasa, Harry Setyawan diangkat menjadi Komandan Pangkalan Angkatan Laut Ranai (Danlanal Ranai), yang terletak di Laut Natuna, pada 14 Februari 2018.[13] Masa jabatan Setyawan di pangkalan angkatan laut membuatnya menangani kapal penangkap ikan Vietnam yang memasuki wilayah laut Indonesia secara ilegal.[14][15] Selain kapal penangkap ikan, Harry juga menginstruksikan penyelidikan terhadap kapal tanker Hai Soon X yang melewati wilayah laut Indonesia pada Januari 2019.[16]
Pada Maret 2018 lalu, Setyawan mengumumkan bahwa TNI AL sedang bersiap untuk meningkatkan kekuatan armada di Laut Natuna.[17] Dia juga menambahkan bahwa perbaikan akan mencakup pembangunan pangkalan kapal selam baru.[18]
Harry mengakhiri jabatan sebagai Danlanal Ranai pada 9 Oktober 2019.[19] Sebelum digantikan dari Danlanal Ranai, Harry sudah diangkat terlebih dahulu sebagai Asisten Operasi Komandan Gugus Keamanan Laut pada September tahun itu.[20] Pada Juni 2020, Harry diinstruksikan untuk meninggalkan posnya di Kelompok Keamanan Laut dan menempuh pendidikan lebih lanjut di Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia.[21]
Komandan Satuan Kapal Selam Komando Armada II
Setyawan lulus dari Sesko TNI pada Desember 2020[22] dan pada 6 Maret tahun berikutnya menjadi Komandan Satuan Kapal Selam Komando Armada II.[23] Beberapa hari setelah dia dijadikan komandan unit kapal selam, dia melakukan latihan untuk pengendalian dan stabilitas kapal selam.[24]
Kematian
Pada 21 April 2021, Setyawan berada di kapal KRI Nanggala yang hendak melakukan latihan torpedo. Setelah kapal selam menembakkan torpedo SUT hidup, kapal itu hilang.[25] Kapal selam itu dinyatakan tenggelam pada 24 April 2021[26] dan semua awaknya, termasuk Setyawan, dinyatakan tewas keesokan harinya.[27] Presiden Joko Widodo telah menyetujui kenaikan pangkat anumerta untuk semua awak kapal setelah insiden tersebut,[28] termasuk untuk Harry Setyawan yang memperoleh pangkat laksamana pertama anumerta.[29]
Keluarga
Setyawan menikah dengan Winny Widayati. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak, yakni Sheeva Naufal Zidane, Aisyah Tsuraya Lubna, Myiesha Atha Rahmaniya, dan Prabu Baladewa Adiwidya.[30]