Geert Wilders
Geert Wilders (pelafalan dalam bahasa Belanda: [ˈɣeːrt ˈʋɪldərs]; lahir 6 September 1963) adalah politikus sayap kanan Belanda [1] dan pendiri dan pemimpin Partai untuk Kebebasan (Partij voor de Vrijheid - PVV), partai politik terbesar keempat di Belanda.[2][3] Ia adalah anggota Parlemen Belanda sejak tahun 1998. Ia mengawali karier politiknya sebagai penulis pidato pada Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (Volkspartij voor Vrijheid en Democratie, disingkat VVD) yang berhaluan konservatif-liberal, dan kemudian sebagai asisten parlemen dari permimpin partai tersebut yaitu Frits Bolkestein selama periode 1990-1998. Wilders terpilih sebagai anggota Dewan Kota Utrecht tahun 1996, kemudian selanjutnya sebagai anggota Parlemen Belanda. Karena perbedaan pendapat dengan partainya mengenai bergabungnya Turki ke dalam Uni Eropa, ia keluar dari VVD tahun 2004 dan membentuk partainya sendiri, Partai Kebebasan (Partij voor de Vrijheid, disingkat PVV). Haluan politik Wilders adalah kanan nasionalis yang liberal. Ia juga dikenal anti-Islam dan anti-imigran. Pada tahun 2008, ia bersama Arnoud van Doorn membuat film pendek berjudul Fitna, yang menyulut kontroversi. Film ini berisi tentang pandangannya mengenai Islam dan Al-Qur'an. Film ini dirilis di internet pada tanggal 27 Maret 2008. Wilders pernah menyuarakan usulan agar pemerintah Belanda melarang Al Qur'an. Pada tanggal 15 Desember 2007, Wilders terpilih sebagai Politikus Tahun Ini oleh radio NOS Belanda. Kehidupan awalWilders lahir di kota Venlo, Provinsi Limburg di Belanda tenggara. Dia adalah anak bungsu dari empat bersaudara,[4] dan dibesarkan sebagai Katolik. Ia lahir dari ayah Belanda dan ibu yang lahir di Hindia Belanda,[5][6] yang juga nenek moyangnya Orang Indo.[7][8] Ayahnya bekerja sebagai manajer untuk pencetakan dan manufaktur penyalin perusahaan Océ,[9] dan tetap bersembunyi dari Jerman selama Perang Dunia II, sebuah pengalaman yang begitu membuat trauma dan ia menolak untuk secara fisik masuk Jerman bahkan setelah empat puluh tahun kemudian.[10] Ideologi politik![]() Wilders menganggap dirinya sendiri sebagai seorang liberal sayap kanan dengan campuran posisi spesifik yang independen dari spektrum politik Eropa dan khas masyarakat Belanda yang ikonoklastik. Ia pernah berkata bahwa "Sekutu saya bukanlah Le Pen atau Haider... Kita tidak akan mengikuti para fasis dan Mussolini dari Italia. Saya sangat takut dikaitkan dengan gerakan fasis kanan yang salah", menambah bahwa motivasi politiknya adalah isu-isu seperti kebebasan berekspresi dan ikonoklasme Belanda.[11] Wilders menyatakan bahwa Margaret Thatcher adalah sosok motivasi politik terbesarnya.[11] Politikus Partai Kebebasan dan Demokrasi Rakyat Frits Bolkestein juga banyak memengaruhi gagasan politiknya.[12] Wilders dalam konteks luar negeri sangat mendukung Zionisme dan kerap mengkritik negara-negara yang ia anggap sebagai anti Israel.[13] Ia juga dikenal sebagai kritkus anti-Islam, tetapi Wilders awalnya mulai karier politiknya tanpa mengkritik Islam. Pada 2001, ia pernah mengkritik islamofobia yang digaungkan oleh Pim Fortuyn dan berkata, "Saya pernah menyatakan pada awalnya: Islam, tidak ada yang salah dengan itu, itu adalah sebuah agama yang perlu dihormati. Banyak Muslim di dunia ini, termasuk di Belanda, adalah rakyat yang taat dan tidak ada yang salah dengan itu. Ini lebih ke sedikit mengenai ekstremisme Muslim".[14] Kritik terhadap IslamWilders sangat dikenal karena kritikannya terhadap Islam, merangkum pandangannya sebagai "Saya tidak membenci Muslim, saya benci Islam".[11] Kakaknya Paul Wilders berkata dalam sebuah wawancara bahwa secara pribadi Geert tidak memiliki masalah dengan umat Muslim.[15] Walaupun Geert menyatakan bahwa ekstremis hanya 5-15% dari keseluruhan umat,[16] ia berargumen bahwa "tidak ada hal seperti 'Islam moderat'" dan "Al-Qur'an juga menyatakan bahwa umat yang memercayai sebagian dari Al-Qur'an adalah murtad".[17] Ia menyarankan agar umat Muslim yang ingin tetap di Belanda harus mengoyak sebagian Al-Qur'an tersebut karena bermuatan "hal buruk" dan menyatakan bahwa Muhammad akan "... pada hari-hari ini akan diburu sebagai teroris".[18] Wilders juga menyatakan bahwa Islam bukanlah agama, melainkan sebuah ideologi politik totaliter yang sama seperti komunisme dan fasisme.[19] Pada 8 Agustus 2007, Wilders menulis sebuah surat terbuka[20] untuk surat kabar Belanda De Volkskrant bahwa Al-Qur'an yang ia panggil sebagai "buku fasisme" seharusnya dilarang di Belanda selayak Mein Kampf yang ditulis Adolf Hitler.[21] Ia juga menyatakan bahwa "Kitab ini mendorong kebencian dan pembunuhan maka tidak memiliki tempat dalam tatanan hukum kita".[22] Ia juga menganggap Muhammad sebagai "setan".[23] Pada bulan September 2009, Wilders mengusulkan penerapan apa yang disebutnya "pajak kain penutup kepala" pada pemakaian jilbab oleh wanita Muslim; ia mengusulkan agar wanita dapat membeli lisensi seharga €1000 dan uang yang terkumpul dapat digunakan dalam proyek-proyek yang bermanfaat bagi emansipasi wanita.[24][25] Uni EropaWilders juga seorang eroskeptis. Pada 2013, ia bersama Marine Le Pen bekerja sama di Parlemen Eropa berkampanye melawan Uni Eropa dan mata uang Euro, dengan Wilders menyebut Uni Eropa sebagai "monster dari Brussel". Ia menambahkan, "Kita ingin menentukan bagaimana kita mengendalikan perbatasan kita, uang kita, ekonomi kita, mata uang kita".[26] Dalam sebuah aksi publisitas pada 2014, Wilders mengunting bendera Uni Eropa dihadapan anggota parlemen di Brussel.[27] Geert menerima hasil referendum keanggotaan Britania Raya di Uni Eropa 2016 dengan sukacita, memuji rakyat Britania Raya dan menyatakan bahwa Belanda juga harus melakukan hal yang sama. Dalam sebuah pernyataan, Wilders berkata bahwa "Partai untuk Kebebasan menuntut agar diselenggarakan referendum untuk NExit, sebuah gerakan keluar Uni Eropa ala Belanda".[28] Selama pemilihan umum Belanda dan pemilihan umum Eropa, Wilders telah mengkampanyekan hak rakyat Belanda untuk memilih dalam referendum Nexit mengenai keanggotaan Uni Eropa dan telah memasukkan poin ini dalam manifesto pemilihan PVV sejak pemilihan umum Belanda 2012. Setelah pemilihan umum Belanda 2023, di mana PVV muncul sebagai partai terbesar, Wilders menyatakan bahwa meskipun ia masih menentang Uni Eropa, ia telah menangguhkan seruannya untuk Nexit selama pembicaraan koalisi dengan partai-partai politik lain dan sebaliknya akan menggunakan posisinya untuk memutarbalikkan dan membongkar kekuasaan Uni Eropa dari dalam.[29][30][31] Posisi lainWilders tidak sepenuhnya menyangkal bahwa pemanasan global adalah hal yang nyata. Namun Wilders menyatakan bahwa perubahan iklim merupakan masalah yang susah diselesaikan. Ia menggambarkan alasannya dengan berkata, "Jika kita menutup sebuah pembangkit listrik tenaga batu bara di Belanda pada hari ini, dalam minggu yang sama Tiongkok bakal membangun sepuluh."[32] Saat pemerintahan Mark Rutte menyampaikan permintaan maaf kepada Indonesia mengenai kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Belanda selama Perang Kemerdekaan Indonesia,[33] Wilders sangat menyayangkan sikap pemerintah Belanda dan menyatakan bahwa permintaan maaf tersebut telah membuat veteran Belanda menjadi tidak terhormat. Ia malah menyatakan bahwa Indonesia yang seharusnya minta maaf karena pembantaian yang dilakukan oleh para pemuda selama Masa Bersiap.[34] Pernyataan ini dikritik keras oleh netizen Indonesia.[35] Referensi
Pranala luar![]() Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Geert Wilders.
|