Funmilayo Ransome-Kuti
Pada tahun 1940-an, Ransome-Kuti mendirikan Abeokuta Women’s Union dan memperjuangkan hak-hak perempuan, termasuk representasi yang lebih baik di badan pemerintahan setempat dan penghapusan pajak yang tidak adil terhadap pedagang perempuan. Ia dikenal sebagai "Singa Lisabi" karena kepemimpinannya dalam protes yang melibatkan ribuan perempuan pada tahun 1949. Pengaruh politik Ransome-Kuti terus berkembang, dan ia turut serta dalam gerakan kemerdekaan Nigeria, hadir di konferensi dan bergabung dalam delegasi luar negeri. Ia memimpin pembentukan Nigerian Women’s Union dan Federation of Nigerian Women’s Societies, memperjuangkan hak pilih perempuan Nigeria, dan menjadi anggota terkemuka dalam gerakan perdamaian dan hak-hak perempuan internasional. Ransome-Kuti menerima Penghargaan Lenin untuk Perdamaian dan diangkat menjadi anggota Order of the Niger sebagai penghargaan atas karyanya. Di masa tuanya, ia mendukung kritik anak-anaknya terhadap pemerintahan militer Nigeria. Ia meninggal pada usia 77 tahun setelah terluka dalam serangan militer terhadap properti keluarga. Anak-anak Ransome-Kuti termasuk musisi Fela Kuti, dokter dan aktivis Beko Ransome-Kuti, dan menteri kesehatan Olikoye Ransome-Kuti. Di akhir hayat Anikulapo-Kuti, putranya, Fela, seorang musisi dan aktivis politik, menjadi terkenal karena kritiknya yang blak-blakan terhadap pemerintahan militer Nigeria. Fela ditangkap dan dipenjarakan sebentar pada awal 1970-an, dan rumah serta propertinya berulang kali digerebek oleh pihak berwenang. Sebagai bentuk perlawanan, ia mendeklarasikan kediamannya sebagai Republik Kalakuta, mengubahnya menjadi sebuah komune gadungan tempat teman dan pendukungnya dapat berkumpul tanpa campur tangan negara.[1] Pada November 1974, polisi Nigeria menggerebek klub malamnya dengan kapak dan gas air mata, menyebabkannya terluka. Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1976, Fela merilis album Zombie, di mana ia secara satir menyamakan tentara Nigeria dengan robot tanpa pikiran. Album ini terbukti sangat provokatif, dan banyak pengamat menganggapnya sebagai titik balik dalam konflik yang semakin memanas antara Fela dan pemerintah.[2] Bacaan tambahanByfield, Judith A. (2003). "Taxation, Women, and the Colonial State: Egba Women's Tax Revolt". Meridians 3 (2). Pranala luar
|