Severity: Notice
Message: Undefined offset: 1
Filename: infosekolah/leftmenudasboard.php
Line Number: 33
Line Number: 34
Febrian Alphyanto Ruddyard (lahir 4 Februari 1964) adalah seorang diplomat Indonesia.[1] Febrian Ruddyard telah menjabat sebagai Wakil Tetap Republik Indonesia (WATAPRI) untuk Kantor Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Jenewa, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa sejak Desember 2021.[2]
Febrian Ruddyard secara resmi dilantik menjadi Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh/Watapri oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada 25 Oktober 2021 di Istana Negara, Jakarta.[3]
Setelah menyampaikan surat kredensial kepada Direktur Jenderal Kantor PBB di Jenewa (UNOG), Y.M. Ibu Tatiana Valovaya, Duta Besar Ruddyard secara resmi memulai penugasannya di Jenewa. Selanjutnya, Febrian Ruddyard melaksanakan rangkaian kunjungan resmi kepada pimpinan kantor organisasi internasional di Jenewa, antara lain kepada Direktur Jenderal WTO, Direktur Jenderal WHO, Direktur Jenderal WIPO, Sekretaris Jenderal UNCTAD, Direktur Jenderal ILO, Sekretaris Jenderal ITU, dan Direktur Jenderal UPU.
Sebagai Wakil Tetap, Febrian A. Ruddyard memimpin Delegasi Republik Indonesia untuk perundingan dan negosiasi pada PBB, WTO, dan berbagai organisasi internasional lainnya di Jenewa yang bergerak dalam berbagai bidang, mulai dari Hak Asasi Manusia, perdagangan internasional, kesehatan global, pembangunan ekonomi, Hak Kekayaan Intelektual, perlucutan senjata, lingkungan hidup, telekomunikasi dan digital, perburuhan, kemanusiaan, parlemen, dan meteorologi.
Duta Besar Ruddyard telah terpilih dalam berbagai posisi strategis di organisasi internasional di Jenewa, antara lain:
Sebelum penugasannya di Jenewa, Duta Besar Ruddyard menjabat sebagai Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia pada 2017-2021.[4] Selama menjabat sebagai Direktur Jenderal, Febrian sempat ditunjuk menjadi Gubernur Common Fund for Commodities (CFC),[5] Ketua Bersama Global Counter-Terrorism Forum (GCTF) Countering Violent Extremism Working Group (CVE WG), dan Ketua Bersama Senior Official Meeting (SOM) of the Bali Process.[6]
Selama masa kepemimpinannya pada Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral, Febrian Ruddyard telah memimpin tim kampanye Republik Indonesia pada pencalonan berbagai posisi strategis di berbagai organisasi internasional, antara lain:
Duta Besar Ruddyard bergabung pada korps Diplomatik Republik Indonesia pada tahun1990 dan menjadi bagian dari Sekolah Dinas Luar Negeri (SEKDILU) Angkatan XVI (16). Selama bertugas, Febrian Ruddyard memiliki pengalaman kerja dalam berbagai isu dan posisi, antara lain sebagai Direktur Timur Tengah (TimTeng), Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, pada 2013-2014[14] dan Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata (KIPS), Direktorat Jenderal Multilateral, pada 2010-2013.[15]
Pada tahun 2015-2017, Febrian menjabat sebagai Wakil Kepala Perwakilan RI (Deputy Chief of Mission) pada Kedutaan Besar Republik Indonesia/Perutusan Tetap Republik Indonesia di Wina, Austria (KBRI/PTRI Wina). Penugasan Febrian pada perwakilan RI di luar antara lain meliputi Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di New York, Amerika Serikat,[16] Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra, Australia[17] dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Riyadh, Arab Saudi. Duta Besar Ruddyard juga menjabat sebagai Koordinator Gerakan Non-Blok (GNB) untuk isu perlucutan senjata di Markas PBB, New York pada 2007-2010.
Duta Besar Ruddyard mendapatkan gelar Master of Arts in International Studies dari University of Birmingham (Inggris) dan Sarjana Ilmu Politik dalam bidang Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran (Bandung). Febrian lahir di Semarang dan tumbuh besar di Bandung dan Singapura. Febrian telah menikah dan memiliki tiga anak laki-laki.